Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|3|

"Eh? Samatoki-kun?"

Samatoki melambaikan tangannya dan mengeluarkan tawa. Seperti yang ia duga, Ichiro-san benar-benar terkejut akan kedatangannya. Sepasang matanya melebar seolah melihat hantu, ranumnya sedikit membuka dan jejak kebingungan terlihat. Gemas, gemas, gemas, Samatoki seakan habis meneguk gula hanya melihat ekspresi Ichiro-san. Ah dia ingin mengabadikan ekspresi menggemaskan ini, dimana yah ponselnya, ah iya Sasara sialan mengambilnya, awas saja nanti. Samatoki merutuki kawannya, ia jadi takut otaknya tak dapat merekam jelas ekspresi Ichiro-san saat ini.

"Samatoki-kun ..., kenapa di sini?"

Sial, sekarang Samatoki ingin menikahinya saja.

Samatoki berdehem. Rasa rindu yang ia tahan semenjak kemarin melonjak tinggi. Ia bisa menghidu aroma matahari yang mulai menyesaki sel otaknya. Merah muda bergerumbul dalam tubuhnya. Nah, sekarang ia harus cepat menjawab sebelum ia kehilangan kewarasannya.

"Ichiro-san ...," Samatoki mengucap lambat-lambat. Sepasang merahnya bercinta dengan jutaan bintang dalam hijau dan merah yang berkilauan. Rasa gugup perlahan menjalari tenggorokannya. "Mau makan malam bersama?"

Samatoki rasanya hampir-hampir ingin memeluk orang di hadapannya saat ini juga, ketika Ichiro-san mengangguk pelan dengan ekspresi kebingungan yang menggemaskan.

.

"Jadi Samatoki-kun mau bicara apa?"

Samatoki mendongak. Ia meletakkan sumpitnya, memandang Ichiro-sannya dengan kilat geli. Bibirnya sedikit menekuk. "Memangnya aku tidak boleh datang ke sini hanya untuk melihat Ichiro-san?"

Ichiro-san mengerjap dengan lucu (setidaknya menurut Samatoki). Kebingungan. Samatoki mencengkram sumpitnya, melampiaskan rasa gemasnya. "Lupakan, kau selalu bisa membaca pikiranku. Aku di sini memang ingin membicarakan sesuatu dan melihat Ichiro-san."

Ichiro-san mengangguk. "Jadi? Bicaralah Samatoki-kun."

Samatoki meneguk salivanya. Rasa gugup perlahan kembali mengaduk-aduk dalam perutnya. Samatoki menghembuskan napas  berat. Ah sialan, ternyata praktiknya sepuluh kali lipat lebih sulit. "Ichiro-san, menurutmu kita sudah kenal berapa lama?" Pada akhirnya, cuma itu yang bisa ia tanyakan. Tak apa pelan-pelan, brengsek.

"Hm, 5 tahun?"

Samatoki mengangguk ragu-ragu.

"Memangnya kenapa Samatoki-kun?"

Samatoki megetuk-ngetuk jari telunjuknya pada permukaan meja. Rasa gugup bercampur dengan rasa gelisah. Tiga kawannya memang benar, Samatoki bukan pria yang romantis, dan ia mengakuinya sendiri. Ia bukanlah orang yang pandai mengucapkan kalimat layaknya pujangga. Ia cuma hobi marah-marah dan berbicara bahasa kebun binatang. Ramuda pernah bercanda, bahwa jika ia lebih pendiam sedikit dan tidak bar-bar, ia pasti akan populer karena lumayan tampan. Samatoki mendengus saja waktu itu dan melempari setan cebol itu kamus.

Sejujurnya tiga kawannya benar, ia juga tidak pernah mendapatkan pengalaman romansa. Ia selalu sibuk untuk menjaga Nemu, dan tak punya waktu untuk sekedar memikirkan semua omong kosong itu. Tapi itu sebelum bertemu dengan Ichiro-san, pertemuan mereka pertama kali saja Samatoki sudah hampir kehilangan kewarasannya. Kalau kata Nemu sih, ia sudah diperbudak oleh cinta. Beruntung Nemu adiknya dan perkataannya memanglah tak sepenuhnya salah, jika itu salah satu tiga kawan setannya, mungkin Samatoki sudah mendepak mereka.

'Samatoki sangat menyukai Ichiro-san yah?' Ramuda selalu mengatakan itu padanya. Samatoki tak menyangkal sama sekali, baginya Ichiro-san sudah seperti hadiah dari semesta untuk pendosa sepertinya.

"Samatoki-kun?"

Samatoki berkedip. Kesadarannya kembali menjajak dunia. Rasa gugup dan gelisah kembali mengaduk dalam perutnya. Ia menghembuskan napas, kemudian kembali menabrakkan sepasang merahnya pada iris berbeda warna di hadapannya.

"Samatoki-kun, kau baik-baik saja? Wajahmu pucat seka—"

"Ichiro, kalau aku bilang aku mencintaimu, apa yang akan kau lakukan?"

Senyap mendominasi suasana.

Samatoki gugup luar biasa. Degup jantungnya berdetak keras. Tenggorokannya memaksa mengeluarkan suara. "Kau tahu, aku bukan orang yang pandai kata-kata. Aku cuma tahu memaki dan marah-marah." Kemudian wajahnya mendongak, mencari-cari jutaan bintang yang teraduk dalam hijau dan merah kesukaannya. "Aku mencintaimu, Ichiro. Semua bagian yang ada pada dirimu membuatku hampir kehilangan kewarasanku. Aku tidak tahu dari kapan ini bermula, mungkin pertemuan pertama kita, di bawah pohon sakura dan aku merasa tubuhku penuh merah muda. Nemu dan tiga temanku bahkan sampai menertawaiku karena hal ini. Aku selalu suka semua yang ada dalam dirimu Ichiro, dan ketika aku sadar, aku tak ingin seorangpun mencuriku darimu."

"Ichiro, aku mencintaimu. Maukah kau mengajariku yang bodoh ini untuk mengenal rasa ini lebih jauh?"

Samatoki tak tahu darimana itu datang. Menurutnya semua yang dikatakannya terdengar acak dan ambigu. Brengsek, itu benar-benar acak dan ia bahkan tak tahu Ichiro-san bakal mengerti atau tidak dengan apa yang ia ucapkan! Mampus sudah, salah sendiri siapa yang bodoh.

Samatoki meneguk salivanya. Rasa gugup dan gelisah semakin mengaduk-aduk dan degup jantungnya semakin bertalu-talu dengan keras. Samatoki kelimpungan, ia bahkan hampir tak dapat menghembuskan napas. Tapi kemudian, ia mencoba dengan sisa keberanian untuk mendongak.

... hanya untuk melihat wajah Ichiro-sannya yang memerah. Merah. Merah. Merah. Semuanya merah. Hijau dan merahnya lebih penuh dengan jutaan bintang-bintang yang terlalu bersinar.

Samatoki membeku sejenak.

Namun kemudian, ia tak dapat menahan dorongan untuk memeluk Ichiro-sannya ini, ketika orang ini menggangguk dan menggumam dengan sangat pelan.

"Aku mencintaimu juga, Samatoki. "

Samatoki menyerap aroma matahari lebih banyak, menyusupkannya ke sel-sel otaknya. Membuatnya hanya selalu mengingat Ichiro-sannya.

Dalam usianya yang 17 saat ini, Samatoki baru menyadari bahwa semesta benar-benar terlalu dermawan dengannya, memberikan hadiah malaikat yang sama sekali tak berhak didapat oleh pendosa sepertinya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro