Chap 5
Drrt! Drrt!
Bunyi getaran telepon berasal dari ponsel terdengar kembali, menunggu sang pemilik mengangkat dan menerima telepon tersebut. Deringannya terus menyeru tanpa henti, seperti sebuah alarm akan kematian.
Tap!
"Moshi-moshi ..."
Ah, ada yang menghentikan deringan itu. Siapakah gerangan?
"Hayagama [Name] di sini, siapa di sana?"
Tentu saja Hayagama [Name], pemilik ponsel yang sedaritadi berdering tiada henti. [Name] dengan penampilan rambut basah yang sedang ia keringkan menggunakan handuk kecil, menerima sebuah panggilan dari seseorang.
"Izumi Mitsuki! Konbanwa, [Name]-chan~!" jawab seseorang di balik gelombang suara, Izumi Mitsuki dengan keras.
[Name] sampai menjauhkan ponsel dari telinganya, mencegah kemungkinan berkurangnya fungsi pendengarannya.
"Konbanwa mou, Mitsuki-kun. Ada apa menelponku?" tanyanya setelah selesai menjauhkan ponselnya.
"Iie ... aku hanya ingin tahu, apakah kau sudah membaca surat yang telah dikirimkan oleh Riku tadi?"
[Name] terdiam sebentar, tak lama wajahnya mulai bersemu merah malu. "S-sudah, yak! U-untuk apa kau me-menuliskan surat dengan bumbu memalukan sih?!"
[Name] mendengar suara kekehan milik Mitsuki, kekehannya begitu lembut hingga membuat si pendengarnya lemas.
"Hehehe ... tentu saja aku tidak ingin kau melupakan kejadian memalukan yang telah dialamimu," ucap Mitsuki diselingi kekehan.
[Name] terdiam tak menyahut ucapan sahabat SMP-nya, wajahnya mulai memanas. Dalam hati ia merutuki Mitsuki dengan kalimat manis, saking manisnya sampai Mitsuki marah.
"[Name]-chan? Kau ada di sana?"
Suara teguran diselimuti rasa khawatir terdengar di telinga perempuan bermarga Hayagama, [Name] berdeham sejenak lalu menjawabnya dengan kata, 'Iya'.
Mitsuki menanggapinya dengan kalimat, 'Syukurlah, kukira kau diculik sampai tidak terdengar suaramu.'
Hening
Tidak ada yang saling membuka obrolan lagi, mereka terdiam, menunggu salah satu dari mereka membuka obrolan lagi. Suasana hening ini entah kenapa membuat [Name] merasa canggung, rasa canggung yang kembali muncul setelah lima tahun lamanya.
"[Name]-chan/Mitsuki-kun," panggil mereka berbarengan. Baik [Name] maupun Mitsuki tertawa pelan, menertawakan tingkah masing-masing.
"Seperti kita kembali ke masa itu ya ...," komentar Mitsuki dibalas anggukan dari [Name], meskipun Mitsuki tidak melihatnya, ia yakin pasti perempuan di apartemennya mengangguk setuju.
"Iya ... omong-omong, Mitsuki-kun ada apa memanggilku tadi?" tanya [Name] penasaran.
Di indra pendengarannya, ia mendengar Mitsuki berdeham sejenak, guna menetralkan suaranya yang mulai serak.
"Esok apa kau sibuk?"
[Name] berpikir sejenak lalu menjawab, "Tidak, esok aku tidak sibuk apalagi membuka toko bunga. Kau tahu bukan, kalau esok adalah hari tutupnya toko bunga selama sehari?"
"Ah benar juga, gomenne. Aku sedikit pelupa," sahut Mitsuki di sana.
"Iie, daijoubu desu."
"Ne ... apa kau ingin ikut bersamaku untuk hanami? Bu-bukan hanya aku saja, teman-temanku juga."
[Name] terdiam memikirkan jawaban yang pas untuk tawarannya, ia sampai menggigit bibirnya sendiri, begitulah kebiasaannya saat berpikir. Di dorm, lebih tepatnya di salah satu kamar, Mitsuki sedang setia menunggu jawaban dari [Name]. Mitsuki mengambil kertas dan pena lalu menggerakkannya sesuka hati hingga membentuk sebuah bentuk hati berukuran sedang dengan sebuah nama lengkap di tengahnya, entah apa yang sedang dipikirkannya.
"Mitsuki-kun," panggil [Name] setelah sekian lama tak bersuara. Mitsuki tersentak kaget sehingga menjatuhkan pena di genggamannya, "Nani? Apa jawabanmu?"
"Aku ... mau ikut hanami bersamamu," jawab [Name] sedikit pelan. Di dorm, Mitsuki tersenyum cerah, merasa senang akan jawaban yang diberikan olehnya dan seakan itu merupakan jawaban sakral.
"Hora! Itu bagus sekali! Aku akan mengirimkan tempatnya esok hari, datanglah pukul 08.15 A.M . Ja mata ne, oyasuminasai, [Name]-chan!" seru Mitsuki senang dan langsung ditutup komunikasinya. [Name] tersenyum kecil sembari menggelengkan kepalanya, "Kau masih sama, Mitsuki-kun."
TBC
552 kata
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro