Memories Of The Winter 06
Meninggalkan masalah Taehyung, Hankyung kembali menjalankan tugasnya seperti biasa meski tidak setenang biasanya. Jika dulu di setiap waktu luang ia isi dengan perbincangan ringan dengan rekan-rekannya, kali ini Hankyung bahkan tak sempat mengingat ketiga rekannya tersebut.
Saat jam makan siang tiba, Hankyung meninggalkan IGD dan Hoseok yang melihatnya pun segera menyusulnya. Menyamakan langkahnya dengan juniornya tersebut.
"Kau sudah selesai?"
"Ah..." Hankyung yang sempat kaget pun hanya memberikan sebuah anggukan. Keduanya pun berjalan meninggalkan IGD bersama-sama.
"Bagaimana keadaanmu?"
Hankyung memandang heran. "Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?"
"Eih... Kau ini. Kenapa tidak mengerti jika aku hanya berbasa-basi."
Hankyung menatap jengah dan memalingkan pandangannya dengan helaan napas. "Jika kau ingin menanyakan tentang Hansung, semua baik-baik saja."
"Apa dia merepotkanmu?"
"Tidak juga, bahkan lebih mudah dari pada mengatur anak kucing."
Hoseok terkekeh pelan. "Tabunganmu masih aman?"
"Ya! Haruskah menanyakan hal itu?" ucap Hankyung sedikit kesal.
"Aku sedang mengkhawatirkanmu, kenapa kau tidak mengerti juga?"
"Kalian tenang saja, aku tidak akan menjadi gelandangan hanya karna menampung satu pasien."
"Keras kepala."
Hankyung kembali mengabaikan Hoseok, namun ketika ia kembali menghadap ke depan, bahunya tidak sengaja bertabrakan dengan bahu seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya. Hoseok yang melihatnya pun refleks menahan kedua bahunya yang hampir limbung.
"Maafkan aku, aku tidak sengaja." ucap si pria yang baru saja bertabrakan dengan Hankyung sembari sekilas menundukkan kepalanya.
Hoseok pun melepaskan Hankyung yang balik meminta maaf kepada pria asing di hadapannya. "Aku yang ceroboh, aku minta maaf."
"Aku permisi." si pria asing sekilas menundukkan kepalanya sebelum berjalan meninggalkan keduanya, menyisakan sebuah tanya di wajah Hankyung.
"Siapa orang itu? Di lihat dari gaya berpakaiannya sepertinya dia orang penting."
"Kuasa Hukum Global Nation Group." celetuk Hoseok yang memancing rasa tidak percaya dari Hankyung.
"Benarkah? Untuk apa dia di sini?"
"Kau sudah lupa? Beberapa hari yang lalu pendiri Global Nation Group di bawa kemari karna terkena Serangan Jantung."
"Ah... Aku tidak terlalu memperhatikan saat itu." keduanya pun kembali melanjutkan langkah mereka dengan obrolan yang masih terdengar di antara keduanya.
"Bagaimana keadaannya sekarang?"
"Aku dengar dia Koma setelah mendapatkan penanganan darurat. Dia pasti sangat terkejut dengan berita kematian cucunya."
"Cucu?"
Hoseok mengangguk. "Aku dengar cucu bungsunya yang bernama Kim Taehyung tewas dalam kecelakaan. Beritanya sangat besar, kenapa kau tidak mendengarnya?"
"Sejak kapan aku mengurusi berita-berita seperti itu? Lagi pula aku sangat sibuk seminggu ini." acuh Hankyung.
"Aku dengar ayahmu yang menangani Presedir Kim." satu peryataan singkat yang berhasil menghentikan langkah Hankyung yang tak menunjukkan reaksi apapun di wajahnya. Menciptakan keheranan bagi Hoseok.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapanku?"
Hankyung memandang Hoseok. "Kau bilang siapa?"
"Ayahmu, Profesor Jeon yang menangani Pendiri Global Nation Group. Kenapa? Ada yang salah?"
Hankyung menggeleng. "Tidak ada, aku pergi dulu." pamit Hankyung yang segera meninggalkan Hoseok dengan wajah yang tiba-tiba terlihat murung.
"Apa yang salah dengan anak itu?" gumam Hoseok yang kemudian memilih jalannya sendiri.
Dari bagian IGD, Hankyung beralih menemui Taekwon dan setelah sempat terlibat pembicaraan yang tidak terlalu lama dengan seniornya tersebut. Hankyung membuka salah satu ruang rawat. Pandangannya segera terjatuh pada sosok yang kini tengah menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.
Hankyung menutup pintu dengan pelan dan segera bergegas menghampiri sosok yang berbaring di atas ranjang pasien tersebut. Dia menghentikan langkahnya tepat di samping ranjang, sejenak memperhatikan apa yang kini tengah di lakukan oleh Taehyung.
"Hasil pemeriksaannya mengalami peningkatan yang baik, tapi sepertinya mentalnya yang bermasalah. Jika kau tidak bermasalah dengan keuanganmu, bawalah dia untuk berkonsultasi dengan Dokter Shin."
Perkataan Taekwon beberapa waktu lalu kembali mengisi pendengarannya. Bukan hanya dia yang memiliki pemikiran seperti itu, bahkan Taekwon yang baru bertemu pun sudah menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Taehyung.
"Hansung-ssi, kau tidur?"
Merasa familiar dengan suara itu. Taehyung pun dengan cepat menyibakkan selimut yang menutupi kepalanya dan segera mengarahkan tatapan was-wasnya ke sekeliling sebelum kembali terjatuh pada wajah Hankyung yang memandangnya tanpa ekspresi.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Taehyung lantas bangkit dan langsung turun dari ranjang, berhadapan langsung dengan Hankyung. "Dokter Hankyung kemana saja?"
"Aku ada di Rumah Sakit, tentu saja aku bekerja."
"Aku ingin di rumah saja, aku akan menunggu Dokter Hankyung di rumah."
Hankyung sejenak mengusap tengkuknya, merasa serba salah ketika di hadapkan dengan kondisi Taehyung saat ini.
"Dokter Hankyung."
"Duduklah, aku ingin berbicara denganmu." Hankyung duduk di tepi ranjang, namun tidak dengan Taehyung yang tetap berdiri dengan wajah yang masih terlihat panik seperti sebelumnya. Menyadari hal itu, Hankyung pun menarik pergelangan tangan Taehyung dan memaksa pemuda itu untuk duduk berhadapan dengannya.
"Apa yang di katakan oleh Dokter Taekwon padamu sebelumnya?"
Taehyung tiba-tiba memalingkan pandangannya seakan ingin menghindar dari pertanyaan Hankyung.
"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan Dokter Taekwon sebelumnya?" pertanyaan kedua yang kembali terabaikan ketika Taehyung justru semakin menundukkan kepalanya.
"Hansung-ssi."
Taehyung menggeleng, entah untuk apa dan dia sedikit tersentak ketika Hankyung meraih telapak tangannya dan menggenggamnya dengan lembut.
"Lihat wajahku ketika aku sedang berbicara."
Dengan ragu, Taehyung mengangkat wajahnya. Namun hanya beberapa detik dan ia kembali menunduk.
"Apa aku terlihat begitu jahat sehingga kau tidak bersedia melihatku?"
Taehyung menggeleng pelan.
"Jadi kenapa kau tidak ingin melihatku?"
"Maaf." satu gumaman lolos dan berhasil membuat Hankyung tertegun untuk sepersekian detik.
"Kenapa? Kenapa kau minta maaf?"
"Aku tidak bisa, mereka menakutkan." gumaman kedua yang di iringi oleh gelengan kepala yang terlihat begitu berat. Perhatian Hankyung teralihkan oleh tangan yang tiba-tiba berkeringat di dalam genggamannya.
Menyadari akan sesuatu, Hankyung sedikit merendahkan kepalanya untuk bisa melihat wajah Taehyung yang menunduk. "Kau... Mengingat sesuatu?" sebuah pertanyaan yang terucap dengan sangat berhati-hati, namun dia di kejutkan oleh Taehyung yang tiba-tiba mencengkram kepalanya sendiri.
"H-Hansung-ssi, kau baik-baik saja?"
"Sakit." lirih Taehyung ketika kepalanya tiba-tiba terasa sakit.
"Di bagian mana yang sakit?"
Taehyung menggeleng. Hankyung lantas menurunkan kedua tangannya dan menarik wajahnya dengan paksa. "Tidak, kau tidak perlu berusaha mengingat apapun. Jika itu membuatmu sakit, maka kau harus berhenti. Kamu mengerti?... Sekarang tenangkan dirimu, ambil napas perlahan dan hembuskan. Sekarang coba kau lakukan."
Taehyung menuruti nasehat Hankyung. Dia mencoba mengambil napas, namun napasnya justru tercekat seperti ada sesuatu yang membebani setiap napasnya.
"Bukan seperti itu, lakukan dengan perlahan. Tenangkan dirimu, tidak ada apapun yang terjadi."
Bukannya tenang, dada Taehyung justru semakin terasa sesak. Terdapat perasaan asing yang tiba-tiba menghimpit dadanya dan berusaha untuk menyakitinya.
"Tidak bisa." ucapan yang keluar bersama sebuah isakan yang tertahan.
Hankyung tertegun untuk sepersekian detik sebelum ketertegunannya itu berubah menjadi sebuah kepanikan ketika Taehyung malah maenangis tanpa sebab.
"Hansung-ssi, ada apa? Kenapa kau menangis? Di bagian mana yang sakit?"
Taehyung tak menjawab. Dengan isakan yang tertahan ia mencengkram dadanya, menekan rasa sakit yang bersarang di sana. Hankyung yang menyadari hal itu pun segera berdiri dan beralih ke samping Taehyung. Dia sedikit membungkukkan badannya dan memegang punggung tangan Taehyung.
"Apa di sini yang terasa sakit?"
Taehyung tak menjawab, namun pergerakannya yang tiba-tiba berhasil mengejutkan Hankyung. Hankyung tersentak ketika Taehyung menarik pinggangnya dan segera memeluknya, membuat kedua tangannya refleks tertahan di udara. Merasa bingung harus merespon seperti apa.
"H-Hansung-ssi." perasaan itu tiba-tiba kembali, perasaan gugup yang mengganggu batin Hankyung yang sempat menahan napasnya.
Namun suara isakan Taehyung berhasil menyadarkannya. Menyadarkannya akan sesuatu yang mungkin tidak bisa di mengerti oleh seorang Dokter yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan untuk menolong pasiennya. Sedikit kesadaran Hankyung dapatkan, kesadaran tentang obat ajaib yang tidak di miliki oleh dunia medis untuk mengatasi rasa sakit.
Dengan ragu satu telapak tangan Hankyung jatuhkan pada kepala Taehyung, si susul satu tangan lainnya yang jatuh pada bahu pemuda itu. Usapan lembut ia berikan ketika hatinya menyadari bahwa mungkin saja rasa sakit yang di rasakan oleh Taehyung saat ini adalah perasaan di masa lalu yang tidak bisa meninggalkannya meski ingatannya telah terlupakan sekalipun.
Dari balik pintu, tanpa di sadari oleh keduanya bahwa Profeson Jeon tengah memperhatikan keduanya dari kaca transparan yang menjadi bagian dari pintu, dengan tatapan yang tak menunjukkan perasaan apapun meski yang ia lihat saat ini adalah putrinya sendiri. Namun jika di lihat baik-baik, terdapat sedikit penyesalan seorang ayah di dalam sorot matanya yang begitu dingin.
Profesor Jeon lantas bebalik dan hendak berjalan pergi, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat Taekwon sudah berdiri di hadapannya.
"Profesor di sini?" sapaan kecil yang Taekwon berikan beserta sebuah tundukan kepala.
Profesor Jeon kembali melanjutkan langkahnya dan tepat saat ia hendak berpapasan dengan Taekwon, dia pun berucap, "lakukan pekerjaanmu dengan baik." sebuah kalimat sederhana yang membuat langkah pak tua itu meninggalkan Taekwon.
Sedikit heran dengan nasehat singkat sang Guru Besar, Taekwon lebih memilih tak ambil pusing dan kembali pada tujuan awalnya meski ada sedikit pertanyaan tentang keberadaan Profesor Jeon di sana.
Menghentikan langkahnya di tempat yang sama dengan Profesor Jeon sebelumnya. Tatapan tajam Taekwon langsung terjatuh pada kedua orang yang berada di dalam ruangan itu.
Sedikit terkejut, namun dia segera mengabaikan rasa terkejutnya. Dia membuka pintu dengan pelan dan menarik perhatian dari Hankyung. Dia berjalan masuk dan berhenti dua langkah dari pintu dengan pandangan yang di pertemukan dengan tatapan teduh milik Hankyung.
Hankyung lantas memberikan sebuah gelengan terhadap tatapan penuh tanya yang begitu menuntut milik Taekwon. Membuat Taekwon mengurungkan niatnya untuk melontarkan sebuah pertanyaan dan memilih untuk mengambil jalan berbalik dan pergi. Membiarkan Hankyung menangani pasiennya dengan caranya sendiri, meski ia tak setuju dengan cara Hankyung.
Selesai di tulis : 06.02.2020
Di publikasikan : 06.02.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro