Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PENUTUP

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Pernikahan tanpa rencana, yang semula dianggap takkan bertahan lama. Kini menjelma dalam balutan sakinah mawadah warahmah."

Dari yang semula 'Nggak harus sama kamu', sampai akhirnya berada di fase 'Nggak, harus sama kamu'. Ternyata benar, hati manusia itu mudah untuk dibolak-balikkan, mudah untuk dipalingkan, jika memang Allah menggerakkan.

Sesuatu yang dulu dianggap sebagai kesalahan, ketidakinginan, bahkan hendak berpikir untuk mengakhiri dengan sebuah perpisahan. Nyatanya sekarang justru menjadi sumber kebahagiaan dan ketenangan.

Hamizan menunjuk apik ke arah bangunan yang sangat amat bersejarah membuka kisah mereka. Senyumnya merekah, dengan tangan merangkul hangat pundak Naqeesya.

Mata yang semula terfokus ke depan, kini beralih pada Naqeesya dengan pandangan tulus dan dalam. "Kalau Sya inget, dulu Sya pernah berbisik dengan suara lirih penuh isakan tepat di samping telinga Abang di dalam bangunan itu."

Naqeesya mendongak sejenak. "Bisikin apa emang?"

Hamizan sejenak terdiam, rangkulannya kian mengerat dengan dihiasi senyum samar. "Bang ..., Sya ma-u pu-lang ..., Sya nggak kuat menerima tatapan rendah dari orang-orang. Sya mohon percepat akadnya, setelah itu Abang bisa talak Sya sesampainya di rumah," ucapnya menirukan suara Naqeesya dengan sangat fasih.

"Terus yang Abang lakuin apa? Abang menalak Sya sesampainya di rumah?" cicit Naqeesya.

Tentu saja Hamizan menggeleng keras. "Buat ngucap akad aja Abang perlu tiga kali pengulangan. Masa setelah susah payah berusaha, harus dirusak dengan satu kata yang Sya anggap 'sederhana' itu sih. Nggak mudah, tanggung jawabnya besar, sah di mata agama jauh lebih memberatkan ketimbang sah di mata negara," tuturnya mengutip perkataan yang dulu sempat diungkapkan.

Naqeesya terdiam cukup lama, kalimat itu seakan tidak asing. Sekelebat bayangan mampir, sampai akhirnya dia pun menatap lekat ke arah Hamizan. "Jeda dulu ya, Sya. Internal keluarga Abang lagi nggak baik-baik aja," katanya teringat akan perkataan Hamizan kala itu.

Mata Hamizan membulat sempurna, dia bahkan memutar tubuh Naqeesya agar mereka saling berhadapan dengan pandangan yang juga saling menatap satu sama lain. "Sya inget sesuatu lagi?"

Naqeesya mengangguk pelan. "Mintanya jeda sebentar, tapi tahunya malah kebablasan. Gimana tuh konsepnya, Abang?"

Tanpa kata Hamizan membawa Naqeesya dalam pelukan, tak sedikit pun keberatan Naqeesya membalasnya tak kalah erat.

"Abang harus bilang makasih sama Sya, karena istri abang yang cantik nan baik hati ini bersedia memberi jeda, walaupun awalnya cuma dikasih beberapa detik aja. Tapi faktanya jeda itu malah berkembang jadi menit, jam, hari, minggu, bulan, bahkan tahun, kan ya?" ungkapnya di balik punggung sang suami.

Dia sedikit berjinjit dan mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga Hamizan. "Abang ..., Sya memohon dengan segala kerendahan hati, sesampainya di rumah nanti, jangan pernah memiliki pikiran untuk mengakhiri pernikahan ini. Sya maunya buku nikah kita mampir ke departemen agama, bukan pengadilan agama. Abang mau, kan?"

Senyum Hamizan mengembang sempurna, dia pun tak mau kalah lalu mulai berbisik, "Dengan senang hati Istri ..., Abang akan mengabulkannya."

Pelukan di antara mereka terurai, Hamizan menangkup lembut wajah Naqeesya lantas kembali berucap, "Uhibbuki fii kulli lahdzatin tamuuru fii hayaatii."

"Anta tanii al-katiiira bilnisbati liii," sahut Naqeesya dengan lengkungan bulan sabit yang merekah indah di bibir. Bahkan setelahnya dia pun membubuhkan kecupan singkat di kedua pipi Hamizan secara bergantian.

"Abang! Naqeesya!" pekik para orang tua yang berdiri di teras balai desa seraya geleng-geleng kepala.

Keduanya meringis kecil dan hanya mampu nyengir.

"Tumpengannya perlu di-cancel, kah?" sindir Dipta dan Hamzah.

Kompak mereka pun menggeleng lalu berjalan menghampiri para orang tua, untuk memasuki balai desa yang sudah dipenuhi oleh warga sekitar.

Naqeesya dan Hamizan berjalan di tengah-tengah para orang tua yang mengapit mereka, saling menggenggam erat dengan penuh rasa lega dan syukur.

Tempat sederhana yang menjadi awal kisah keduanya bermula. Pernikahan tanpa rencana, tanpa rasa, dan tentu saja tanpa cinta. Yang dulu sempat dipertanyakan akan bertahan berapa lama? Kini terjawablah sudah.

Insyaallah selamanya, until jannah.

SELESAI

Padalarang, 27 Desember 2024

Alhamdulilah akhirnya sampai di penghujung juga. Semoga ada kebaikan yang bisa dipetik, dan terima kasih sebanyak-banyaknya karena sudah membersamai hingga sampai di tahap ini.

Bismillah ketemu di tahun 2025 dengan cerita baru ya 😆😚 ... Peluk jauh dari akuuu 🤗🤗🤗

Boleh nggak minta sepatah duapatah katanya di sini 👉 ... Mau kritik dan saran juga boleh pake banget kok. Diisi ya😉

Btw ini lapak baru di awal tahun ya 👇

Jazakumullah khairan katsiran ☺️🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro