Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🍁 RitsuHana

Sakuma Ritsu x Aguri Hana (OC)

Spesial for naaratemari

******

Kata orang, cemburu itu tanda cinta.

Lalu apakah itu berarti Ritsu mencintainya? Apakah Ritsu cemburu setiap kali melihat Hana dekat dengan Laki-laki lain? Baik itu anggota Knights atau bahkan Kakaknya sendiri?

Sebenarnya tidak, Ritsu tidak cemburu. Dia hanya tidak suka jika ada Laki-laki lain yang mendekati Hana. Karena baginya, gadis berhelai merah muda itu hanya boleh memperhatikannya saja.

Lalu apa bedanya? Bukankah itu sama saja dengan cemburu?

Entahlah. Ritsu tidak begitu mengerti tentang hal-hal yang seperti itu. Dia bukan Kaoru yang ahli dalam cinta, atau Izumi yang seorang budak cinta. Dia hanya seseorang yang sangat menyukai tidur dimana saja, layaknya tuna wisma.

Oke, abaikan kalimat terakhir karena faktanya  tidak ada gelandangan se-precious Ritsu Sakuma.

Pikiran Ritsu melanglang buana pada saat ketika dia mengantar Hana untuk menjenguk temannya yang sedang sakit.

Kalau Ritsu tidak salah ingat, namanya Kujo Tenn. Dia adalah teman Hana di sekolahnya yang dulu. Ritsu merasa, lelaki itu biasa saja. Lebih tampan dia kemana-mana. Apalagi rambutnya yang berwarna putih itu sangat mirip seperti orang yang mengaku bernama Ren Nagisa. Bagi Ritsu, mereka terlihat seperti orang tua karena warna rambut mereka.

Ritsu tidak pernah lupa pada sorot mata Hana saat itu. Saat ketika Hana melihat sesuatu yang mungkin melukai perasaan gadis itu sendiri.

Hana melihat Tenn sedang bersama seorang gadis ketika mereka tiba di rumah laki-laki itu.

Ya, Tenn terlihat berbaring dengan selimut berwarna biru toska yang menyelimuti tubuhnya sebatas pinggang, dan seorang gadis berambut pirang duduk di samping ranjang kayunya, menyuapi Tenn dengan semangkuk sup hangat.

Hana tertegun.

Ia hanya diam, bahkan menelan salivanya sendiri terasa sulit bagaikan menenggak sekaleng lem tikus. Dadanya bergemuruh seakan seseorang menabuh genderang di dalamnya tanpa ritme yang beraturan. Matanya memanas, mungkin setelah ini butiran air akan jatuh dan menetes melalui ujung kelopak matanya.

Tapi, Aguri Hana bukanlah gadis yang bisa dengan mudah menunjukkan airmata.

Ini bukan saatnya untuk menangis.

Walaupun rasanya ingin sekali menjatuhkan diri sendiri ke dalam palung Mindanao di Filipina, atau menyelinap diam-diam ke kandang singa untuk menjadi santapan makan siang.

Dan Ritsu melihat itu semua.

Apakah Hana menyukai laki-laki itu?

Apakah Hana mencintainya?

Apakah ....

"Jangan melamun, Kuma-kun. Nanti kau kesurupan lho."

Lamunan Ritsu ambyar ketika suara itu menyapa gendang telinganya.

Ah, itu Izumi. Yang baru saja datang ke tempat latihan dengan beberapa botol minuman di tangannya.

"Secchan, kau sendirian? Hacchan mana?" Ritsu bertanya karena ketika keluar untuk membeli minum, Izumi pergi bersama Hana. Lalu kenapa yang kembali hanya Izumi?

"Si pinky itu? Katanya sih ada anak laki-laki dari sekolah lain yang menunggunya di depan gerbang. Jadi dia pergi untuk menemuinya."

Teman?

Siapa?

Jangan-jangan ....

"Mungkin teman sekolahnya dulu, atau ..... mungkin juga itu pacarnya."

"Aku tidak tanya siapa temannya." Ucap Ritsu datar sebelum bangun dari posisi berbaringnya di atas lantai. Dia menguap sebentar sebelum berjalan keluar, meninggalkan Izumi yang hanya melongo menatapnya.

"Woy, Kuma-kun! Mau kemana?! Sebentar lagi kita latihan!" Izumi berteriak. Hal yang dia lakukan itu otomatis membuatnya mendapat hadiah lemparan pena dari sang Ousama yang terganggu atas teriakannya.

"Bacot ah, Sena. Birisik! Inspirasiku jadi gak ngalir nih!"

.
.
.
.
.
.
.

Hana hanya bisa menghela napas begitu mendapati Ritsu tertidur di kursi taman dengan tangan terlipat di atas meja.

Lagi-lagi dia tidur di sembarang tempat.

Ketika Hana kembali ke ruang latihan Kinights, dia tidak mendapati keberadaan Ritsu disana. Yang ada hanya Arashi yang sibuk bercermin ria, Izumi yang memarahi Ousama mereka, dan Tsukasa yang melakukan hal yang sama dengan Izumi  karena lelah melihat leadernya yang malah asik rebahan seraya mencorat-coret lembaran kertas yang berserakan di lantai.

"Ritsu..."

"....."

"Ritsu-kun, bangun!" Hana mengguncang pelan tubuh Ritsu hingga sang empunya menggeliat dan perlahan membuka matanya.

"Oh, Hacchan ya? Ohayou~"

"Ini sudah sore, Ritsu-kun. Ayo kita pulang."

Ritsu menguap sebentar. Dia lalu bangun dari duduknya dan sejenak menatap gadis yang kini berdiri di depannya. Tanpa diduga, Sakuma muda itu bergerak untuk memeluk Hana dan bersandar sepenuhnya pada gadis itu.

"Ritsu?"

"Biarkan seperti ini dulu. Aku benar-benar lelah, Hacchan."

Hana menghela napas sebelum mengusap kepala Ritsu dengan lembut, "Itu karena kau terlalu sering bangun di siang hari akhir-akhir ini. Rei Nii-san bahkan khawatir padamu."

"Kalau Hacchan bagaimana? Apakah kau khawatir padaku?"

"Tentu saja."

Ritsu tersenyum kecil kemudian berkata, "Kalau kau khawatir padaku, jangan memasang wajah sedih seperti saat itu lagi ya? Aku tidak suka."

Usapan tangan Hana terhenti saat itu juga. Apakah yang Ritsu maksud adalah saat mereka pulang dari rumah Tenn beberapa waktu yang lalu? Hari itu memang Hana sedang dalam suasana hati yang buruk. Bagaimana tidak? Seseorang yang sudah lama Hana sukai ternyata menyukai gadis lain, dan tentu saja gadis itu bukanlah dirinya.

"Jangan bersedih, Hacchan. Masih banyak yang menyukaimu, misalnya saja aku."

Kalimat terakhir yang keluar dari bibir Ritsu mampu membuat mata Hana membulat seketika. Ia yakin saat ini telinganya masih berfungsi dengan baik, dan ia tidak mungkin salah dengar.

Ritsu menyukainya?

Pertanyaan itulah yang saat ini hinggap di otak Hana, seperti benalu yang menempel di pohon cemara.

"A-apa kau bilang?"

Ritsu melepaskan pelukannya dan menatap tepat ke mata merah muda pekat Hana, "Aku bilang, aku menyukaimu. Jadi mulai sekarang, lupakan dia dan ayo pacaran denganku."

Ritsu tidak lagi bimbang. Laki-laki itu sudah yakin bahwa perasaan yang selama ini ia rasakan kepada Hana lebih dari sekedar teman.

Ritsu mencintainya. Mencintai semua yang ada pada diri Hana.

***** OMAKE  *****

"Tadi siang apa kau pergi menemuinya?"

"Siapa?"

"Laki-laki berambut seperti uban itu."

Hana tertawa begitu mengerti siapa yang dimaksud oleh Ritsu.

"Maksudmu Tenn?"

Ritsu mengangguk.

Hana mendongak menatap langit yang dihiasi semburat jingga. Tangannya masih setia mengelus kepala Ritsu yang terbaring di pangkuannya, "Iya. Aku menemuinya. Tenn berpamitan padaku karena dia akan pindah ke luar negeri."

"Apakah kau menerimaku karena dia sudah pergi?"

"Apa?" Tanya Hana kaget, "Tentu saja tidak. Aku menerimamu karena aku juga.... Juga ...."

"Juga?" Ritsu tersenyum kecil melihat Hana yang kini salah tingkah dengan wajah merona.

"A-aku menerimamu karena a- aku juga menyukaimu." Jawab Hana pelan, "Setelah aku merenungkannya, aku sadar rasa sukaku pada Tenn tidak lebih dari seorang sahabat. Mungkin aku terlalu tidak rela jika Tenn menemukan cintanya hingga akhirnya dia akan melupakanku begitu saja."

"Katakan sekali lagi."

Hana memandang wajah Ritsu bingung, "Katakan apa?"

"Katakan kalau kau menyukaiku, sekali lagi."

Wajah Hana kembali memerah.

"Aku….. menyukaimu."

Satu kecupan mendarat di bibir Hana tepat setelah gadis itu menyelesaikan kalimatnya

"Aku juga menyukaimu, Hacchan." Balas Ritsu disertai sebuah senyum yang menghiasi wajah laki-laki itu, "Sangat menyukaimu."

************

APA INI HAN, APA?! WKWKKW

Bodo ah ga jelas juga, yang penting hutangku ke kamu dah lunas //plak

Sekarang gantian, lunasi hutangmu padaku ya wkwkwk
 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro