Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Winter's Come 02

    Setelah lima belas menit yang di janjikan berlalu, Hankyung kembali ke bagian informasi setelah perdebatan nya dengan Hoseok berakhir.

    "Bagaimana? Apa sudah bisa?"

    "Tidak ada tanda pengenal dari korban, pihak Rumah Sakit telah menghubungi Kepolisian setempat."

     Jelas Kepala Perawat Choi dan justru membuat Hankyung semakin tidak sabaran.

    "Kita tidak memiliki waktu lagi."

    Tegas Hankyung dan membuat raut wajah Kepala Perawat Choi menjadi datar, diapun berdiri dan berhadapan langsung dengan Hankyung. Berbicara dengan suara pelan seakan tak ingin pembicaraan mereka di ketahui orang lain.

    "Jangan bertindak di luar kuasa mu, kau mungkin seorang Dokter. tapi ingatlah bahwa kau menerima bayaran mu di sini, jika kita melakukan Operasi dengan presentasi keberhasilan sangat kecil tanpa persetujuan dari pihak keluarga terlebih dulu. Jika operasinya gagal, keluarga pasien akan menuntut Rumah Sakit dengan tuduhan Malpraktek, atasan sudah memberi peringatan tentang hal ini, oleh sebab itu mundurlah."

    Hankyung mengusap kening dan juga wajah nya, merasa tak berdaya karna memang begitulah ketentuan Rumah Sakit. seberapa pun nilai kemanusiaan mu, kau harus mematuhi prosedur yang telah di buat Rumah Sakit sebagai sumber penghasilan mu, dan terkadang keinginan kecil yang mengatakan bahwa 'aku menjadi Dokter bukan untuk uang, melainkan untuk menyelamatkan orang orang yang membutuhkan' Saat kau terikat dengan sebuah peraturan, perlahan keinginan itu memudar dan membiarkan nyawa yang dulu ingin kau selamatkan pergi begitu saja.

    Hankyung memundurkan langkahnya, menempelkan punggung nya pada dinding dan tampak begitu frustasi hingga Hoseok menghampiri nya dan memegang satu pundak nya. Namun Hankyung justru menepisnya pelan, merasa apa yang di lakukan oleh Hoseok sangat tidak membantu.

    Mengingat apa yang telah di lakukan oleh Ayah nya sendiri dan situasi yang terjadi sekarang benar benar membuatnya ingin menangis, namun sayang nya dia tidak akan melakukan nya semudah itu. Terlebih lagi di hadapan banyak orang.

    "Duduklah dulu, para Profesor sudah mengambil alih semua. Kita tidak di perlukan lagi."

    Seakan tak ingin mendengarkan Hoseok, Hankyung pergi begitu saja tanpa ada niatan untuk membuat kontak mata dengan Hoseok. Dan setelah kepergian Hankyung, Hoseok mendekat ke arah meja Kepala Perawat Choi.

    "Bagaimana?"

    "Korban tidak memiliki kartu identitas, pihak Rumah Sakit telah menghubungi pihak Kepolisian. Apa keadaan nya separah itu?, aku dengar Direktur sudah melepaskan nya."

    Perawat Choi berhati hati dalam menyampaikan kalimat terakhir nya, dan justru hal itu yang membuat dahi Hoseok mengernyit frustasi. Inilah salah satu sisi gelap dari tempat bernama Rumah Sakit, kau bisa melakukan semua hal dengan mudah jika kau memiliki uang dan bisa mati setiap saat ketika kau tak memiliki uang. Ironis.

Winter's Come

    Satu jam berlalu, Hankyung terlihat berlari menuju bagian informasi dan menghampiri Jimin dan juga Hoseok yang telah berdiri di depan meja Kepala Perawat Choi bersama seorang anggota Kepolisian.

    "Bagaimana?"

    Semua sempat terdiam dengan wajah yang memucat dan membuat Hankyung semakin panik. Hingga sang anggota Kepolisian tersebut pergi dan belum ada satupun yang mau berucap.

    "Apa yang terjadi?"

    "Tidak ada kecelakaan yang terjadi di sekitar sungai Han malam ini."

     Terang Hoseok dan sudah pasti membuatnya terkejut.

    "Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Bukankah korban di temukan di sungai Han?"

    "Jika Polisi mengatakan hal seperti itu, itu berarti tidak pernah ada laporan masuk tentang kecelakaan tersebut." kepala Perawat Choi menyahuti.

    "Omong kosong." Bantah Hankyung.

    "Seonbaenim..."

    Ke empat nya serempak menoleh ke arah datang nya sumber suara dan mendapati seorang petugas ambulan yang berlari menghampiri mereka dengan tergesa gesa.

    "Aku mendapat informasi tentang korban."

    Semua orang tampak melebarkan matanya, dan tanpa memperdulikan bagaimana cara orang di hadapan mereka mendapatkan informasi tersebut. Mereka langsung mempercayainya begitu saja.

    "Apa kau tahu di mana keluarga Pasien?" Jimin menjadi oraang pertama yang bertanya.

    "Sebelumnya korban tinggal di sebuah panti asuhan di Daegu, dia kemudian pindah ke Seoul dan tidak memiliki sanak saudara."

    "Sudah berakhir."

    Gumaman Hoseok benar benar menjadi pematah harapan bagi mereka, mengingat bahwa Direktur telah lepas tangan dan tidak akan pernah ada Operasi jika tidak ada yang bersedia menjadi Wali nya.

    Telepon di meja Kepala Perawat Choi berdering, dia pun dengan segera menerima panggilan tersebut di saat ketiga orang di hadapan nya sibuk dengan pemikiran mereka masing masing.

    "Ye, saya mengerti."

    Kepala Perawat Choi mengakhiri panggilan dan mengarahkan pandangan nya kepada tiga Dokter muda di hadapan nya.

    "Kalian bisa duduk dengan tenang sekarang."

    Ketiganya serempak melihat ke arah Perawat Choi.

    "Profesor Jeon yang akan bertanggung jawab atas Operasi nya."

    "Andwae!"

    Entah sadar atau tidak, namun seruan Hankyung tersebut berhasil mendapatkan tatapan heran dari para rekan nya.

    "Wae?" Perawat Choi bertanya dengan raut wajah datar nya.

    "Berikan pada ku!"

    Hankyung mengulurkan tangan nya pada Kepala Perawat Choi.

    "Apanya?"

    "Surat persetujuan operasi."

    "Apa yang akan kau lakukan?" Selidik Kepala Perawat Choi.

    "Berikan saja."

    Ketiga rekan nya menatapnya tak mengerti dan Kepala Perawat Choi pun memberikan berkas yang di minta oleh Hankyung.
    Namun ketiganya terperangah saat Hankyung mengeluarkan pena dari saku jasnya dan mengarahkannya pada berkas yang berada di hadapan nya, melihat hal tersebut pun Jimin segera menahan tangan Hankyung yang ingin memberi tanda tangan pada berkas tersebut. Dan membuat pandangan mereka saling bertemu.

    "Apa yang ingin kau lakukan?"

    Rahang Jimin tiba tiba mengeras seiring dengan tatapan nya yang menajam.

    "Singkirkan tangan mu!"

    "Kau bertindak terlalu jauh, sadarlah!"

    Hankyung menegakkan tubuhnya yang sedikit membungkuk sembari menepis tangan Jimin, hingga keduanya pun saling berhadapan.

    "Hentikan sampai di sini!"

    Perkataan datar yang bahkan tak mampu menyembunyikan kemarahan akan tindakan yang ingin di lakukan oleh Hankyung sebelumnya.

    "Profesor Jeon telah turun tangan untuk menyelamatkan mu, setidaknya hargai usaha nya."

    Hankyung menyunggingkan senyumnya, seakan ingin meremeh kan ucapan Jimin barusan.

    "Kau tidak mengenal kami dengan baik, jadi sebaiknya menjauhlah dari kami."

    Hankyung kembali menghadap meja namun bentakan Jimin di iringi dengan cengkraman pada lengan nya Membuat nya kembali menghadap ke arah Jimin yang benar benar menampakkan kemarahan nya sekarang.

    "Jeon Hankyung..."

    Sebuah bentakan yang berhasil menarik perhatian orang orang di sekitar tempat mereka berdiri, dan jika sudah begini tidak ada seorang pun yang berani melerai keduanya.

    "Jangan bertindak bodoh, kau pikir kau mampu melakukan nya. Kau ingin hidup sebagai gelandangan setelah ini? Memang nya berapa uang yang kau miliki? 50, 70, seratus juta won. Kau pikir kau bisa menyelamatkan nya dengan uang yang kau miliki? Kau mungkin mampu membayar biaya operasinya, tapi bagaimana dengan perawatan pasca operasi? Lima belas persen, kau tahu apa artinya dari itu? Meski Operasi nya berhasil sekalipun, dia akan memerlukan perawatan secara intensif. Berapa uang yang kau miliki sehingga kau ingin melakukan hal segila ini?"

    Perkataan yang penuh dengan penekanan di saat ia sendiri tak mampu menahan emosinya.

    "Pikirkan lah baik baik, kau tidak akan mampu melakukan nya!"

    Hankyung menarik kasar tangan nya dari Jimin tanpa mengalihkan pandangan nya dari Jimin.

    "Jika aku tidak bisa merawat pasien ku di Rumah Sakit, aku akan merawat mereka di Rumah. Dan jika aku tidak bisa merawat mereka di Rumah, aku akan merawat mereka di jalanan. Presentase lima belas, kau tahu aku memiliki tangan Tuhan untuk melakukan nya."

    Hankyung berbalik menghadap meja tanpa memperdulikan Jimin yang tengah frustasi karna nya.

    "Hankyung-a...."

    Tanpa memperdulikan apapun lagi, Hankyung segera membubuhkan tanda tangan nya pada berkas tersebut tanpa keraguan sedikit pun.

    "Kau sudah gila!"

    Seakan telah tuli, Hankyung tak sedikit pun melihat ke arah Jimin yang baru saja mengumpat nya.

    "Mulai sekarang akulah Walinya, dan apapun yang berhubungan dengan Pasien, semua harus di sampaikan pada ku. Dan aku sendiri yang akan melakukan Operasi."

    Tepat setelah mengatakan hal tersebut, Hankyung segera pergi tanpa memperdulikan teriakan Jimin lagi.

     "Ya!!! Jeon Hankyung..."

    Hoseok yang menyadari bahwa semua orang melihat ke arah mereka segera menghampiri Jimin dan menepuk dadanya.

    "Tenangkan dirimu, ini Rumah Sakit."

    Jimin memalingkan tubuhnya dengan satu tangan yang berada di pinggang nya dan tangan lain yang mencengkram kening nya, sebelum akhirnya helaan napas berat yang keluar dari mulut nya.

    "Bagaimana sekarang?"

    Teguran Hoseok berhasil mengalihkan perhatian Jimin.

    "Bagaimana lagi, anak itu memang sudah gila."

    Jimin menatap frustasi ke arah berkas yang baru saja di tanda tangani oleh Hankyung.

    "Kau akan masuk?"

    Pertanyaan konyol yang di ucapkan oleh Hoseok, bahkan tanpa perlu bertanya pun dia sudah pasti tahu jawaban nya.

    "Kita sudah membuat atasan marah, mereka pasti tidak akan mau untuk membantu. Hubungi Jungkook dan jika bisa, suruh dia kembali ke Seoul secepat nya."

    Dengan langkah yang terlihat frustasi, Jimin melangkah pergi ke arah Hankyung pergi sebelumnya. Hoseok mengambil berkas di atas meja tersebut dan melihat tanda tangan Hankyung di sana yang membuat dahinya mengernyit tak percaya, dia berdecak sembari menaruh berkas tersebut kembali ke atas meja seakan tengah melemparnya.

    "Dia benar benar akan menjadi gelandangan setelah ini." Gumamnya, antara prihatin dan juga kecewa.

    "Pergilah, dia pasti membutuhkan mu."

    Seulas senyum tipis Kepala Perawat Choi yang dibalas oleh senyum tipis Hoseok yang segera menghilang tepat saat ia berbalik dan berjalan menyusul Jimin sembari mengeluarkan Ponselnya dan menghubungi Jungkook.

    "Jungkook-a, kembalilah secepatnya. Noona mu berulah dan akan menjadi gelandangan sebentar lagi."

    Dan saat itu di sudut luar Rumah Sakit, petugas ambulan yang sebelumnya membawa kabar tentang identitas palsu Taehyung terlihat tengah menemui seorang pria berjas di dekat pilar yang berada di area parkir bawah tanah Rumah sakit yang mampu menyembunyikan siluet keduanya. Pria berjas tersebut kemudian menyerahkan sebuah amplop berwarna cokelat yang cukup tebal, sedangkan si petugas ambulan tersebut menunduk dalam sembari menerima amplop tersebut sebelum akhirnya si pria berjas tersebut masuk ke dalam Mobil dan meninggalkan area parkir bawah tanah.

Selesai di tulis : 10.04.2019
Di publikasikan : 18.04.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro