Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Memories Of The Winter 01

    Langit malam Seoul yang perlahan menggelap, menyusupkan udara dingin yang semakin membeku. Terlepas dari kesibukan nya hari ini, Hankyung berjalan ke kamarnya setelah menyelesaikan urusan di meja makan yang terasa sedikit berbeda ketika ia yang selalu melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri kini juga mendapatkan tanggung jawab untuk mengurus orang lain. Si Tuan tanpa nama yang hingga kini dia sendiri tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa.

    Sejenak ia mendekatkan telinga nya pada pintu yang tertutup sebelum akhirnya mengetuk pintu dengan pelan setelah tak mendengar pergerakan di dalam kamarnya.
    Ketukan ringan yang kemudian mengalihkan perhatian Taehyung yang sedari tadi duduk termenung di tepi ranjang.
    Dia pun beranjak berdiri, berjalan ke arah pintu dan membuka pintu yang membuatnya mampu melihat sosok Dokter muda penyelamat nya tersebut tersenyum di hadapan nya yang tak mampu menampilkan ekspresi lain selain wajah bingung nya.

    "Keluarlah! Waktunya makan malam."

    Mengangguk. Itulah jawaban yang ia berikan, dia pun keluar dari kamar dan menutup pintu sebelum mengikuti langkah Hankyung yang membimbingnya menuju meja makan.

    "Duduklah!"

    Tanpa sepatah katapun, Taehyung pun duduk di bangku kosong yang di maksud oleh Hankyung di saat dirinya sendiri mengambil tempat duduk yang berseberangan dengan nya.

    Pandangan Taehyung terarah pada satu mangkuk sup dan satu mangkuk nasi di hadapan nya, menatapnya seolah itu adalah hal yang baru baginya. Namun sebenarnya ini adalah hal baru bagi Hankyung, karna biasanya dia akan makan seadanya karna hidup seorang diri. Namun sekarang seperti nya dia harus sedikit lebih perhatian pada menu makanan setiap harinya, karna mulai hari ini bukan hanya dia seorang yang tinggal di rumah tersebut.

    "Selamat makan." Ujarnya yang membuayarkan lamunan Taehyung dan langsung mengarahkan pandangan padanya.

    "Makan selagi hangat." Ujar nya kembali dan di akhiri oleh seulas senyum ramah nya.

    Dengan gerakan yang ragu, Taehyung pun mengambil sendok di sebelah mangkuknya dan mulai memasukkan setiap sendok demi sendok ke mulutnya. Namun ada hal yang menjadi perhatian Hankyung dan sempat menghentikan pergerakan nya.
    Bukan nya menggunakan tangan kanan, Taehyung justru menggunakan tangan kirinya untuk makan. Sesuatu yang sedikit asing di mata Hankyung, namun dia segera kembali melanjutkan makan nya setelah terpergok oleh Taehyung yang tak berkomentar apapun dan hanya makan seperti anak baik yang menurut pada ibunya.

    Dan setelah makan malam yang berlalu begitu singkat tanpa ada perkataan basa-basi untuk menghangatkan suasana, mata Taehyung bergerak mengikuti pergerakan Hankyung yang mondar-mandir untuk membereskan meja makan sebelum berakhir berdiri membelakanginya.

    Terlalu sepi ketika terdapat dua orang dalam ruang yang sama, hingga pandangan yang sempat teralihkan untuk beberapa saat kembali pada sosok Dokter muda yang berjalan ke arahnya dan menempati kursi yang masih sama sebelumnya. Menempatkan kedua tangan yang terlipat di atas meja dan saling mempertemukan pandangan keduanya.

    "Bagaimana perasaan mu saat ini?" Satu pertanyaan terlontar, melunturkan kecanggungan di saat ia yang mulai mengambil peran sebagai Dokter yang tengah berbicara dengan pasien nya.

    "Rasanya tidak enak, hanya Dokter Hankyung yang ku kenal di sini."

    Hankyung memberikan senyuman sebagai tanggapan awal sebelum mulutnya terbuka untuk berucap. "Aku akan memperkenalkan mu dengan orang-orang baik di sini setelah ini. Jangan terlalu menekan dirimu sendiri dengan mengharuskan untuk mengingat semua nya, justru sebaliknya. Buatlah ingatan yang baru hingga ingatan lama mu juga akan kembali seiring dengan ingatan baru yang telah kau ciptakan."

    "Mereka. Sedikit," Taehyung menghentikan perkataan dengan pandangan yang terjatuh dan sebuah garukan kecil pada tengkuknya.

    "Sedikit?"

    Taehyung segera menurunkan tangan nya kembali dan menggeleng. "Tidak ada apa-apa." Ujarnya yang mengurungkan niatnya.

    "Jika ada sesuatu, katakan padaku. Aku akan coba membantu jika itu berada dalam jangkauan ku."

    Taehyung mengangguk. "Dokter Hankyung, memiliki Rumah Sakit sendiri?"

    Sebelah alis Hankyung terangkat, tampak belum mengerti apa yang di maksud sebenarnya oleh Taehyung.

    "Rumah Sakit?"

    Taehyung mengangguk. "Yang di depan itu." Ujarnya sembari menunjuk arah di balik punggung nyadan seketika senyum lebar Hankyung berubah menjadi tawa ringan.

    Dia menggunakan punggung tangan nya untuk menutupi mulutnya di saat wajah Taehyung tak menunjukkan ekspresi apapun selain hanya kebingungan.

    "Itu hanya Klinik, bukan Rumah Sakit." Ujarnya di saat tawa ringan nya menyisakan segaris senyum di wajah nya.

    "Klinik? Jadi Dokter Hankyung juga mengobati orang saat di Rumah?"

    "Tidak selalu, hanya jika mereka membutuhkan."

    "Besok, apa Dokter Hankyung akan pergi ke Rumah Sakit?"

    "Tidak, aku mengambil cuti selama tiga hari."

    "Kenapa?"

    "Ada hal yang harus ku urus."

    Dan perbincangan singkat malam itu berakhir sampai di situ karna setelahnya keduanya memutuskan untuk segera beristirahat, Taehyung yang tidur di kamar dan Hankyung yang tidur di sofa. Bukanlah hal sulit bagi Hankyung, karna dia bahkan sering tidur dalam posisi duduk ketika bertugas di malam hari.
    Dalam keheningan, malam berlalu dengan udara dingin yang berhasil di kalahkan oleh penghangat ruangan yang bekerja hampir 24 jam dalam sehari di musim dingin seperti ini.

    Pagi yang menyambut, Taehyung terlihat berdiri di teras Klinik setelah selesai sarapan di saat Hankyung sendiri tengah menyibukkan diri di dalam rumah.
    Tatapan yang terlihat begitu bersih tersebut tertuju pada butiran salju yang jatuh dari langit, membawa hawa dingin pagi itu di saat sinar matahari tak mampu menjangkau tanah.
   
    Perlahan dia mengangkat tangan nya ke udara, membiarkan telapak tangan nya menangkup butiran salju putih yang begitu lembut hingga seulas senyum tipis itu berhasil menghiasi wajah nya yang terlihat lebih hidup di bandingkan dengan sebelumnya.

    "Permisi."

    Sebuah teguran yang seketika membuat senyum di wajahnya menghilang, dengan tatapan asingnya dia menjatuhkan pandangan pada sosok pria paruh baya yang kini berdiri di bawah tangga.

    "Apa Dokter-"

    Perkataan pria tersebut terhenti ketika Taehyung yang tiba-tiba berlari masuk dan menutup pintu dari dalam tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia berlari menuju kamar dan sempat menarik perhatian Hankyung yang yang menatap nya keheranan.

    "Apa yang sedang dia lakukan?" Gumamnya yang melihat ke arah pintu kamar yang tertutup.

    Merasa penasaran akan apa yang membuat Taehyung hingga berlari seperti itu, dia pun memutuskan untuk berjalan ke depan dan membuka pintu rumah.

    "Pak Kim." Tegurnya pada pria paruh baya yang sebelum nya di tinggal kabur oleh Taehyung.

    "Dokter Hankyung."

    "Pak Kim sudah lama di sini?"

    "Tidak, tidak. Aku baru sampai, tadi aku melihat pemuda di sini dan ingin bertanya. Tapi dia malah lari begitu saja." Ujar Pak Kim dengan kekehan ringan nya.

    "Ya sudah, mari masuk dulu."

    Hankyung mempersilahkan Pak Kim untuk masuk sebelum dia yang kemudian kembali menutup pintu dari dalam.

    "Lama tidak bertemu, bagaimana kabar Pak Kim?"

    "Aku baik-baik saja, hanya beberapa hari ini aku sering pusing. Setiap hari istri ku selalu memarahi ku, dia selalu menyuruh ku untuk datang ke sini meski aku sudah mengatakan bahwa kau tidak ada." Ujar Pak Kim yang terdengar seperti sebuah pengaduan, namun hal itu hanyalah terlontar sebagai sebuah guraun yang membuat tawa ringan keduanya saling bersahutan untuk sepersekian detik.

    "Mungkin lain kali aku harus memberikan kunjungan ke rumah, Pak Kim."

    "Tidak perlu, tidak perlu. Aku masih kuat untuk berjalan kemari. Dokter sudah mau memeriksa ku saja aku sudah sangat berterimakasih."

    "Silahkan."

    Pak Kim kemudian berbaring di atas ranjang di saat Hankyung tengah mengambil peralatan nya, dan saat itu pula Taehyung menyembulkan kepalanya keluar.
    Tatapan matanya terlihat sedikit was-was sebelum ia yang keluar dari kamar dengan langkah yang terlihat berhati-hati ketika mendengar suara Hankyung yang tengah berbincang-bincang dengan seseorang di depan.

    Perlahan dia melangkahkan kakinya dengan hati-hati dan segera bersembunyi ketika melihat sosok Hankyung, dia kemudian melongokkan kepalanya untuk melihat dengan siapa Hankyung berbicara dan dia menemukan pria yang sebelumnya menegurnya.
    Untuk beberapa saat dia berdiri di sana, menyembunyikan tubuhnya dan hanya berani mengintip hingga keberadaan nya di sadari oleh Hankyung yang hendak mengambil obat di lemari kecil yang berada dalam ruangan tersebut.

    Taehyung yang menyadari hal itu pun dengan perlahan memundurkan langkahnya hingga benar-benar menghilang dari pandangan Hankyung, namun Hankyung masih bisa melihat ujung kaki Taehyung dan hal itu membuatnya tersenyum tak percaya.
    Dia kemudian menghampiri Taehyung dan melongokkan kepalanya ke tempat persembunyian Taehyung yang seketika membulatkan matanya, menampakkan keterkejutan di wajahnya.

    "Aku masih bisa melihat ujung kaki mu." Ujarnya dan seketika itu Taehyung segera melarikan diri, membuatnya tertawa ringan tanpa suara.

    "Berapa usianya yang sebenarnya." Gumamnya yang kembali menghampiri Pak Kim, dan setelah sedikit berbincang-bincang perihal kondisi kesehatan Pak Kim. Pria paruh baya itu pun berpamitan pulang.

    Setelah membereskan Kliniknya, Hankyung pun berjalan masuk dan mendapati Taehyung tengah terduduk di lantai sembari membaca majalah yang ia taruh di atas meja. Tampak begitu fokus dan bahkan tak menyadari kehadiran nya hingga ia yang menempatkan diri duduk di samping nya.

    Taehyung sempat terlonjak dan refleks memundurkan tubuhnya hingga punggungnya menabrak sofa.

    "Maaf..." Ujar Hankyung dengan senyum lebarnya ketika ia sadar bahwa dia telah mengejutkan Taehyung.

    "Apa yang sedang kau baca?"

    Taehyung kembali memperbaiki posisi duduk nya seperti semula dan menunjuk ke arah majalah yang ia baca.

    "Boleh aku berbicara padamu?" Tanya Hankyung kemudian.

    "Begini, kita sudah tinggal bersama dan aku merasa sedikit kesulitan untuk memanggil mu karna kau tidak memiliki nama. Jadi, bisakah kita menggunakan nama baru untuk mu sekarang?"

    Taehyung sempat terdiam untuk beberapa detik sebelum mengangguk.

    "Lalu, nama apa yang akan kau pakai?"

    Taehyung sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu dengan pandangan yang tak tentu arah hingga pandangan nya terjatuh pada majalah yang masih berada di atas meja.

    "Han-sung." Celetuk nya ketika membaca sebuah nama yang berada di cover majalah tersebut.

    "Hansung?" Ulang Hankyung memastikan dan Taehyung segera mengarahkan pandangan padanya sembari mengangguk.

    Senyum Hankyung melebar, setidaknya sekarang dia bisa memanggil Taehyung dengan cara yang benar. "Baiklah Hansung-ssi, mulai sekarang orang-orang akan memanggil mu dengan sebutan itu."

    "Apa namanya tidak aneh?"

    "Apanya yang aneh?"

    Taehyung mengangkat majalah di tangan nya dan menghadap kan nya ke Hankyung dengan telunjuk yang menunjuk ke arah foto seorang pria bertubuh atletis di sana.

    "Orang ini namanya Hansung, bukankah aku terlalu kurus di bandingkan dengan dia?"

    Seketika tawa Hankyung meledak, namun masih dalam batas wajar dan bahkan sampai mengeluarkan air mata karna dia yang menahan tawanya di saat Taehyung justru tersenyum canggung dan memperlihatkan sebagian kecil giginya.

    "Maksud mu Choi Hansung?"

    Taehyung dengan cepat mengangguk.

    "Asal kau tahu saja, dia hanya membentuk tubuhnya saat dia bermain dalam Film Goodbye Mr.Kim. itu pun karna dia di tuntut untuk menjadi seorang petarung. Sebelumnya dia juga sama kurusnya dengan mu, baru-baru ini saja aku melihat bahwa ukuran tubuhnya sudah kembali normal."

    "Apakah bisa seperti itu."

    "Tentu saja bisa, apa yang tidak bisa di lakukan di dunia ini?"

    "Apa dia bertarung di dalam ring."

    Hankyung mengangguk. "Benar, tapi hanya di Film. Tapi aku dengar dia sempat mengalami patah tulang saat proses syuting, karna tidak sengaja terbanting oleh lawan main nya."

    "Mereka hanya berakting, Kenapa harus sungguhan?"

    "Itu bukanlah hal yang di sengaja, dia bahkan sudah sering mengalami patah tulang. Tapi ajaib nya semua aktor yang pernah menjadi lawan main nya memiliki nama yang besar setelah nya."

    "Kenapa bisa begitu?"

    "Tentu saja bisa."

    Perbincangan ringan yang terjadi secara natural karna memang seorang Jeon Hankyung adalah penggemar berat dari aktor muda Choi Hansung, jadi sudah pasti dia sangat antusias ketika seseorang membicarakan aktor favoritnya tersebut.
    Sebuah perbincangan ringan yang perlahan melunturkan kecanggungan di antara keduanya, sebuah nama yang membimbing Kim Taehyung menuju takdir yang baru. Takdir yang bahkan ia sendiri tak mengetahuinya seberapa lama dia akan di permainkan oleh semua kebohongan.

Selesai di tulis : 15.08.2019
Di publikasikan : 15.08.2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro