
26 - Scared Again
vote dulu jangan lupa sebelum scroll 🩷
komennya juga ya 🧸🩷 happy reading 💋
❤︎❤︎❤︎
Kedua mata Athena terbuka, samar-samar ia melihat langit-langit kamarnya dan Jean di apartemen. Sedetik setelahnya, Athena langsung sadar dengan apa yang terjadi dan apa yang membuatnya sampai tak sadarkan diri. Athena panik, ia terduduk dan terkejut kala mendapati Jean duduk di sampingnya.
"Sayang, how do you feel? Kamu nggak apa-apa? Mana yang sakit? Apa kita perlu ke rumah sakit?" Han Jean menghujani Athena dengan berbagai macam pertanyaan.
Han Jean hendak menyentuh kening Athena guna memeriksa suhu badannya, namun istrinya yang takut justru menghindar dan memundurkan tubuhnya guna menjauh dari Jean.
Ekspresi khawatir yang Jean tunjukkan mendadak berubah datar. Tangannya yang melayang di udara karena penolakan Athena jatuh mengepal kuat-kuat. Lagi, dia melihat Athena gemetar, bahkan tak berani menatap matanya. Athena kembali seperti dulu, yang takut, benci, dan terlihat... jijik.
Han Jean dan Athena lama saling diam. Kamar mereka jadi hening. Han Jean sibuk berpikir, sedang Athena sibuk gemetar takut. Masih lengket di ingatannya saat ia mendapati suaminya berlaku menyeramkan. Athena pernah lihat sebelumnya, tapi tidak separah tadi sampai buat dia jatuh pingsan. Jean sangat berbeda dan Athena takut.
Sepanjang perjalanan dari mal ke rumah mamanya, Athena berharap ucapan Guin tidak benar adanya. Hubungannya dan Jean mulai membaik, Athena juga mulai nyaman dengan suaminya. Ia berusaha membuka hatinya untuk Jean yang statusnya adalah keluarga baru untuk Athena. Ia suka Jean bersikap lembut, perhatian, dan buat betah. Itu menyebabkan jantung Athena berdebar-debar.
Selama di dalam taksi, berkali-kali Athena menepis bayangan jelek tentang Jean. Batinnya tidak berhenti merapalkan doa berharap ucapan mamanya tentang suaminya salah
Tetapi semua sirna saat Athena masuk dan melihat mamanya gemetar ketakutan. Athena juga mendengar suara gaduh di dalam ruang kosong. Tanpa bertanya kepada mamanya, kaki Athena melangkah mendekat. Tak beri aba-aba, ia segera membuka pintu dan melihat hal yang lebih parah dari bayangan jelek di otaknya selama dalam perjalanan.
Han Jean tengah memegang sebuah obeng, sudah diarahkan ke mata pria tua yang berlumuran banyak darah. Kondisi pria tua itu sangat mengenaskan, sebuah tali melingkar di lehernya, wajahnya sudah tidak jelas bentuknya karena tertutup cairan merah, dan bajunya kotor akan darah dan jejak injakan alas kaki.
Athena tidak bisa berkata-kata. Ia terkejut dan menolak apa yang dilihatnya saat itu. Karena otak dan penglihatannya tidak selaras, Athena drop. Pandangannya mengabur dan ia jatuh pingsan sebelum menghentikan aksi suaminya.
Di sinilah Athena tersadar. Ia langsung memikirkan nasib pria tua yang Jean buat babak belur. Athena takut Jean benar membunuhnya. Athena memeluk kedua kakinya erat-erat di dalam selimut, tubuhnya tidak berhenti gemetar, ia menggigit kuku jempolnya panik.
Athena takut kepada Jean, bahkan Jean masih diam tidak jauh darinya berada.
"Jangan kasih aku tatapan itu, Athena. Kamu buat dada aku nggak nyaman." Han Jean berkomentar. Ia benci hal itu. Athena mulai tidak berani menatap matanya lagi. Padahal baru kemarin dia menggemaskan dan tersenyum manis.
Sekarang siapa lagi yang harus Jean salahkan?
"Jadi? Mama kamu yang suruh kamu ke sana?" tanya Jean.
Athena menggeleng bohong. "B- bu- bukan," jawabnya tergagap.
"Kamu nggak pintar bohong."
Han Jean beranjak, dia turun dari ranjang untuk membiarkan Athena menenangkan diri. Namun Athena buru-buru mendekat dan menahan tangan Jean dengan kedua tangannya.
"Ka- kamu mau ke mana?" tanya Athena.
Mata Jean melihat tangannya yang ditahan. Athena masih saja gemetar. Tangannya mengeluarkan keringat dingin. "Takut aku ke rumah Mama kamu dan habisin dia, ya?" tanya Jean balik.
Athena mendongak, matanya berkaca-kaca menahan tangis. Ia menggeleng keras, genggaman tangannya di tangan Jean mengerat. "Jangan," lirihnya.
Jean tidak bereaksi, lelaki itu kembali duduk. Kini posisinya dekat dengan sang istri yang tidak kuat membendung air matanya. "Jangan sakiti mama aku," isak Athena.
"Tapi mama kamu udah bikin jarak kita jauh lagi. Kamu benci aku lagi."
Athena menggeleng, "Enggak, Jean. Aku... aku...." Athena tak bisa melanjutkan ucapannya. Ia tidak tahu menjelaskan dengan cara apa, berbohong pun Athena tidak sanggup. "Aku nggak benci kamu."
"Kalau enggak benci kenapa nggak tatap mata aku?"
Athena memberanikan diri membalas tatapan Jean meski takut. Wajah Athena pucat, ia terlihat tidak baik-baik saja. "Kenapa kamu lakuin itu?" tanya Athena balik.
"Dia udah kurang ajar, dia pantas terima itu."
"Apa kamu bunuh dia?"
"Belum, karena kamu datang dan pingsan. Aku lebih pilih urus kamu dulu."
Dada Athena yang penuh terasa sedikit renggang. Ada perasaan lega mendengarnya. Tubuhnya yang tegang jadi lemas. "Aku nggak mau kamu bunuh orang. Kalau kamu dipenjara gimana? Aku... Jean. Aku takut sama kamu." Pundak Athena terguncang. "Aku nggak suka kamu kayak gitu."
Han Jean diam saja. Lelaki itu mengolah kata demi kata yang keluar dari mulut Athena.
"Aku nggak kenal kamu, aku nggak tahu suami aku kayak gimana. Kita udah kenal tiga tahun lebih, selama itu aku masih asing, Jean. Aku mau kenal kamu lebih dekat karena kamu bilang sekarang kita keluarga. Jadi jangan buat aku nyerah sama kamu Han Jean."
Kamu pengin nyerah hanya karena lihat sedikit dari sisi aku yang lain? Gimana nanti kalau kamu tahu aku sepenuhnya Athena? Batin Jean.
"Kamu mau janji?" tanya Athena.
"Apa?" balas Jean.
"Jangan sakiti orang lagi. Aku nggak suka."
"Kalau dia sakiti kamu, aku bakal ingkar."
"Jean...."
Jean melepas genggaman tangan Athena, dia berdiri kemudian mengecup lembut kening istrinya. "Aku nggak bisa janji hal yang nggak bisa aku tepati." Ia mengusap puncak kepala Athena, "Satu yang harus kamu tahu. Aku bisa nyakitin siapa aja, tapi hal itu nggak berlaku buat kamu."
❤︎❤︎❤︎
Semua kembali berubah hanya dalam sekejap. Athena kembali membatasi diri kepada Jean, rasa percaya yang baru ia beri menimbulkan penyesalan yang enggan Athena ulang. Athena mulai menyesali perbuatannya yang melapor kepada Jean tentang apa yang terjadi di rumah mamanya. Jika waktu bisa diulang, Athena akan melewatkan bagian ia dilecehkan secara verbal oleh teman mamanya yang sekarang sedang ada di rumah sakit untuk melakukan perawatan.
Guna menenangkan diri, seharian Athena tidak mempedulikan Han Jean. Menghindar, dan sebisa mungkin meminimalisir interaksi mereka. Anehnya, Han Jean diam saja mendapat perlakuan itu.
Keesokan harinya, Athena cukup lega setelah membaca balasan dari Guin yang bilang kalau korban Han Jean tidak terlambat diselamatkan. Athena bukan khawatir kepada lelaki tua mesum itu, tetapi khawatir kepada suaminya. Sungguh, Athena tidak ingin Han Jean jadi pembunuh.
Mama :
Awasi suami kamu!
Tahu, kan, gimana sintingnya dia?
Kalau kamu telat datang, mungkin rumah udah didatangi polisi karena ada pembunuhan.
Mikir dong pakai otak!
Jangan bisanya cuma ngadu! Anak sialan!
Untung Victor bisa dirayu buat nggak memperpanjang masalah, kalau dia pilih lapor polisi gimana?
Semua salah kamu.
Athena meletakkan ponselnya, dia turun dari ranjang mencari keberadaan Jean. Lelaki itu langsung pergi setelah memberi Athena semangkuk bubur dan obat. Sekarang Athena jauh lebih baik setelah istirahat seharian dari semalam.
Kaki Athena menuruni satu per satu anak tangga. Ia mencari keberadaan Jean di ruang gym, dapur, ruang tv, dan kamar kosong lain namun tidak menemukannya. Hingga matanya mendapati punggung Jean yang duduk di tepi kolam renang penthouse yang ada di balkon.
Han Jean dan rokok elektrik yang disesapnya. Sebelum benar-benar menyusul, Athena mengambil kotak obat dan juga selendang guna menutup punggungnya. Angin di balkon cukup kencang di malam hari, Athena menghindari kedinginan dan buat dia kembali sakit. Athena tidak mau saat hari pertama masuk kuliah dia absen.
Athena mengambil tempat di samping Jean, ikut menyelupkan kakinya ke dalam air kolam yang saat ini diatur hangat. Han Jean menoleh, tak menghentikan kegiatannya merokok. "Kenapa ke sini? Masuk, nanti kamu tambah sakit. Di sini dingin."
"Ini aku pakai selendang, nggak dingin lagi." Athena menunjukkan selendang di punggungnya.
"Keras kepala." Han Jean menyemburkan asap rokok elektriknya, lelaki itu memandangi city light. Tak berniat mengajak Athena ngobrol lagi.
Entah apa yang ada di benak Han Jean, Athena berusaha menerka meski tak kunjung menemukan jawaban pasti. Athena menarik tangan kanan Jean, menggenggamnya dengan kedua tangan. Ia melihat luka di punggung tangan suaminya. Luka itu tidak diobati dari kemarin.
Han Jean memperhatikan istrinya dalam diam, melihat apa yang hendak dilakukan selanjutnya. Istrinya begitu lembut mengobati luka yang Han Jean sendiri baru sadari ada. Dia meniup lukanya, merawat lukanya dengan telaten. Setelah beres, Athena menutupnya dengan plester.
"Jangan luka, Jean," ucap Athena.
"Jangan benci aku Athena," balas Jean.
Tangan Jean maju, menangkup satu pipi Athena yang mulai dingin. Lelaki itu membawa Athena menatap netra coklatnya. Rambut ikal istrinya terbang dibawa angin, wajah yang tadinya pucat kini mulai berwarna. Bibir Athena kembali ranum. Suhu tubuhnya normal, Athena sudah sembuh.
Tangan Athena naik memegang punggung tangan Jean yang ada di pipinya. Ia merasa pipinya hangat karena telapak tangan Jean yang besar. "Kamu masuk, aku nggak mau kamu sakit." Han Jean menitah ulang.
"Kamu?"
"Aku mau renang bentar."
"Aku mau tunggu kamu di sini, aku nggak mau masuk sendiri. Sepi."
Han Jean mencuri satu kecupan di pipi Athena, setelahnya ia membuka kaus dan celana pendek yang dikenakan lantas menyebur untuk berenang dari tepi ke tepi. Athena perhatikan saja suaminya, ia makin merapatkan selendang di pundak agar lebih hangat.
Athena sibuk melamun, berusaha memahami Han Jean atas kejadian kemarin. Han Jean tidak protes Athena jauhi, dan itu buat Athena tidak enak hati. Padahal Han Jean sudah merawat dan membuatnya sembuh.
Han Jean membuat Athena bingung akan sikapnya.
Athena takut? Itu benar adanya. Tapi dia tidak bisa terus menjauhi Jean yang sekarang tinggal satu atap dengannya. Han Jean yang diam saja saat Athena berusaha menolak dan menjauh, membuat Athena bersalah.
Jean salah, tapi ia juga salah karena menceritakan bagian yang harusnya tidak ia ceritakan saja. Hal itu seperti pelajaran yang tidak akan Athena ulang. Han Jean tetap lelaki kasar yang tidak suka diusik. Athena sempat lupa karena terenyuh akan sikap Jean tempo hari yang berubah lembut dan perhatian.
"Jean, aku capek nebak kamu orang yang kayak gimana. Kamu buat aku bingung," ucap Athena pelan.
Setelah lalu lalang berenang dari tepi ke tepi, Han Jean berhenti. Ia berdiri tepat di tengah, lurus dengan posisi Athena duduk. Han Jean berdiri, menyugar rambutnya yang basah ke belakang, membuat wajah tampannya terlihat jelas.
Han Jean berenang ke tepian menuju tempat Athena duduk. Ia berdiri tepat di hadapan Athena, mendongak untuk jelas melihat wajah istrinya. Athena sendiri menunduk, ia mengusap rambut basah Jean. "Udah?"
Han Jean menggeleng. Ia menarik tangan Athena, mengecupnya dengan bibirnya yang basah akan air. "Jean," panggil Athena.
"Um?"
"Aku minta maaf."
"Kenapa?"
"Dari kemarin aku hindarin kamu."
Han Jean berdecih, "Bukannya udah biasa? Kamu takut dan anggap aku monster."
Athena menggeleng, "Bukan gitu, Jean."
"Sekarang kenapa tiba-tiba samper aku?"
"Sepi, apartemennya terlalu besar. Aku takut."
Han Jean tergelak. "Athena," panggil Jean.
"Hm?"
"Masih takut sama aku?"
Athena terdiam. Harusnya Jean tahu apa jawabannya. Namun karena tidak mau terus-terusan membahasnya, Athena mengalihkan pembicaraan. Ia merogoh saku celena pendek yang dikenakan, kemudian mengeluarkan dua gantungan kunci yang dibeli saat hang out bersama Fera.
"Jean, aku beli ini," ucap Athena seraya memperlihatkan dua gantungan kunci serigala hitam dan kelinci putih di tangannya. "Aku beli satu buat kamu."
Han Jean tahu Athena tengah mengalihkan pembicaraan. Ia ingin protes, akan tetapi cara Athena berhasil. Athena membuat Han Jean senang karena ia membelikannya sesuatu tanpa diminta.
"Aku mau yang kelinci," ucap Jean.
"Kelinci punya aku. Kamu kan suka hitam, jadi yang ini." Athena menunjukkan serigala hitam kepada Jean. "Jadi kita punya barang couple."
Tidak bisa, Athena begitu menggemaskan malam ini. Setelah seharian mencari alasan menghindar dan membuat Jean kesepian. Lelaki itu menarik kaki Athena, membuat Athena tercebur ke kolam. Karena dalam, kaki Athena tidak nampak ke dasar. Ia mungkin akan tenggelam jika Han Jean tidak buru-buru mengangkat tubuhnya.
Athena terbatuk, ia mengusap wajahnya. Athena tentu protes, ia memukul dada Jean kesal. "Jean kamu tahu aku nggak bisa berenang!"
Athena panik, ia melihat bulu gantungan kunci yang dipegangnya basah. "Tuh, kan, basah. Kamu usil banget," keluh Athena.
Han Jean mendorong Athena, sampai punggungnya terbentur ke tepi kolam. Athena terkejut, dia yang tiba-tiba mendapat perlakukan itu menatap Jean lekat-lekat. "Ke- kenapa?"
"Jangan jauhi aku lagi. Aku bisa gila."
Setelah mengatakan itu, Han Jean memiringkan kepalanya. Ia mencium Athena intens, dan tanpa izin.
- To be continued -
next 5K komen ❤︎
maaf aku telat update setelah 5k komen, aku mendadak sakit karena tamu bulanan 🥲
part ini sepertinya ada hidden part, seperti biasa, tungguin di igs aku yaw. see u next part ❤︎
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro