Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Memories Of The Winter 05

    Meninggalkan Taehyung untuk menjalani pemeriksaan bersama Taekwon. Hankyung memasuki bagian Dokter spesialis Kejiwaan di mana ia yang telah membuat jadwal konsultasi dadakan dengan salah seorang seniornya di sana. Setelah menunggu tidak terlalu lama, seorang Dokter wanita menghampirinya yang tengah duduk di depan meja kerja sang senior.

    "Dokter Jeon Hankyung, tumben sekali kau mengunjungiku." tegur Dokter Shin, Dokter spesialis Kejiwaan yang kemudian menempati tempat duduknya yang berseberangan dengan Hankyung.

    "Aku memerlukan sedikit bantuan dari Eonni."

    "Aku? Ada apa?"

    "Ini tentang Hansung."

    "Eoh! Hansung?" Dokter Shin terlihat begitu antusias, bahkan ia sampai merapat pada meja dan melipat kedua tangannya di atas meja, "ada apa dengannya? Apa kau mendapatkan undangan makan malam dengannya? Kau mendapatkan tiket Fan Meetingnya?"

    Hankyung menatap jengah, menolak untuk menepuk keningnya sendiri. Pada kenyataannya Hansung yang ia maksud berbeda dengan Hansung yang kini di maksud oleh Dokter Shin yang merupakan seorang Aktor muda idaman dari Hankyung sendiri, hal itu tentunya sudah menjadi rahasia umum di kalangan rekan-rekannya.

    "Kenapa? Kenapa melihatku seperti itu?"

    "Bukan Choi Hansung yang ku maksud..." ucap Hankyung sedikit frustasi dan menciptakan ketertegunan di wajah Dokter Shin.

    "Jika bukan Choi Hansung, lalu Hansung mana lagi yang kau maksud?"

    "Hansung pasienku."

    Dokter Shin menarik kembali tubuhnya tanpa minat. "Eih... Kau ini, aku sudah sangat antusias dan kau tiba-tiba menghancurkannya. Aku kira setidaknya kau sudah menjadi Fans yang beruntung dengan bertemu pria idamanmu itu."

    "Ishh... Berhenti membicarakan orang itu, ini lebih penting dari pada orang tampan itu."

    "Pasienmu yang mana?"

    "Korban tabrak lari di sungai Han."

    Dahi Dokter Shin mengernyit. "Pasien yang tinggal bersamamu?"

    Hankyung mengangguk dan dia sedikit terkejut ketika Dokter Shin tiba-tiba kembali merapat pada meja dengan minat yang terlihat di raut wajahnya.

    "Namanya Hansung?"

    "Ya."

    "Jadi, ingatannya sudah kembali?"

    "Kapan aku mengatakannya?"

    "Kau mengatakan bahwa namanya adalah Hansung, bukankah itu berarti dia sudah bisa mengingat namanya."

    Sedikit kesal, Hankyung lantas berucap dengan nada bicara yang meninggi, "itu buka namanya yang dulu, itu nama barunya."

    Dokter Shin memicingkan matanya, menatap penuh kecurigaan pada juniornya tersebut. Dengan sudut bibir yang terangkat ia pun kembali berucap, "kau, yang memberikan nama itu untuknya?" Dokter Shin lantas terkekeh pelan dan kembali berucap, "sepertinya kau benar-benar sudah terobsesi terhadap Choi Hansung."

    Hankyung tiba-tiba memukul meja menggunakan telapak tangannya dan berujar dengan nada yang sedikit kesal, "aku bilang ini tidak ada hubungannya dengan Choi Hansung, lagi pula bukan aku yang memberinya nama."

    "Jika bukan kau, lalu siapa yang memberinya nama?"

    "Dia sendiri yang memilih nama itu?"

    "Eh?"

    "Dia melihat Choi Hansung di majalah dan dia memutuskan untuk memakai nama itu, tidak ada hubungannya denganku!"

    Dokter Shin tersenyum lebar. "Woah... Mungkinkah Tuhan sedang berbaik hati padamu dengan mengirimkan Hansung padamu di saat kau tidak akan mungkin bisa bersama dengan Choi Hansung?"

    Hankyung menatap jengah. Niat awalnya ke sana adalah untuk meminta bantuan, bukannya untuk di tertawakan oleh seniornya tersebut. Lagi pula apa salahnya yang terlalu mengagumi Aktor muda bernama Choi Hansung.

    Melihat kekesalan di wajah Hankyung, Dokter Shin pun menghentikan tawanya dan mencoba bersikap lebih serius. "Baiklah, baiklah... Kenapa kau galak sekali?"

    "Aku datang kemari bukan untuk di tertawakan."

    "Eih... Kau ini. Baiklah, apa yang bisa ku bantu?"

    "Aku juga sedikit bingung harus memulainya dari mana."

    Sebelah alis Dokter Shin terangkat. "Mungkinkah sudah terjadi sesuatu sejak kalian tinggal bersama?"

    "Uh..." Hankyung mengangguk dan tanpa sadar telah mengundang keterkejutan di wajah Dokter Shin.

    "Benarkah? Sesuatu seperti apa?"

    Hankyung menatap heran ke arah Dokter Shin yang tiba-tiba sangat antusias. "Jangan berpikir yang macam-macam tentangku."

    Dokter Shin tersenyum lebar ketika pikirannya terbaca oleh Hankyung. "

    "Kau bilang telah terjadi sesuatu, jangan salahkan aku jika aku berpikiran yang macam-macam."

    "Ini benar-benar serius, Eonni harus membantuku."

    "Baiklah, ceritakan apa masalahmu sekarang. Aku akan mendengarkannya baik-baik." Dokter Shin menegakkan tubuhnya dan benar-benar bersikap profesional.

    "Aku pikir ada yang salah dengan Hansung."

    "Maksudmu?"

    "Dari banyaknya kasus amnesia yang ku tangani, baru kali ini aku mendapatkan pasien seperti Hansung."

    "Apa yang terjadi?"

    "Pada umumnya orang yang mengalami amnesia hanya akan kehilangan ingatannya. Tapi Hansung berbeda."

    "Berbeda seperti apa maksudmu?" perlahan pembicaraan ringan keduanya menjadi pembicaraan yang sedikit serius.

    "Orang lain masih bisa berpikir apa yang harus mereka lakukan dan apa yang tidak harus mereka lakukan. Tapi Hansung berbeda, dia seperti..." Hankyung menggantungkan ucapannya, mencoba memilih kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi Taehyung saat ini.

    "Seperti apa?"

    "Dia... Dia bertingkah seperti anak-anak. Bisakah aku menyebutnya begitu?"

    Dahi Dokter Shin mengernyit. "Anak-anak?"

    "Aku tidak tahu harus menyebutnya bagaimana, tapi dia benar-benar membuatku bingung. Dia seperti bukan hanya kehilangan ingatan masa lalunya, melainkan juga kepribadiannya. Atau mungkin tidak ada yang tersisa di dalam Hypocampus nya."

    Dokter Shin tertawa tak percaya ketika mendengar kalimat terakhir Hankyung yang di buat mendramatisir, "kau terlalu berlebihan."

    "Aku serius!"

    Dokter Shin yang mulai tertarik akan pembahasan merekapun kembali merapat ke meja. "Ceritakan semuanya padaku."

    "Saat aku membawanya pulang ke rumah hari itu. Aku menyuruhnya melepas pakaiannya. Yang ku maksud adalah pakaian hangatnya, tapi dia justru melepas semuanya."

    "Semua?" seru Dokter Shin dengan mata yang membulat.

    Hankyung kembali memukul meja dengan tak sabaran. "Sudah ku katakan jangan berpikir macam-macam padaku, kenapa Eonni selalu saja berpikiran kotor?!"

    "Apa maksudmu dengan berpikiran kotor?" balas Dokter Shin dengan kekehan ringan yang kemudian memudar, "lanjutkan, aku akan mengurangi pikiran kotor yang kau maksud itu."

    Hankyung mendengus sebal dan kembali berucap, "dia pernah mendorongku menjauh dari jalan ketika ada mobil yang lewat, dan aku pikir mungkin saja itu trauma yang dia dapat dari kecelakaannya."

    "Lalu?"

    "Awalnya aku merasa ragu, tapi lama-lama dia semakin terlihat aneh."

    "Aneh bagaimana?"

    "Dia selalu mengikutiku setiap waktu, dia selalu menuruti apa yang ku katakan."

    "Jadi di mana keanehannya?"

    "Dia tidak akan pergi kemanapun jika aku tidak menyuruhnya."

    Dokter Shin tampak berpikir, merasa cerita Hankyung kurang masuk akal. "Berapa usianya?"

    "Tidak lebih muda dariku, mungkin."

    "Jadi maksudmu dia hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun jika kau tidak menyuruhnya?"

    Hankyung mengangguk.

    "Dia tidak menanyakan apapun padamu? Sekedar mengobrol mungkin?"

    Hankyung kembali menggeleng. "Dia hanya diam! Diam seperti seorang anak kecil yang sedang menunggu ibunya menyelesaikan pekerjaan dan menemaninya bermain setelahnya."

    "Heol! Bagaimana bisa begitu?"

    "Itulah sebabnya aku menemui Eonni."

    "Selain itu, keanehan apa lagi yang dia tunjukkan?"

    "Dia menghindari orang asing."

    "Apa?"

    "Dia selalu bersembunyi ketika ada pasien yang datang ke rumahku. Saat dia duduk di halaman, dia akan segera berlari masuk ke dalam rumah dan bersembunyi ketika melihat seseorang datang."

    "Kau sudah mencoba membawanya ke tengah keramaian."

    "Tadi pagi aku harus menyeretnya untuk bisa sampai di ruangan Taekwon Oppa."

    "Dia bersama Taekwon sekarang?"

    Hankyung mengangguk.

    "Apa dia tidak menunjukkan keanehan saat berhadapan dengan Taekwon."

    "Dia tidak ingin melepaskan tanganku ketika aku ingin pergi. Dia terlihat takut tapi tidak bersembunyi seperti sebelummya, mungkin karna dia sudah mengenal Taekwon Oppa."

    "Di Rumah Sakit ini ada begitu banyak orang."

    "Itulah masalahnya. Ketika aku membawanya masuk, dia menyembunyikan wajahnya di bahuku. Tanganku bahkan sampai sakit karna dia menggenggamnya terlalu kuat... Apa yang harus ku lakukan sekarang?"

    Hankyung tampak sedikit frustasi di saat Dokter Shin tengah memikirkan solusi terbaik untuk juniornya tersebut.

    "Jika ada waktu luang, bawalah dia untuk menemuiku."

    "Apa yang akan Eonni lakukannya?"

    "Tentu saja memeriksanya. Aku khawatir jika itu semua di sebabkan oleh trauma psikisnya... Bawalah dia padaku dan aku akan mencoba membantu sebisaku."

    Hankyung melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Sudah waktunya untuk bekerja. Kapan-kapan aku akan membawanya kemari, terimakasih atas bantuannya."

    "Jika hari ini kau ada waktu, bawalah dia menemuiku sore nanti. Jadwalku kosong pada waktu itu."

    "Akan aku usahakan, aku pergi dulu."

    Meninggalkan ruangan Dokter Shin. Hankyung bergegas menghampiri Kepala Perawat Choi yang terlihat menyibukkan diri di balik meja.

    "Berikan data pasienku yang kemarin." teguran ringan yang berhasil menarik perhatian Kepala Perawat yang kemudian beranjak berdiri.

    "Kau dari mana saja?"

    "Ada keperluan, kenapa Seonbae bertanya?"

    "Lihatlah ke sana!"

    Hankyung mengikuti arah pandang Kepala Perawat Choi dan seketika guratan keheranan terlihat di wajahnya ketika ia melihat Taehyung duduk di lantai dengan kedua lutut yang terlipat ke atas di saat punggungnya menghimpit tembok.

    "Apa yang sedang dia lakukan?"

    "Dia sudah seperti itu sejak lima belas menit yang lalu."

    "Pemeriksaannya harusnya belum selesai." gumam Hankyung yang segera berlalu dari hadapan Kepala Perawat Choi dan berjalan menghampiri Taehyung.

    "Hansung-ssi." sebuah teguran ringan yang membuat Taehyung mendongak dan membuat Hankyung dapat dengan jelas melihat ketakutan di wajahnya.

    Hankyung lantas berjongok di hadapan Taehyung yang semakin memeluk lututnya dan sesekali menyembuhkan wajahnya ketika beberapa orang melewati tempatnya.

    "Kenapa kau ada di sini? Bukankah seharusnya kau bersama Dokter Taekwon?"

    Taehyung lantas menurunkan lututnya dan mendekati Hankyung. Dia meraih lengan Hankyung dan berucap dengan suara yang pelan, "aku ingin pulang saja."

    "Kenapa?"

    Taehyung menggeleng dengan cepat dan semakin menarik lengan Hankyung dengan tatapan was-was yang mengikuti pergerakan seseorang yang baru lewat.

    "Hansung-ssi." Hankyung sedikit menjauhkan Taehyung darinya dan memegang kedua bahu pasiennya tersebut, "apa pemeriksaannya sudah selesai?"

    Bukannya menjawab, Taehyung justru menunduk dan tak berani menatap Hankyung.

    "Dokter Jeon Hankyung." sebuah teguran dari suara ringan seorang Perawat yang berlari menghampirinya. Melihat hal itu, Taehyung pun merapatkan diri pada Hankyung dan kembali meraih lengan Hankyung.

    "Kau? Ada apa?" tegur Hankyung ketika ia mengenali bahwa Perawat tersebut bekerja di bawah bimbingan Taekwon.

    "Tuan Hansung melarikan diri ketika pemeriksaan akan di lakukan."

    Dahi Hankyung mengernyit. Segera ia jatuhkan tatapan menuntutnya pada Taehyung yang justru berniat menyembunyikan wajahnya di balik bahunya.

    "Hansung-ssi, kenapa kau melarikan diri?"

    Taehyung menggeleng dan semakin menarik lengan Hankyung untuk bersembunyi, hal itu tentunya membuat beberapa orang menatap heran ke arah mereka. Begitupun dengan tiga sekawan yang telah menjadi rekan Hankyung yang saat ini kembali berkumpul di depan meja Kepala Perawat Choi.

    "Ada apa di sana?" Hoseok menjadi orang pertama yang melontarkan pertanyaan.

    "Aku dengar Tuan Hansung melarikan diri saat menjalani pemeriksaan." Kepala Perawat Choi di kejutkan oleh tiga sekawan itu yang segera menatapnya.

    "Choi Hansung?" ujar Jimin dan Jungkook secara bersamaan.

    "Benarkah?" Hoseok menyahuti.

    "Bukan Choi Hansung, tapi Jeon Hansung."

    Tampak keheranan di wajah ketiganya. Jimin pun menyahut, "Jeon Hansung yang mana?"

    "Pasien yang tinggal dengannya."

    "Eh?" Hoseok tampak terkejut, "namanya Jeon Hansung?"

    "Seenaknya memberikan nama kepada orang asing." Jimin menggerutu dengan wajah tanpa minat. Perhatian keempatnya pun kembali mengarah pada Hankyung yang masih mencoba untuk membujuk Taehyung.

    "Sekarang kita kembali ke ruangan Dokter Jung Taekwon."

    Taehyung menggeleng tanpa berani mengangkat wajahnya dan hal itu mulai membuat Hankyung bingung. Dia pun kembali mengarahkan pandangannya kepada si Perawat yang masih berdiri, "apa telah terjadi sesuatu sebelumnya?"

    "Kami bahkan belum melakukan apapun. Tuan Hansung melarikan diri setelah Dokter Jeon meninggalkan ruangan Dokter Jung."

    "Di mana Dokter Jung sekarang?"

    "Beliau berada di ruangannya."

    Hankyung merogoh ponselnya dan sedikit terkejut ketika melihat tiga panggilan tak terjawab dari Taekwon. Dia pun segera menghubungi balik seniornya tersebut.

    "Oppa."

    "Kau ada di mana?"

    "Aku berada di bawah bersama Hansung."

    "Bawa dia kemari."

    "Aku tidak yakin bisa membawanya secepat mungkin."

    "Kenapa?"

    "Ada sedikit masalah, aku akan segera membawanya ke sana."

    Hankyung memutuskan sambungan dan kembali mengantongi ponselnya. Dia kembali menjatuhkan pandangannya pada Taehyung, perlahan ia melepaskan tangan Taehyung yang memegang lengannya. Namun bukannya terlepas, Taehyung justru menariknya lebih kuat lagi dan sempat membuatnya meringis kesakitan.

    "Hansung-ssi, hentikan sekarang!"

    "Kita pulang saja."

    "Kita akan pulang setelah pemeriksaan selesai. Sekarang lepaskan!"

    Taehyung menggeleng. Hankyung menghembuskan napas beratnya dan hendak berdiri, namun bokongnya berhasil mendarat di lantai ketika Taehyung menarik lengannya. Hal itu tentu saja mengejutkan si Perawat dan juga keempat rekannya.

    "Apa-apaan orang itu." Jimin yang terlihat tak begitu baik pun hendak menghampiri keduanya, namun dengan cepat Hoseok menahan dadanya.

    "Eih... Kau ingin kemana? Itu bukan urusanmu. Lebih baik kau diam saja di sini."

     "Hansung-ssi, sekarang katakan apa maumu!"

    "Aku ingin pulang."

    Hankyung menggaruk keningnya dan terlihat frustasi ketika kembali menemukan sikap Taehyung yang menyerupai anak kecil. "Harus ku apakan kau ini?" gumamnya.

    "Eoh! Dokter Jung? Anda di sini?" seru si Perawat yang membuat Hankyung menoleh ke belakang di mana dari arah sana Taekwon datang mendekat. Taehyung yang melihat hal itu pun semakin menarik lengan Hankyung.

    Tampak kerutan penuh tanya yang terlihat di kening Taekwon ketika melihat adegan kekanak-kanakan di hadapannya. "Apa yang sedang kalian lakukan?"

    "Aku sedang membujuknya."

    "Dia bukanlah seorang bocah yang harus di bujuk terlebih dulu untuk bersedia melakukan pemeriksaan."

    Tak membuang-buang waktu, Taekwon segera menarik lengan Taehyung. Namun Taehyung menepisnya dengan kasar dan malah memeluk Hankyung. Membuat semua orang termasuk Hankyung terkejut.

    "H-Hansung-ssi, apa yang sedang kau lakukan?" panik Hankyung.

    "Owh... Apa dia sedang mencoba memanfaatkan keadaan?" ujar Hoseok dengan senyum lebarnya hingga perhatiannya teralihkan oleh pergerakan Jimin yang mengambil cup kopi di tangannya yang sudah habis dan hanya menyisakan beberapa es batu di sana.

    Jimin membuka penutup cup dan segera memasukkan beberapa butir es batu ke dalam mulutnya. Memakannya seperti itu adalah cemilan hariannya dan membuat senyum tak percaya terlihat mengembang di wajah Hoseok serta keheranan di wajah Jungkook dan Kepala Perawat Choi.

    Tanpa mempedulikan tatapan menghakimi dari ketiga rekannya, Jimin segera meraih papan kecil di atas meja Kepala Perawat Choi dan bergegas pergi tanpa mengucapkan apapun.

    "Ya! Aku bisa mentraktirmu satu cup kopi, jika kau mau." seru Hoseok dengan senyum lebarnya.

    "Aku mencium bau hangus." celetuk Jungkook.

    "Di mana?" Hoseok menyahuti.

    "Tidak tahu." acuh Jungkook sembari mengendikkan bahunya.

    "Kau ini!"

    Perhatian mereka pun kembali tertuju pada Hankyung yang masih berusaha membujuk Taehyung. Namun sepertinya Taekwon tidak memiliki kesabaran yang di miliki oleh Hankyung.

    "Pergi ambilkan brankar."

    "Baik." si Perawat lantas berlari untuk melakukan apa yang baru saja si perintahkan oleh Taekwon.

    Taekwon merogoh saku jas Dokternya dan mengeluarkan sebuah suntikan di mana sudah terisi oleh cairan. Dia lantas menjatuhkan satu lututnya dan menarik paksa pergelangan tangan Taehyung meski Taehyung berusaha untuk menolaknya.

    "Apa yang akan Oppa lakukan?"

    "Aku tidak memiliki banyak waktu hanya untuk bermain-main di sini. Berikan tangannya!"

    "Hansung-ssi, berikan tanganmu!"

    Taehyung tak merespon dan tetap menolak untuk memberikan tangannya. Hankyung pun menarik tangan itu dengan paksa. "Berikan sekarang!"

    Dengan bantuan dari Hankyung, pada akhirnya Taekwon pun berhasil mendapatkan tangan Taehyung. Ia lantas menyuntik pergelangan tangan Taehyung dan memasukkan semua cairan yang berada di dalam suntikan ke dalam tubuh Taehyung. Hal itu sempat membuat Hankyung tercekik, namun tak butuh waktu lama hingga ia merasa bahwa tubuh Taehyung melemah. Dengan segera ia menahan punggung Taehyung yang akan limbung ketika pemuda itu kehilangan kesadarannya.

    Dengan cepat Taekwon menarik tubuh Taehyung dan mengangkatnya dengan mudah lalu memindahkannya ke atas brankar yang baru saja di bawa oleh Perawat sebelummya. Meninggalkan kenyataan, Hankyung masih terduduk di tempatnya dengan wajah yang sedikit linglung ketika ia merasakan ada yang aneh dengan jantungnya.

    Tepat setelah Taekwon membawa pergi Taehyung. Jungkook dengan segera menghampiri Hankyung dan berjongkok di depan wanita muda yang sepertinya tak menyadari kedatangannya itu.

    "Sadarlah Noona, dia bukan Choi Hansung."

    Hankyung sedikit tersentak, dan saat itu dia baru menyadari kehadiran Jungkook.

    "Kenapa?"

    "Ternyata selera Noona turun drastis."

    "Apa maksudmu?" Hankyung menyahuti dengan sedikit ketus.

    "Jika di bandingkan dengan Choi Hansung, Hansung Noona yang kurus itu tidak ada apa-apanya... Aku pikir Noona menyukai pria bertubuh kekar seperti Choi Hansung."

    Hankyung memukul lengan Jungkook dengan keras dan sempat membuat Jungkook meringis sembari mengusap lengannya.

    "Kenapa semua orang membahas Choi Hansung hari ini? Apa dia membintangi Drama baru? Apa dia membintangi Film baru? Apa dia mendapatkan penghargaan? Ck, memangnya apa urusannya denganku?!"

    Hankyung lantas berdiri dan berjalan ke arah Hoseok, meninggalkan Jungkook yang masih tertegun di tempatnya. Dengan raut wajah yang kesal, Hankyung mengulurkan tangannya pada Kepala Perawat Choi.

    "Berikan padaku!"

    Menyadari suasana hati Hankyung yang tak bersahabat, Kepala Perawat Choi pun segera menyerahkan papan kecil kepada Hankyung yang kemudian berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Menyisakan keheranan di wajah rekan-rekannya.

    "Dia sedikit sensitif dengan Choi Hansung hari ini." Jungkook bergumam ketika sudah kembali berdiri di samping Hoseok, "biasanya dia akan histeris setiap kali melihat Choi Hansung."

    Kepala Perawat Choi lantas menyahuti, "jika sudah memiliki Hansung sendiri, untuk apa masih mengharap Choi Hansung yang bahkan tidak tahu jika dia hidup."

    Tatapan menyelidik Hoseok segera terjatuh pada Kepala Perawat Choi. "Apa terjadi sesuatu di antara mereka?"

    "Siapa yang kau maksud?"

    "Hankyung dan Hansung."

    "Aku mencium bau terbakar." celetuk Jungkook sekali lagi dan menarik perhatian kedua orang di sekitarnya. Namun dia segera beranjak pergi tanpa memiliki keinginan untuk mengklarifikasi maksud dari perkataannya sebelumnya.

    "Apa anak itu salah memakan sesuatu?" gumam Hoseok.

    "Bukan anak itu, tapi sepertinya kaulah yang tidak mengerti."

    "Aku?" seru Hoseok.

    Kepala Perawat Choi pun kembali ke tempat duduknya dan mengacuhkan Hoseok.

    "Kenapa aku? Memangnya apa yang terbakar?"

Selesai di tulis : 05.02.2020
Di publikasikan : 05.02.2020

   

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro