Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

|2|

Sudah lima tahun semenjak pertemuan aneh di bawah pohon sakura itu.

Samatoki sudah tak lagi bocah yang kerjannya cuma memukuli meja. Ia sudah menempati kelas akhir di pendidikan sekolah menengahnya. Meskipun ia berada di detik-detik menegangkan ujian akhir, Samatoki tak pernah menghilangkan kebiasaan membolos dan terlibat dalam pertarungan dengan orang-orang di luar sekolah. Membuat banyak guru sakit kepala, dan murid-murid lain takut kepadanya. Pada akhirnya cuma kawan setannya dari sekolah dasar yang masi dekat padanya, juga dua lainnya yang ditemui saat sekolah menengah pertamanya.

Oh iya jangan lupakan juga Ichiro-san.

Ngomong-ngomong tentang Ichiro-san, ia sudah bukan lagi remaja yang memakai gakuran dan selalu membawa bukunya kemana-mana. Ia sudah tumbuh menjadi pria yang hebat dan saat ini telah melaksanakan kuliahnya di universitas terdekat. Rambutnya semakin tumbuh panjang, dan sepasang hijau dan merahnya membawa banyak tekad dan semangat. Namun bagi Samatoki sendiri, Ichiro-san malah semakin menggemaskan saja. Jutaan bintang-bintangnya semakin bersinar dan membuat Samatoki gemas sendiri.

Ah membicarakan Ichiro-san, Samatoki jadi rindu lagi dengannya.

Ia merindukan ocehan Ichiro-san, merindukan senyumnya, merindukan jutaan bintang yang bersinar di irisnya yang berbeda. Namun sang empu masih sibuk dengan kehidupan kuliahnya, dan semakin hari semakin jarang menghubungi dirinya. Jika bukan karena untuk masa depan Ichiro-san, Samatoki tentu bakal nekat menculik Ichiro-san dari dosen-dosennya atau teman-teman kampusnya.

Ah, ia jadi ingin mengunjungi Ichiro-san di kampusnya. Sudah dua minggu ia tak bertatapan muka dengan malaikatnya. Ia membayangkan wajah Ichiro-san ketika ia mengunjunginya nanti. Pasti gemas sekali, ia bisa melihat iris berbeda warna itu yang melebar, dan ranumnya yang membuka sedikit dan—

Sebentar, kenapa tiba-tiba gelap—

Samatoki mengerjap. Kesadarannya kembali mengambil alih. Ketika imajinasi Ichiro-san sepenuhnya hilang, sebuah kain bercorak daun berada tepat di hadapannya. Lebih tepatnya, menampar wajahnya. Samatoki dengan kesal menarik kain itu, kemudian menangkap kawan-kawan setannya yang terkikik geli melihatnya.

"Sialan, kalian bertiga!"

"Bukan aku," Jyuto buru-buru menyela. Ia menunjuk Ramuda dan Sasara yang masih terkikik. "Mereka berdua yang melakukannya."

Samatoki memandang keduanya. Sasara menepuk bahunya, buru-buru menghentikan tawanya. Sementara Ramuda dengan berani masih terkikik, dan memandang Samatoki dengan kilat jahil. Samatoki ingin menenggelamkan setan kecil itu di sungai saat ini juga, biar dia tidak bisa terkikik lagi seumur hidupnya.

"Lagipula juga salahmu sendiri. Melamun tanpa henti, mana menggumamkan Ichiro-san terus," tukas Jyuto sambil menunjuk kepadanya.

"Benar!" Ramuda menyahut dengan riang, "Samatoki suka banget yah sama Ichiro-san." Kemudian ia terkikik lagi, membuat Samatoki hampir ingin mencekiknya saat itu juga.

Sebenarnya itu tidak disengaja. Mana ia tahu, kalau ia juga mengutarakan isi pikirannya. Namun yah Samatoki tak peduli, toh yang menangkap itu ketiga kawan setannya, bukanlah Ichiro-san sendiri (jangan sampai ini terjadi, nanti Samatoki bakal bunuh diri karena terlalu malu). Jadi meskipun masih ingin mengutuk dan masih ingin menenggelamkan Ramuda, Samatoki hanya bersandar di kursinya kembali dan melirik pemandangan di jendela dengan asal.

Entah kenapa akhir-akhir ini, ia mendadak jadi melankolis. Ia tak tahu mengapa, semenjak Ichiro-san jarang menghubunginya, ia jadi tak ingin melakukan apa-apa. Bahkan hanya untuk mendepak seseorang saja, ia terlalu malas. Seolah-olah jiwanya hampir habis daya saja.

Samatoki memandang lazuardi. Keparat, ia rasanya ingin memeluk Ichiro-san saat ini juga.

"Nah, mulai lagi," Sasara mengucap dan menepuk-nepuk bahunya. Kemudian ia duduk dengan tenang di mejanya. "Kalau rindu Ichiro-san, bilang saja padanya. Susah sekali sih, kau merumit-rumitkan hidup saja. Kau terlihat seperti ..., apa namanya Ramuda?"

"Kuda terlantar!"

"Nah benar. Kau terlihat seperti kuda yang ditelantarkan pemiliknya di hutan belantara, tahu~"

Samatoki mendengus. Ia mengutuk keduanya tanpa henti; badut miskin, setan cilik, sipit tak laku, bocah sd. Ia  terpaksa berhenti, ketika Jyuto menyelanya secara kurang ajar, "Nah mereka benar, kalau rindu temui Ichiro-san. Daripada kau makin sinting saja." Samatoki menambah rutukan; kelinci brengsek.

Namun ketiganya berpura-pura tak mendengar. Jyuto bahkan menambahkan dengan sengaja, "Kalau kau begini terus, yang ada jangan mengamuk jika Ichiro-sanmu itu diambil orang."

Samatoki membisu.

Sebelum Samatoki bisa merespon, Sasara buru-buru menyahut, "Benar! Kau harus gas langsung Samatoki!"

"Dan kalaupun Ichiro-san itu mengulur-ulur, setidaknya dia tahu perasaanmu. Terang-terangan adalah yang terbaik!" Ramuda ikut menambahkan.

Memang kawan-kawannya ini patut diberi julukan setan. Samatoki bahkan tak bisa dibuat berkata-kata, dan dengan ogah mengakui kalau saran mereka memang menggoda. Sejujurnya ia ingin bersikap seperti itu semenjak tahun pertama, namun ia juga diam-diam takut hubungannya dengan Ichiro-san menjadi canggung karena itu. Maka dari itu, Samatoki masih tak berani mencobanya hingga sekarang.

Tapi karena ocehan ketiga kawannya itu, Samatoki jadi ingin mencobanya sekarang juga. Lebih baik mencoba meskipun resikonya besar, daripada membiarkan orang lain mendapat kesempatan. Dipikir-pikir lagi, Ichiro-san itu gemas, dan orang lain bisa mencurinya kapanpun jika Samatoki tak segera buru-buru mendapatkannya.

"Benar." Samatoki menarik seringainya. Ia menepuk bahu ketiga kawannya bergantian. Sepasang merahnya berkilat-kilat. "Aku akan mengunjungi Ichiro-san nanti."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro