Waiting For The Winter~26
Hankyung dan Jimin terduduk menghadap sebuah pohon setinggi ukuran tubuh mereka, berbeda dengan Jimin yang berjongkok, Hankyung justru duduk bersimpuh setelah sebelumnya menaruh sebuket bunga tepat di bawah pohon dengan seulas senyum yang sampai kini masih tersisa.
"Eomma... Aku datang lagi."
"Anyeonghaseyo Eommoni, ini aku Park Jimin. lama tidak bertemu, aku harap Eommoni masih mengingat ku"
Sama seperti Hankyung, Jimin pun mengulas senyum tipis nya ketika menghadap makam Ibu Hankyung yang setiap setahun sekali selalu mereka kunjungi bersama sama, namun dua tahun terakhir Jimin berhenti menemani Hankyung karna mendapat tugas di luar Seoul.
"Hari ini.... Aku kembali kemari bersama Jimin, aku tahu jika Eomma pasti merindukan nya, oleh sebab itu aku membawanya kemari."
Jimin melebarkan senyumnya dengan pandangan yang terarah pada Hankyung ketika ia mendengar pernyataan Hankyung sebelumnya. Jimin pun berpindah posisi, dia duduk dengan lebih nyaman dan sedikit merapat ke Hankyung yang sepertinya tidak masalah dengan hal itu, Jimin menaruh kedua tangan nya yang saling bertumpuk dia atas lututnya yang tertekuk di depan tubuh nya. Dia menghirup napas dalam dengan pendangan yang terarah ke atas.
"Udara di sini benar benar sejuk." Gumamnya dan menjatuhkan pandangannya pada Hakyung yang kemudian mengikuti cara duduk Jimin agar merasa lebih nyaman.
"Boleh aku bertanya?"
"Kapan aku pernah melarang mu?"
Jimin tertawa ringan. "Min Yoongi-ssi,"
Hankyung mempertemukan pandangannya dengan Jimin dengan tatapan bertanya, kenapa tiba tiba menanyakan tentang Min Yoongi.
"Apa kau pernah membawanya kemari?"
Jimin mengarahkan pandangannya pada Hankyung tepat setelah ia menyelesaikan pertanyaan nya, dan saat itu pula Hankyung justru memalingkan pandangannya dari Jimin.
"Dia pernah dua kali ke sini."
"Kapan kau mengenalnya?, kenapa kau tidak pernah memberi tahu ku sebelumnya?"
Hankyung tersenyum tipis tanpa menyadari bahwa Jimin masih memperhatikan nya. "Kau ingat saat kau di kirim ke Gwangju? Saat itu aku di tugaskan di Incheon dan tidak sengaja bertemu dengan nya yang juga tengah bertugas di Incheon."
"Lalu?"
"Aku pikir kami akan bertemu hanya untuk hari itu. Tapi, saat kembali ke Seoul kami bertemu lagi, aku pikir semua akan biasa biasa saja. Waktu itu... Kami hanya berhubungan melalui Ponsel dan tidak memiliki waktu untuk bertemu, aku juga tidak tahu jika aku bisa menyukainya secepat itu, aku tidak pernah berencana untuk menjalin hubungan yang serius dengan nya, tapi semua berjalan begitu saja."
Jimin mengalihkan pandangan nya dari Hankyung setelah melihat senyum Hankyung yang menunjukkan sebuah penyesalan.
"Kalau begitu, kenapa kalian memutuskan hubungan di tengah jalan?"
"Aku berpikir... Tidak apa apa jika aku mulai menyukainya, aku pikir semua akan baik baik saja ketika kami memutuskan untuk bersama. Tapi pada kenyataan, ada begitu banyak pertentangan prinsip yang kami hadapi, jika sudah seperti itu kami bisa apa."
"Kenapa kau tidak mengatakan nya padaku?"
Hankyung tersenyum lebih lebar dan kembali mengarahkan pandangannya pada Jimin yang hanya sekilas melirik nya.
"Kau tahu... Dia sedikit berbeda."
"Bukankah dia terlalu dingin, aku tidak tahu apa yang kau lihat dari orang seperti dia."
Hankyung mendorong pelan bahu Jimin sembari tertawa ketika mendapati nada bicara Jimin yang tiba tiba menjadi sinis.
"Itulah kenapa aku tidak mengantakan nya padamu."
"Setidaknya, jika ingin mencari seorang kekasih, carilah orang yang lebih baik. Bahkan di lihat dari wajah nya saja, Min Yoongi itu tidak memiliki ketertarikan akan hal apapun." Jimin tiba tiba meninggikan suaranya seakan tengah memarahi Hankyung.
"Aku sudah putus dengan nya..."
Jimin mempertemukan pandangannya pada Hankyung dengan wajah yang terlihat seperti orang yang tengah kesal.
"Hari ini putus, siapa yang tahu akan terjadi apa besok. Jika kau ingin menjadikan seseorang sebagai kekasih mu, katakan dulu padaku!"
"Aigoo, Wae....? Kenapa aku harus mengatakan dulu padamu?"
"Apa lagi? Karna aku yang akan menjadi Wali mu jika sesuatu yang buruk terjadi padamu."
"Heol!"
"Mwo...? Bahkan sebelum pergi, Eommoni sudah menitipkan mu pada ku."
"Jinjja?" Hankyung tertawa tak percaya.
"Aku Oppa mu, jadi mulai sekarang panggil aku dengan sebutan Oppa. Mengerti?"
"Shireoyo..."
"Wae....?"
"Kenapa aku harus memanggil mu Oppa, itu sangat konyol, kau tahu?"
"Aniya, apanya yang aneh dengan memanggilku Oppa, aku lebih tua dari mu."
"Tiga bulan! Kau hanya lebih tua tiga bulan dari ku."
"Apa masalah nya dengan tiga bulan, aku tetap lebih tua dari mu."
Hankyung kemudian memukul bahu Jimin beberapa kali dengan sebal dan kembali saling beradu mulut, seolah menghilangkan usia yang sudah sangat dewasa untuk melakukan perdebatan yang kekanak kanakan tersebut.
"Kau tidak lihat? Aku bahkan jauh lebih baik jika di bandingkan dengan Detektif itu."
"Kau baik, tapi kurang tinggi."
"Mwo......?"
"Aku harus segera kembali ke Rumah Sakit, Pasien ku sudah menunggu."
"Ya...!! Berhenti kau! Ya! Jeon Hankyung......"
Waiting For The Winter
Suara deburan ombak di iringi oleh pertunjukan tari burung Seagul yang terbang di atas ombak putih yang berlarian menepi sembari bernyanyi.
Angin laut yang berhembus kencang, menerpa wajah Taehyung yang berdiri di tepi pantai seakan tengah menunggu ombak kecil datang menghampirinya, meski pada akhirnya ombak itu hancur dan kembali ke laut bahkan sebelum ia mampu menyentuh ujung sepatu nya.
Udara yang semakin membeku dari waktu ke waktu, perlahan kakinya melangkah menyusuri pantai dengan ujung baju yang sedikit terangkat ke udara karna terkena hembusan angin.
Begitu sepi, di saat hanya ia sendiri yang sudi datang ke sana ketika menjelang musim dingin seperti ini. Langkah pelan yang terlihat begitu bimbang, seperti keraguan yang telah mengambil alih hati nya.
Hyunjin Hospital.
Jungkook keluar dari IGD dan menuju bagian informasi, dia mengulas senyum nya setelah mendapati Hoseok yang sudah berdiri di depan meja bagian informasi dan seperti rutinitas lama, tepat setelah ia sampai dia langsung menempel pada meja dan sekilas menarik perhatian dari Hoseok.
"Kau sudah selesai?"
"Sudah, apa Noona belum datang?"
Pertanyaan Jungkook membuat Hoseok meninggalkan berkas di hadapan nya dan kemudian mengarahkan pandangannya pada Jungkook.
"Eih... Kau ini, kenapa kau selalu mencari Hankyung setiap waktu?"
"Mau mencari Hyeong pun juga sudah ada, untuk apa lagi aku mencari mu?"
"Jinjja." Hoseok tertawa tak percaya. "Lihat lah anak ini!" Ujarnya yang di tujukan pada Kepala Perawat Choi sembari menunjuk ke arah Jungkook yang memasang wajah seperti tak terjadi apapun.
"Mungkin dia sedang pergi bersama Jimin."
"Apa mereka berkencan?"
"Apa maksud mu dengan berkencan?" Ujar Kepala Perawat Choi yang tampak malas untuk berbicara. "Setiap tahun, di tanggal tertentu mereka berdua selalu pergi bersama."
"Kemana?"
"Mereka mengirim bunga ke makam Ibu Hankyung, tepat di tanggah kematian nya."
Jungkook mengangguk anggukan kepalanya. "Aku pikir mereka berkencan." Gumam Jungkook.
"Mereka datang."
Gumaman Hoseok membuat Jungkook dan Kepala Perawat Choi serempak melihat ke arah pintu masuk dan mendapati Jimin dan juga Hankyung yang berjalan ke arah mereka.
Hankyung mengehentikan langkahnya tepat di depan Jungkook dan mendapati tatapan mengintimidasi dari Jungkook, dia pun kemudian memukul dada Jungkook.
"Wae? Kanapa melihat ku seperti itu?" Ketus Hankyung.
"Kalian berkencan, jika berkencan kenapa tidak mengajak ku."
"Aishh... Jinjja." Lagi Hoseok tertawa tak percaya dengan pertanyaan Jungkook.
"Lain kali kami akan mengajak mu jika sedang berkencan."
Cetus Jimin yang berdiri di belakang Hankyung yang kemudian menyikut perut nya dan membuat nya mundur sedikit sembari tertawa ringan dan memegangi perut nya.
Hankyung kemudian menepuk bahu Jungkook sebagai isyarat agar dia menyingkir, dan setelah nya Hankyung merapat pada meja menghadap Kepala Perawat Choi yang duduk di belakang meja.
"Tuan Park yang di jadwalkan akan menjalani Operasi siang ini, apa keluarga nya sudah datang?"
"Aku lupa belum mengatakan padamu, bahwa pagi tadi Tuan Park sudah memasuki ruang Operasi."
Sebelah alis Hankyung terangkat, kenapa begitu tiba tiba dan bahkan tidak ada pemberitahuan sebelumnya meski dia adalah Dokter yang seharusnya bertanggung jawab atas Operasi tersebut.
"Kenapa begitu tiba tiba?, siapa yang bertangungjawab akan Operasi nya."
"Profesor Jeon sendiri yang turun tangan untuk Operasi ini."
Hankyung tersentak, dan seakan merasakan hal yang sama, Jimin mengarahkan pandangannya pada Hankyung yang terdiam untuk beberapa detik dengan rahang yang terlihat mengeras. Dia kemudian kembali mengarahkan pandangannya pada Kepala Perawat.
"Di lantai berapa."
"Di lantai tujuh, waeyo?"
Tanpa berbicara sepatah katapun, Hankyung berbalik dan hendak berjalan pergi, namun Jimin yang sepertinya mengetahui jalan pikiran Hankyung segera menahan lengan nya dan membuat pandangan keduanya saling bertemu.
"Memasuki Ruang Operasi Dokter lain, bukanlah sesuatu yang di benarkan si sini."
Ketiga orang di sana menatap bingung ke arah keduanya, namun Hankyung malah menarik paksa tangan nya dan segera meninggalkan tempat tersebut.
"Ada apa dengan Noona?" Heran Jungkook.
"Mungkin dia hanya marah karna Ayah nya telah merebut Pasien nya." Ujar Hoseok seakan tengah menerawang kemungkinan apa yang tengah terjadi.
"Hyeong, kau terlihat keren memakai itu." Ujar Jungkook yang mengalihkan topik pembicaraan pada penampilan Jimin hari ini.
"Aku memang sudah keren dari dulu." Sahut Jimin seakan tengah menyombongkan diri.
"Kau keren, tapi sayang nya Noona tidak mau dengan mu."
"Mwo?"
Jungkook segera melarikan diri ketika melihat mata Jimin yang melebar.
"Ya!!! Kembali kau!"
Jimin mendengus kesal, dan perhatian nya terlaihkan oleh Kepala Perawat Choi yang tiba tiba menaruh papan kecil dengan beberapa lembar kertas yang berada di atasnya tepat di hadapan Jimin.
"Pergilah...! Pasien mu sudah menunggu dan sebaiknya kau tidak berteriak di Rumah Sakit, karna kau lihat, masih ada kamera di mana mana." Ujar Kepala Perawat Choi mengingatkan.
"Aku tahu." Kesal Jimin sembari mengambil papan kecil tersebut dan berjalan pergi, menyisakan Hoseok yang masih berdiri di tempatnya.
"Noona, biakah kau memberi alamat Pasien yang ku tangani kemarin?"
Kepala Perawat Choi mendongak untuk menatap Hoseok. "Pasien mana yang kau maksud?"
"Remaja laki laki yang di bawa pulang oleh keluarga nya."
"Kenapa kau menanyakan nya?"
"Ada hal yang harus ku lakukan." Hoseok tersenyum simpul membalas kecurigaan Kepala Perawat Choi yang di tujukan padanya.
Perawat Choi kemudian mencari cari sesuatu di laci mejanya dan setelah beberapa waktu, dia mengambil sebuah berkas dan menyalin sesuatu pada kertas kecil. Setelah itu dia menyerahkan potongan kertas kecil itu pada Hoseok yang mengulas senyum lebar sembari menerima kertas tersebut.
"Kau berencana melakukan kunjungan gratis?"
"Aku hanya ingin melihat nya."
"Pihak keluarga tidak mampu membayar tagihan Rumah Sakit yang sangat tinggi, tapi seperti nya anak itu tidak akan bisa bertahan tanpa bantuan Medis."
"Untuk itu aku pergi ke sana, terimakasih. Aku pergi dulu."
Hoseok membawa senyumnya meninggalkan bagian informasi dan membuat Kepala Perawat Choi menggeleng ringan.
"Kalian memang sama saja." Ujar nya dan kembali pada pekerjaan nya sendiri.
HAND OF GOD
[BATTLE OF HEALER]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro