15
Sekitar dua pekan kemudian ayah dan ibu Hamlin keluar rumah sakit. Gus Taman berbaik hati menampung mereka semua. Ada satu kamar kosong yang cukup lega untuk ditempati bertiga. Hamlin Murai, bocah yang pengertian, lebih senang tidur di sofa depan, tentu atas seijin Gus Taman. Membiarkan orangtuanya dapat tidur berkualitas berdua. Gus Taman punya anak laki-laki berumur lima tahun dan dua puluh tahun yang kini sedang merantau ke kota untuk menimba ilmu. Istri Gus Taman baik sekali, masakannya enak. Dengan kehadiran ibu Hamlin, dapur rumah Gus Taman jadi ramai. Ibu Hamlin dan istri Gus Taman tidak pernah sedikit pun memasak dalam sunyi. Mereka asyik mengobrol. Ayah Hamlin dan Gus Taman jadi lebih sering duduk-duduk di teras, membahas masa depan Ndoroalas dan penduduknya.
"Desa ini jangan sampai lupa jati dirinya." Ungkap Gus Taman.
"Benar, modernisasi, seperti yang kita lihat di kota besar itu, sedikit demi sedikit menggusur adat budaya asli. Mereka jadi keblinger. Malah mencibir budaya sendiri." tanggap ayah Hamlin.
"Apalagi yang tujuan utamanya adalah pengerukan uang."
"Seperti yang raja minyak itu lakukan terhadap desa kita."
"Lokasi proyek itu sekarang sedang ditata ulang. Mereka tidak ada kapoknya."
"Wong penggerak utamanya uang, ya mana ada kapoknya."
"Ironis. Orang yang punya uang, jadi lebih kuat."
Sering, saat Gus Taman dan ayah Hamlin lagi mengobrol di teras, Hamlin Murai beraksi di halaman kades itu dengan melatih tiruan bunyinya lagi. Hamlin Murai lama tidak mengundang murai-murai. Berkicaulah ia. Datanglah murai-murai. Pohon jambu yang lagi kering di halaman jadi berdaun dengan murai-murai yang bertengger. Gus Taman sampai terpana. Hamlin Murai enggan untuk menjadikan murai-murai itu peliharaan. Kasihan mereka kalau harus dibunuh lagi oleh si pendekar mata satu sialan itu.
Selain menirukan bunyi murai, Hamlin Murai menjajal menirukan suara kucing. Datanglah kucing-kucing dengan corak bulu yang jarang dilihat mata, beramai-ramai mengelilingi Hamlin Murai. Hawa yang hadir kemudian terasa beda. Gus Taman dan ayah Hamlin sampai merinding. Kucing-kucing yang datang itu bukan kucing sembarangan. Jarang dilihat mata, belum tentu kucing itu kucing langka. Hamlin Murai tersenyum menjelaskan kepada Gus Taman dan ayahnya, "kucing ini bukan berasal dari dunia kita."
Makin merinding lagi ketika Hamlin Murai mengundang kucing hitam dengan mata kuning cerah. Hawa yang hadir jadi suram dan membuat menggigil. Ayah Hamlin meminta anaknya agar menghentikan itu. Mereka menyaksikan kucing-kucing itu lenyap seperti masuk celah di udara.
Hamlin Murai geli ketika ada kucing bermuka gepeng dan bersikat botol. Ia jadi kebayang kucing itu suka menabrakkan mukanya ke tembok. Di rumah Gus Taman juga banyak tokeknya. Sekian puluh menit sekali tokek itu akan berbunyi, menyebut namanya sendiri. Hamlin Murai awalnya terganggu, tapi lama kelamaan ia malah menirukan dan rumah Gus Taman pun jadi makin ramah tokek. Tokeknya bukan sembarang tokek, ukurannya bisa sebetis Gus Taman sendiri, bahkan lebih besar lagi. Kalau saja tokek itu bukan tokek ajaib, Gus Taman mungkin ingin mempertimbangkan untuk menjualnya. Sekarang ini memang lagi banyak yang memburu tokek semacam itu. Harganya pun bikin rahang mau jatuh.
Setelah tokek, Hamlin Murai mengundang ayam kalkun datang. Ia melihat ada rumah di seperjalanan menuju sekolah yang memelihara kalkun. Ia tirukan suaranya yang lucu itu, dan rumah Gus Taman kedatangan kalkun. Hamlin Murai meyakinkan kalau kalkun yang datang bukan kalkun gaib. Maka malam itu, di rumah Gus Taman tergelar pesta dadakan. Daging kalkun lebih banyak daripada ayam. Istri Gus Taman dan ibu Hamlin membagi hidangan kalkun itu ke tetangga.
Hamlin Murai menghadirkan kalkun lagi ke setiap rumah warga, dan istri Gus Taman membagikan resepnya. Jadilah setiap rumah masak kalkun di hari Minggu. Aromanya sedap memenuhi langit Ndoroalas. Merambat melalui udara dan sampai ke rumah Saman King. Hamlin Murai pun baru ingat lagi, di kebun binatang Saman King, ada juga kalkun. Saman King heran, dari mana warga Ndoroalas mendapatkan kalkun, setahunya tidak ada warga yang beternak kalkun. Kalau pun mereka memesan dari luar daerah, pasti truk bermuatan kalkun itu lewat depan rumah Saman King, dan anak buahnya akan mengabari. Saman King menyuruh anak buahnya yang diambilnya dari Ndoroalas untuk menyelidiki kalkun itu. Laporan yang ia dapat menjelaskan bahwa daging kalkun yang warga olah jauh lebih enak daripada kalkun yang ada di kebun binatang Saman King. Si raja minyak tidak langsung percaya. Anak buahnya membawakan sepiring, masakan dari ibunya. Si raja minyak mencicipinya dan serta merta ia berasa dijunjung ke surga. Ia memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki asal datangnya kalkun berdaging enak itu. Laporan yang diterimanya kemudian bikin geleng kepala. "Kata ibu saya, kalkun itu tahu-tahu datang dan minta disembelih. Warga yang lain juga tidak tahu dari mana kalkun itu datang."
"Kalau ada kalkun datang ke rumahmu lagi, bawa ke saya."
Tapi kalkun-kalkun tidak pernah datang lagi.
Pusing memikirkan kalkun-kalkun, Saman King sampai lupa lokasi proyek sudah hampir rapih lagi. Sialan pikirnya, ia dibuat terlena oleh keenakan daging kalkun, jadi lupa bisnisnya. Ia segera mendatangi lokasi proyek, meninjau bersama Pak Camat dan mandor proyek. Seminggu lagi lokasi proyek sudah bisa dipakai lagi. Para pekerja yang dulu kabur diserang gagak dan kalong diganti dengan pekerja-pekerja baru. Ndoroalas ramai lagi dengan mobil-mobil berat berdatangan. Bahkan Saman King mengundang dukun kondang dari kota untuk menjaga lokasi proyek. Di hari kedatangan dukun itu, ia memasang semacam batu berbentuk lonjong untuk dipasang ke sudut-sudut lokasi. Hutan keramat juga dipasangi. Ibu Gogon bersaksi ia melihat bola mata api jin bertarung dengan makhluk putih tinggi. Makhluk putih tinggi itu tumbang dan lenyap.
Itu didengar Hamlin Murai ketika ia lewat gerobak tukang sayur Jan Satro. Hamlin Murai berfirasat buruk. Hutan keramat itu tak lagi keramat. Ia semakin takut benar-benar kehilangan Blorong Cilik. Sudah lama ia tak didatangi Blorong Cilik dalam mimpi. Pergi ke gua pun, Blorong Cilik tak lagi ada di sana.
Hamlin Murai memanggil ratusan gagak di bukit. Ia minta mereka menemaninya. Waktu pulang melewati hutan, gagak-gagak itu musnah satu per satu jadi abu. Hamlin Murai pun merasa kakinya seperti ada yang menghambat. Ada semacam tabir energi yang lain, tak seperti biasanya ada di hutan keramat. Tabir energi ini kentara bukan asli sini. Pasti dari dukun itu. Gawat, musuh Hamlin Murai bertambah. Saman King tidak main-main. Sampai di rumah Gus Taman, Hamlin Murai menceritakan perihal dukun itu ke ayah dan Gus Taman.
"Dia mencoba mengusir leluhur baik di hutan itu. Kurang ajar. Ndoroalas benar-benar sedang dikuliti." Kata Gus Taman geram.
"Kalau dibaca dari gerak-gerik culasnya, sepertinya dia mau menjadikan pantai keramat itu jadi objek wisata." Ungkap ayah Hamlin.
"Sampai kapan pun, itu tak akan kubiarkan." Kata Hamlin Murai tegas. Ia ingat betul pesan Blorong Cilik, jangan sampai hutan, bukit dan pantai terbuka untuk umum alias orang asing. Kerusakan akan terjadi dan itu akan berakhir buruk buat siapa pun di Ndoroalas.
Dukun asing itu berpakaian seperti seorang kyai kondang. Pakai gamis putih dan sorban. Muka garang berjenggot lebat. Cincin batu akik gempal-gempal menghiasi jari. Satu bandul batu akik sebesar kepala kucing menggantung di lehernya. Ia jalan keliling desa dengan santai dan angkuh. Ustaz-ustaz di Ndoroalas membahas dukun itu di mushola dan masjid. Mereka merasa tak nyaman dengan kehadiran dukun itu. Takut warga Ndoroalas jadi musyrik. Dukun kan membawa efek seperti itu. Membuat orang-orang mencari solusi pintas.
Dukun itu dikenal dengan sebutan Mat Jabar. Kabarnya ia menekuni ilmu kedukunannya sampai ke negeri seberang, Malaysia dan Thailand. Dengar-dengar ia bisa berangkat umroh tanpa memesan pesawat, cukup meragasukma saja sudah sampai tanah suci. Ustaz-ustaz mencibir pernyataan itu. Mana mungkin, yang bisa semacam itu hanyalah Sang Nabi.
Sialnya, dukun itu tidak bisa dibaca pikirannya. Ada tabir energi yang menghalangi. Hamlin Murai sampai pusing kepalanya saat mengendap di samping pagar rumah megah Saman King. Sialnya lagi, saat melakukan itu, pendekar mata satu menangkapnya basah. Hamlin Murai dijegal saat lari. Terjatuh berguling-guling. Sambil menahan pusing, ia bangkit lagi secepat mungkin dan lari segila mungkin. Untunglah ia memakai kain topeng. Tapi seperti tak ada guna, Hamlin Murai membaca pikiran si pendekar mata satu itu dan namanya disebut dalam pikirannya. Tak akan kubiarkan kau lolos, Hamlin. Mata dibayar mata. Selagi Hamlin Murai lari tunggang langgang, si pendekar mata satu tidak mengejarnya, atau lebih terlihat sedang tidak berminat? Meski begitu, Hamlin Murai mempertahankan koneksi pembacaan pikiran ke pendekar mata satu itu. Ia terkejut mendapatkan kebenaran yang ada di kepala pendekar laknat itu.
Hamlin Murai mendapatkan nama asli pemuda itu, dan bagaimana matanya bisa tinggal satu. Semua itu gara-gara dirinya. Gara-gara jeritan memekakkan telinga di hari kelahirannya. Pemuda itu bernama Margo, anak Bik Muyah, matanya kena beling akibat empasan energi dari jeritan bayi Hamlin. Itu membuat Hamlin Murai kasihan padanya. Ngeri juga dengan kemampuannya yang tak terkontrol apabila kondisi jiwanya tak stabil. Itu sudah pernah terjadi, beberapa kali, dan Hamlin Murai menyesalinya. Akibat mata yang terpaksa dicukil itu, Margo mendendam kepada Hamlin Murai dan berniat untuk selalu mencelakainya.
Hamlin Murai membagi informasi ini kepada ayahnya. Ayah Hamlin kaget tak menyangka, "kupikir memang tak punya anak. Jadi dia yang pernah jadi macan jadi-jadian sesungguhnya?"
"Dia yang meracuni seratus murid Kong Jaal."
"Astaga! Kejam sekali anak itu, apa maunya."
"Itu atas perintah Saman King."
"Ini bukti. Ini bukti kebusukan Saman King. Dia memang berniat menyingkirkan orang-orang yang dapat menghalanginya. Kita harus meyakinkan warga."
Gus Taman kebetulan lewat kamar mereka dan mencuri dengar ketika berita tentang dalang peracunan padepokan Kong Jaal diutarakan. Ia masuk ke kamar dan segera ikut nimbrung, "Kong Jaal harus tahu ini."
"Tapi percuma saja kalau Kong Jaal tahu, dia tidak bisa keluar penjara begitu saja. Hukumannya berat dan masih berlangsung lama." Kata ayah Hamlin.
"Biarkan. Kong Jaal harus tahu yang sebenarnya. Kasihan beliau telah menyalahkan diri sebegitu berat." Gus Taman minta diantarkan supirnya ke kantor polisi, segera sore itu juga.
Ayah Hamlin dan Hamlin Murai beranjak juga dari rumah dan menuju rumah-rumah warga yang pernah dibaca Hamlin Murai sebagai yang tak suka Saman King. Ayah Hamlin yang banyak mengambil porsi bicara. Ia meyakinkan perlahan-lahan. Dimulai dari obrolan ringan ramah tamah antar tetangga, menjurus ke apa yang terjadi dengan desa Ndoroalas, keresahan-keresahan, sampai ketika yakin tetangga yang didatanginya dapat diajak kerjasama, ayah Hamlin menunjukkan kebisaan anaknya. Hamlin Murai membaca pikiran si tetangga. Lalu mengungkapkan apa-apa saja yang dipelajarinya dari isi otak anak buah Saman King dan si raja minyak itu sendiri. Si tetangga melongo hampir tak percaya, geleng-geleng, selama ini keresahan yang dirasakan benar adanya. Anak dan ayah secara gerilya mendatangi para tetangga dan dengan ekstra hati-hati, dengan bantuan Hamlin Murai, membaca pikiran tuan rumah, apakah memungkinkan untuk mengungkapkan kebenaran atau tidak, mereka menjalankan misi yang sudah lama direncanakan.
"Kita sedang dalam perang, nak." Kata ayah Hamlin.
"Benar, Yah. Perang urat syaraf."
Ayah Hamlin takjub anaknya tahu mengenai istilah itu.
Malam itu berlangsung lebih panjang dari biasanya. Malam itu amat meresahkan orang di rumah Gus Taman. Istri Gus Taman menunggu di ruang tamu, mengharap suaminya segera membuka pintu. Orang di rumah itu tahu bahwasanya jarak antara Ndoroalas dengan kantor polisi tempat Kong Jaal ditahan tidak begitu jauh. Hanya setengah jam perjalanan mobil saja. Tapi sampai tengah malam pun, Gus Taman belum pulang-pulang. Hamlin Murai merasakan kekhawatiran istri Gus Taman beserta anaknya.
"Bagaimana kalau kita susul saja?" usul ayah Hamlin.
Ayah Hamlin dan anaknya meminjam motor istri Gus Taman. Motor itu sudah lama tak digunakan. Dibawa keluar oleh ayah Hamlin untuk distarter engkol. Setengah jam belum nyala-nyala juga. Bensinnya masih ada. Baru ketika motor itu berhasil nyala, supir Gus Taman datang dengan muka banyak luka, diantar tukang ojek.
Berita itu membuat telinga berdenging. Istri Gus Taman langsung lemas dan jatuh, ibu Hamlin sigap menahannya. Motor yang lupa dijagang oleh ayah Hamlin jatuh karena yang menstarter engkolnya itu terhantam demikian keras mendengar berita.
HamlinMurai, dengan melongo syok, membaca otomatis melalui mata penuh urat merah sisupir. Mobil yang dinaiki Gus Taman, belum sampai ke kantor polisi, terlibatkecelakaan beruntun. Kejadiannya begitu cepat sehingga sulit mengetahui siapayang oleng dahulu. Mobil Gus Taman terhantam dari sisi kiri bagian depan.Membuat ringsek pintu depan mobil dan menjepit Gus Taman. Dari arah berlawanan,truk pencampur semen menghantam dari sisi kiri depan. Beruntung sekali si supirdapat membuka pintu dan berhasil kabur dari maut.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro