Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16

Tengah malam itu juga ayah Hamlin mencarikan sewaan mobil ke desa sebelah untuk digunakannya mengangkut istri Gus Taman dan anaknya ke rumah sakit. Si supir ikut serta untuk perawatan lanjutan. Tangannya terkilir cukup parah. Ibu Hamlin berdoa tak putus-putus supaya perjalanan menuju rumah sakit tak ada bahaya mengintai. Hamlin Murai yang curiga ada dalang di balik kecelakaan Gus Taman, menajamkan pembacaan pikirannya ke sekitar. Ia berfirasat pendekar mata satulah yang merancang kecelakaan beruntun itu.

Sampai di rumah sakit mereka semua langsung menuju instalasi gawat darurat. Istri Gus Taman jatuh pingsan lagi. Anaknya meraung-raung. Ayah Hamlin sesak. Gus Taman tak bisa diselamatkan. Kehancuran yang dideritanya mengerikan. Tubuhnya ringsek karena dihantam dari samping dan depan. Ayah Hamlin menguatkan diri melihat jasad tak utuh Gus Taman. Segalanya berlangsung begitu pilu. Hamlin Murai merasa kehilangan lagi. Gus Taman sudah seperti bapak kedua baginya. Tragedi ini berlangsung hingga membuat efek denging di telinga yang berkabung. Ibu Hamlin menemani istri Gus Taman dan anaknya. Menunggu pagi, mereka diantar mobil ambulans.

Belum sampai mobil ambulans mendekat gerbang desa Ndoroalas, banyak warga yang sudah menunggu. Mereka sudah siap di depan rumah Gus Taman. Ustaz-ustaz juga sudah siap untuk membantu. Saman King datang dan membawa karangan bunga dukacita. Hamlin Murai mendapatkan celah untuk masuk ke pikiran Saman King. Ia syok mendapatkan kebenarannya. Hamlin Murai, di antara orang-orang yang sedang mengaji berkabung, kelepasan emosi, ia berteriak dan menunjuk Saman King. "Pembunuh!" bocah itu lari hendak menerjang si raja minyak. "Orang. Ini. Yang. Merencanakan. Kecelakaan. Gus Taman!"

Warga yang tadinya khusyuk mengaji yasin, bubar konsentrasinya, mendengar teriakan histeris Hamlin Murai. Mereka sama syoknya dengan Hamlin Murai. Apakah itu benar? Orang-orang yang sudah mengetahui kebisaan Hamlin Murai, syok dua kali lipat dari yang belum. Keresahan dan kecurigaan mereka makin memuncak. Hamlin Murai terjatuh, hidungnya dipukul oleh pendekar mata satu yang muncul dari balik tubuh Saman King. Warga yang percaya dengan Hamlin Murai, memrotes tindakan itu dan meminta Saman King hengkang saja daripada timbul keributan lebih lanjut. Saman King dengan santai mengiyakan. Sama sekali tak muncul raut duka simpati dari si raja minyak itu.

Istri Gus Taman yang kelihatan lemas dikuasai duka nestapa, keluar dari dalam rumah dan mengejar Saman King. "Laknat. Kau manusia laknat!" istri Gus Taman dihadang oleh pengawal Saman King. Lima orang warga menjemput istri Gus Taman yang terjatuh karena hadangan pengawal Saman King. "Terbakarlah kau di neraka!" istri Gus Taman mengutuk.

"Lebih baik kembali dan menuntaskan penguburan mendiang Gus Taman." Ajak seorang warga, membimbing istri Gus Taman berdiri.

Keranda berisi jenazah Gus Taman diantar hampir seluruh warga. Kuburan di Ndoroalas tak pernah seramai itu. Separuh warga masih tinggal untuk memberi penghormatan terakhir. Mereka berkali-kali mengungkapkan betapa kagumnya mereka dengan Gus Taman. Seorang panutan ideal. Pemimpin yang bijak. Mengatasi masalah dengan kepala dingin. Bahkan berhadapan dengan Saman King pun beliau masih mempertahankan sopan santun. Yang tinggal paling terakhir sudah tentu istri Gus Taman dan anaknya. Anak satunya yang berumur dua puluh tahun datang agak telat di hari itu karena dapat jam keberangkatan kereta yang tak sesuai harapan. Mereka ditemani keluarga Hamlin.

"Ini semua dalangnya adalah Saman King." Kata Hamlin Murai kepada ayahnya. Ayah Hamlin mendengar itu sembari mengepalkan tangan sampai berbunyi tulang menggerus tulang.

"Kita akan membalas ini semua." Kata ayahnya, sarat kegeraman.

Segala kesedihan ini membuat langit di atas kuburan berubah kelam. Itu sesungguhnya adalah Hamlin Murai yang sedang menahan amarahnya. Burung-burung gagak berkumpul di atas sana. Bersembunyi di balik awan.

Seminggu penuh rumah Gus Taman didatangi warga untuk penghiburan selepas kematian. Mereka tak memberatkan tuan rumah. Ibu-ibu sekitar datang membawakan sembako dan bahan lainnya untuk dimasak bersama-sama. Untuk itu istri Gus Taman mengucapkan terima kasih banyak. Anak sulung Gus Taman tiba dan langsung memeluk ibu dan adiknya. Tangisnya tumpah. Ia menyesal, seandainya setahun terakhir ia sempatkan pulang, ia akan melihat ayahnya masih hidup.

Sementara itu Hamlin Murai tak bisa lagi memanggil gagak masuk langit desa Ndoroalas. Ia teramat geram. Ini pasti ulah si dukun. Kalau begitu, ia akan coba hal lain. Hamlin Murai bersembunyi di rumah warga terdekat dengan rumah Saman King. Ia ingat di kebun binatang Saman King terdapat macan kumbang. Ia tiru suara macan kumbang itu untuk tersambungkan. Butuh beberapa kali percobaan sampai Hamlin Murai yakin ia benar-benar satu benak dengan macan kumbang. Anak buah yang berjaga di lingkungan rumah megah kalang kabut. Macan kumbang yang diyakini dikerangkeng dengan aman di kandang jeruji besi, lepas entah bagaimana caranya. Salah satu anak buah mengecek, pintu kandang itu sama sekali tidak jebol gemboknya. Auman macan kumbang terdengar sampai empat rumah ke samping. Begitu juga dengan teriakan anak buah Saman King yang diterkam oleh macan kumbang. Hamlin Murai ingin macan kumbang itu menerkam si pendekar mata satu atau si dukun Mat Jabar. Sayangnya, keinginannya berakhir dengan kepala pening. Hamlin Murai terlepas dari sambungan benak dengan macan kumbang. Ia limbung, seperti orang kena bius. Dan memang, macan kumbang yang lepas secara ajaib itu ditembak bius oleh pendekar mata satu.

Hamlin Murai terpengaruh obat bius itu. Ia jalan limbung sambil berpegangan pagar rumah warga. Belum sampai ke rumah Gus Taman ia jatuh tergeletak. Ia kemudian ditolong oleh yang punya rumah tempat ia terjatuh untuk dibawa ke rumah Gus Taman. Saat terbangun, Hamlin Murai ditanya ayahnya, "kau kenapa, nak?"

"Habis mengerjai rumah Saman King pakai macan kumbang." Disusul olehnya seringaian. Ayahnya tertawa.

"Lain kali, pakai buaya."

"Saman King punya buaya?"

"Ada, di halaman belakang rumahya."

"Lain kali." Hamlin Murai tidak sadar kembali.

Dukun Mat Jabar berani-beraninya datang ke acara yasinan terakhir mendiang Gus Taman. Ia datang menghadirkan aura tak nyaman bagi warga yang lain. Ustaz-ustaz yang memimpin doa bergeleng-geleng dan berkali-kali istighfar oleh dukun bermuka garang tak santai itu. Sepanjang acara doa, si dukun berdiri di depan rumah, bersedekap dan matanya melotot, menyapu ke sekeliling. Di dalam kamar, Hamlin Murai kesakitan. Terutama di bagian kepala. Bagai dijepit oleh dinding bergerak. Sakit sekali. Hamlin Murai ditinggal di kamar sendirian. Ia berguling-guling, kelojotan di atas tempat tidur. Ia menahan diri agar tidak menjerit. Saat rasa sakit itu memuncak, Hamlin Murai tak sadarkan diri. Sebelumnya ia merasakan dalam kepalanya meledak. Ia jatuh ke dalam heningnya kegelapan.

Acara doa belum selesai, dukun itu sudah beranjak pergi. Tetap dengan muka garang yang menyebalkan.

Saat acara doa mencapai ujung dan semua orang berseru aamiin, ayah Hamlin mengecek anaknya di kamar. Masih tidur. Esok pagi, dilihatnya lagi, masih tidur. Siang ia baru curiga Hamlin Murai kenapa-kenapa. Diguncang-guncang anak itu tidak bangun. Napas masih berembus dari hidung. Tapi kulitnya terasa dingin dan membiru. Saat itu juga Hamlin Murai dilarikan ke rumah sakit. Jan Satro si tukang sayur, ikut mengantarkan, sebab dia kebetulan lagi meminjam mobil dari desa sebelah. Kepada ayah Hamlin ia menjelaskan kecurigaannya. "Tadi ada dukunnya Saman King. Entah lagi apa."

Ayah Hamlin tak perlu berpikir panjang untuk tahu apa maksudnya itu. Dukun itu pasti mengguna-gunai anaknya. Ia dikuasai amarah, tapi berusaha mengendalikannya. Dengan napas menderu ia minta Jan Satro menjemput ustaz Ndoroalas. Ustaz Zohri namanya. Ustaz itu kemudian menemani Hamlin Murai, dibacakan doa-doa dan mencoba merukiyah. "Benar, anak bapak diguna-gunai."

"Tolong buat anak saya sadar kembali."

"Akan saya minta kepada Allah, Gusti Pangeran."

Hamlin Murai tak sadarkan diri selama tiga hari. Selama itu Ustaz Zohri berusaha menarik kesadaran Hamlin Murai yang ditenggelamkan ke ruang gelap dasar jiwa. Prosesnya menyakitkan Ustaz Zohri. Tapi ia tak pantang menyerah. Ia tidak akan menyerah hanya karena dukun laknat itu. Ia akan buktikan kuasa Gusti Pangeran lebih besar.

Hamlin Murai sendiri terombang ambing di suatu ruang gelap yang tak berdasar tak berdinding. Ia tidak bisa mengenali waktu di sini. Semua serba gelap, hingga ia hampir meyakini matanya buta. Lalu ada energi yang menjulur datang dari atas, mencoba mengikatnya dan menarik-nariknya. Namun hisapan dari bawah juga begitu kuat. Hamlin Murai ingin mengikuti tarikan dari atas itu. Ia teringat wajah Blorong Cilik, baik itu dalam versi hitam buruk maupun berwajah cerah cantik. Ia amat rindu. Hamlin Murai ingin muncul ke permukaan, demi menuntaskan tugas yang diembannya dari Blorong Cilik. Ndoroalas harus diselamatkan dari cengkeraman bajingan-bajingan. Tarikan dari atas jadi semakin kuat, seperti mengambil batu di dasar akuarium cetek. Hamlin Murai terbangun dengan batuk-batuk. Kulitnya berangsur-angsur kembali cerah.

Di perjalanan pulang, ayah Hamlin menceritakan perihal dukun sial itu. "Akan kubalas dia, Yah."

"Balas lebih parah."

Hamlin Murai membalasnya dengan menggerakkan buaya di pekarangan belakang Saman King. Ia berkali lipat naik kekuatannya semenjak terbangun dari guna-guna. Ia dapat menggerakkan hewan dari jarak jauh. Hamlin Murai sengaja menunggu dukun itu mendekati kandang buaya. Awalnya agak sulit menembus tabir energi yang diterapkan si dukun dalam melindungi rumah Saman King. Kalau saja ini dilakukannya tiga hari lalu, pasti sudah bakal terpental. Kini, dengan kekuatan berkalilipat, Hamlin Murai yakin dapat menyingkirkan dukun itu. Buaya menerobos kandang jerujinya seperti garpu menembus agar-agar. Seolah kelaparan berminggu-minggu, buaya itu mencaplok tubuh bagian bawah si dukun.

"Dia pantas mendapatkannya." Hamlin Murai tak peduli tindakannya sudah terlalu jauh. Orang-orang dalam kalangan Saman King, perlu disingkirkan. Mereka telah menggerogoti desa ini dengan eksploitasi. Akibat tindakan curang mereka, Blorong Cilik lenyap. Mereka tidak tahu, Blorong Cilik adalah leluhur yang disebut-sebut menjaga desa Ndoroalas ini.

Terdengar sirine ambulans meraung-raung menjemput si dukun yang sudah terbelah dua. Dua kakinya buntung, habis dilahap buaya. "Satu musuh sudah tumbang." Hamlin Murai menyeringai.

Ayahnya berubah cemas, ia menasehati anaknya, "Jangan bertindak terlalu jauh dari ini, Nak. Ingat siapa dirimu. Ingat siapa kita. Jangan dengan kekuatan yang kau miliki itu, kau bisa bertindak semaumu. Walau dendammu sama dengan dendam ayah. Jangan tuntaskan dengan kejahatan yang sama."

"Iya, Ayah." Hamlin Murai mengendalikan diri dengan bermeditasi lagi.

Lokasi proyek ramai kembali. Sudah beroperasi dan makin sibuk saja. Bahkan ada orang dari luar negeri yang datang untuk membuktikan bahwasanya minyak yang didapat dari perut bumi di tempat itu banyak dan bagus. Orang-orang asing itu tertarik dengan alam Ndoroalas. Mereka minta diantarkan berkeliling, menuju hutan dan pantai. Saman King, sudah pasti, adalah orang yang mengantarkan mereka semua. Hamlin Murai yang berdiri agak jauh dari rombongan, membaca pemikiran si raja minyak. Orang itu ingin membuka hutan dan pantai jadi tempat wisata umum. Sial, itu tak boleh dibiarkan.

Bahaya, bahaya, bahaya. Hamlin Murai segera melaporkan itu ke ayahnya. "Bisa mampus desa kita kalau itu terjadi. Kita cegah, ayo." Ayah Hamlin kemudian menghampiri orang-orang yang diyakininya berada di pihak yang sama. Apalagi karena ucapan Hamlin Murai tentang dalang kecelakaan Gus Taman, banyak warga yang berpindah keyakinan, Saman King itu culas.

Saat Pak Camat mengumumkan bahwa desa Ndoroalas perlu dibuka buat umum, sontak warga memrotes. Spanduk dan bendera protes mereka angkat tinggi-tinggi di pertemuan itu. "Jangan macam-macam dengan hutan, bukit dan laut Ndoroalas."

"Bisa mampus kita semua!"

"Saudara-saudara sekalian, sekarang ini jaman sudah modern. Mbok ya, pemikiran kuno itu disingkirkan." Kata Pak Camat. "Ini demi kemajuan desa kalian."

Warga kukuh memrotes. Bahkan mereka mendatangi rumah Saman King yang ditunjuk Pak Camat untuk mempercantik hutan, bukit dan pantai, berdemo setiap hari. Pak Camat datang lagi seminggu kemudian, melihat jabatan kepala desa Ndoroalas kosong karena ditinggal meninggal oleh kades sebelumnya, Pak Camat berinisiatif mengadakan pemilihan kades. Calon pertama yang disebut, tentu saja, Saman King alias Maryaman. Calon kedua tidak disebut, karena Pak Camat tak menemukan kandidat yang tepat. Maka pilkades yang akan dilaksanakan dua minggu ke depan rencananya adalah antara Maryaman dengan kotak kosong. Kecuali ada salah satu warga yang mencalonkan diri. Melalui diskusi yang tidak memakan waktu lama, warga sepakat mengajukan ayah Hamlin untuk jadi calon kepala desa. Maryaman melawan Nurliman.

Atmosfer Ndoroalas kemudian berubah. Aroma persaingan terasa kentara. Orang biasa lawan orang kaya.

"Bagaimana kalau ayah kalah?" tanya Nurliman kepada anak dan istrinya.

"Seperti kata Ustaz Zohri. Percayakan semuanya kepada Gusti Pangeran. Yang baik akan menang." Kata istrinya.

"Andai saja yang baik itu punya uang. Pertarungan ini mungkin lebih mudah dimenangkan." Kata Hamlin Murai.

"Wah, tajam juga nak omonganmu." Nurliman tertawa. "Kita berjuang bersama-sama."

"Dengan jalan terhormat. Tidak pakai suap uang. Tidak pakai dukun. Tidak pakai tukang pukul." Tambah Hamlin Murai.

Parapendukung Nurliman datang ke rumah Gus Taman. Jumlah mereka tak diduga HamlinMurai. Jauh lebih sedikit dari sebelumnya yang sepihak dengan Gus Taman. "Kamiakan bantu. Kebenaran dan kebaikan harus menang."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro