Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

HAMSYA || PART 30

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Perlu rasa sabar dan kelembutan dalam menghadapi orang yang memiliki masalah kesehatan."

Zanitha tertawa kecil saat sang putri membisikkan sesuatu dengan malu-malu, bahkan wajah putih Naqeesya berubah seketika menjadi merah layaknya kepiting rebus.

Dengan hati-hati Zanitha menyerahkan Hamsya agar berada dalam gendongan Naqeesya. Perempuan itu gelagapan bingung, dia tak tahu cara menggendong seorang bayi.

Kepalanya menggeleng beberapa kali.

"Tadi katanya payudara Sya sakit, rembes juga sampai ke baju, kan? Disusuin coba putrinya, supaya nggak sakit lagi," titah sang ibu.

Naqeesya malah diam dan terbengong-bengong. Otaknya bekerja cukup keras dan mempertanyakan, benarkah bayi perempuan yang kini berada dalam gendongannya merupakan putri kandung dia?

"Malah ngelamun, sini Bunda ajarin. Alhamdulillah ih akhirnya Cucu Bunda bisa minum ASI juga, kenapa Sya baru bilang kalau ASI-nya udah keluar, hm?"

Naqeesya hanya menggeleng kecil. "Saya sedang haid, bukankah wajar kalau bagian 'itu' terasa jauh lebih sensitif dan sedikit sakit?"

Zanitha tersenyum tipis. "Sya itu bukan lagi haid, tapi lagi masuk masa nifas. Belum genap 40 hari pasca lahiran, kan? Berarti itu memang darah nifas, Sya. Emangnya kalau mau haid keluar air susu juga? Nggak, kan."

Naqeesya meringis kecil lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bayi ini benar-benar anak saya, Bu?"

Tentu saja Zanitha mengangguk tanpa ragu. "Iya atuh, terus anak siapa lagi? Coba Sya perhatikan betul-betul wajah Hamsya, mukanya mirip banget sama Sya. Plek-ketiplek ibunya banget, kasihan Bang Hamizan cuma kebagian alis sama bulu matanya aja."

Zanitha pun turun dari ranjang, berjalan menuju almari lalu mengambil pakaian ganti. "Pake home dress yang busui friendly, supaya lebih gampang. Susah kalau pake kaos kayak gini."

Naqeesya menggeleng kecil.

"Kenapa?"

"Terlalu terbuka, Bu," cicitnya.

"Ini baju kesukaan Sya lho kalau lagi di rumah, yang tali spaghetti dengan panjang di atas lutut. Atau mau pake crop top sama hotpants? Banyak tuh, Bunda cariin yang bukaannya di depan kalau emang mau mah."

Naqeesya menahan tangan Zanitha yang sudah hendak mau kembali berjalan. "Saya tidak menyukai jenis pakaian yang telah Ibu sebutkan tadi."

Sang ibu dibuat tertawa seketika. "Kenapa, hm? Sya malu ya? Takut Bang Hamizan lihat? Ngaku aja sama Bunda."

Semu merah di pipi lebih jujur, ketimbang gelengan kepala yang diberikan sang putri.

"Apa perlu Bunda minta Abangnya buat belikan baju-baju yang busui friendly?"

Lagi-lagi perempuan itu menggeleng keras.

Naqeesya yang kini berada bersamanya sudah seperti orang lain, sangat berbeda 180 derajat. Sosok yang sekarang cenderung memiliki rasa malu yang tinggi, lain dengan dulu yang terkesan malu-maluin. Bahkan, sosoknya jauh lebih pendiam, irit dalam bertutur kata. Biasanya cerewet minta ampun, tidak bisa diam dan hiper aktif.

Dilihat dari segi penampilan pun Naqeesya yang sekarang lebih menyukai pakaian-pakaian tertutup, meskipun masih cukup istiqamah dengan hijab pashmina yang sebatas disampirkan tanpa pentul, atau style lilit sakaratul mautnya.

"Ya udah atuh kalau nggak mau ganti baju mah, kaosnya coba ditarik ke atas, terus cup BRA-nya diturunkan. Yang lebih sakit yang mana, hm?"

"Dua-duanya juga sakit."

Zanitha mengangguk paham. "Senyamannya Sya aja atuh, mau di kanan atau di kiri dulu. ASI-nya harus dikeluarkan, justru kalau nggak dikeluarkan sakitnya malah akan berkepanjangan. Sok pelan-pelan, Bunda bantu pegangin Hamsya-nya supaya Sya lebih gampang."

Naqeesya berdesis pelan, ringisan kecil meluncur bebas saat mulut mungil Hamsya menyesapnya cukup kuat. "Sakit, Bu," rengeknya.

Zanitha mengelus punggung putrinya lembut. "Sampai lecet nggak, Sya?"

"Nggak tahu, tapi perih."

"Nanti Bunda bantu obati ya. Cengengnya masih ada ternyata, kasihannya Putri Bunda dibuat nangis sama anaknya sendiri," ungkap Zanitha lalu menghapus lelehan air mata Naqeesya.

Naqeesya sejenak bernapas lega saat mulut mungil itu melepaskan putingnya. Dia segera menyerahkan Hamsya pada Zanitha untuk ditidurkan di kasur bayi yang berada di samping ranjang. Khawatir kejadian tertindih terulang kembali, itulah mengapa sengaja dipisahkan.

"Buka lagi ih biar Bunda obati dulu," cegah Zanitha saat melihat Naqeesya akan kembali menaikan BRA-nya.

Zanitha menekan pelan payudara Naqeesya agar mengeluarkan sedikit ASI lalu mengoleskannya ke sekitar puting yang memang lecet. "Jangan pake BRA dulu supaya nggak terjadi gesekan yang bikin rasa sakitnya bertambah. Nanti Bunda minta Bang Hamizan buat belikan pelembab, tapi inget harus dibersihkan dulu sebelum menyusui Hamsya ya?"

Naqeesya hanya mengangguk patuh saja.

"Sya masih kagok gendong Hamsya ya, yang rileks aja atuh. Pelan-pelan dibiasakan ya, Sayang?"

"Tubuhnya terlalu kecil, Bu, kalau kepalanya kecengklak gimana? Habis pasti saya dimarahi pria asing itu."

"Kok pria asing, suaminya lho itu. Panggil Abang, biasanya juga, kan gitu. Jangan pake Anda-anda'an lagi. Kasihan atuh suaminya cukup tersinggung," ujar Zanitha sehati-hati mungkin.

"Benar pria asing itu suami saya, Bu?"

"Ya iya atuh, terus siapa lagi, hm? Mau denger cerita Bunda nggak, Sya?"

"Cerita apa, Bu?"

"Boleh nggak manggilnya jangan pake ibu? Panggil Bunda kayak biasa, sok pelan-pelan diubah supaya terbiasa dan nggak kagok."

Naqeesya memilih untuk mengangguk saja. "Iya, Bunda."

Zanitha bahagia bukan kepalang, dia pun kembali buka suara, "Coba Sya singkap kaos yang Sya pakai. Di sana ada luka, kan?"

Naqeesya menurut patuh. Arah pandang mereka tertuju pada perut bagian bawah Naqeesya yang memang terdapat luka bergaris horizontal.

Dipegangnya lembut luka yang sudah mengering itu. "Ini adalah salah satu bukti nyata kalau memang Sya sudah menikah dan melahirkan. Sya menjalani operasi caesar di tengah ketidaksadaran dan kondisi Sya yang pasca mengalami kecelakaan, putri kecil yang tadi Sya susui itu ikut berjuang lho. Dua minggu Hamsya berada di ruang perina untuk mendapat penanganan intensif karena lahir prematur."

"Sya mempertanyakan buku nikah dan album nikah sama suaminya sebagai bukti? Padahal sudah sangat jelas terpampang nyata, Hamsya dan luka bekas operasi yang ada di perut Sya. Pernikahan Sya sama Bang Hamizan itu nggak berjalan normal dan wajar sebagaimana pernikahan pada umunya," ujar Zanitha berusaha untuk memulihkan ingatan Naqeesya secara perlahan-lahan.

"Nggak wajar gimana maksud Bunda?"

Dia bawa kedua tangan Naqeesya dalam genggaman. "Mungkin Sya akan kembali sanksi dengan penjelasan Bunda, tapi itu terserah Sya, yang jelas Bunda bicara apa adanya. Akad nikah yang kalian langsungkan terjadi bukan atas keinginan, melainkan terdesak keadaan."

"Bang Hamizan difitnah berzina dengan seorang wanita bercadar dan dipaksa oleh warga untuk menikah detik itu juga. Buna Hamna meminta Sya untuk menggantikan posisi wanita itu, begitupun dengan Papa Hamzah yang memohon pada Ayah untuk menikahkan kalian ber---"

"Kenapa harus saya? Bukankah seharusnya wanita bercadar itu yang ikut bertanggung jawab?!" potong Naqeesya.

Zanitha membelai lembut surai sang putri. "Ada kesalahpahaman yang terjadi di antara Buna Hamna, Papa Hamzah, dan juga Bang Hamizan. Masalahnya cukup blunder, singkatnya wanita bercadar itu ternyata merupakan saudari kembar Bang Hamizan yang sedari bayi tinggal terpisah."

"Kenapa bisa kayak gitu?"

"Mertuanya Sya itu punya sepasang bayi kembar, karena suatu keadaan bayi perempuan mereka diambil untuk diasuh oleh orang lain. Tepat di hari akadnya Sya sama Bang Hamizan, fakta tentang saudari kembar Bang Hamizan menguar. Bunda ngomong kayak gini, karena Bunda mau Sya tahu kalau memang di antara Sya sama Bang Hamizan sudah terjadi akad, walau hanya sebatas sah di mata agama tapi kalian berdua memang benar-benar sudah menikah. Ada banyak hal yang ingin Bunda ceritakan, tapi untuk sekarang itu dulu ya, Nak? Bunda nggak mau buat Sya tambah kepikiran yang akan memperparah sakitnya, Sya."

Padalarang, 14 November 2024

Agak sulit untuk menjelaskan latar belakang pernikahan Naqeesya sama Hamizan, karena emang cukup rumit dan pelik. 😬😅

Gaskennn???

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro