Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pacarku Ternyata Adik Dari Mantan Pacarku | Kujo Tenn & Nanase Riku [IDOLiSH7]

Request by KarinSekarR

.
.
.

Untuk kesekian kalinya, kau melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirimu. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.30, tapi orang yang kau tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Padahal kalian sudah janjian untuk bertemu di taman hiburan pukul 8 pagi, namun sampai sekarang orang itu belum datang juga.

"Riku kemana sih?" Kau menggerutu ketika gagal menghubungi lelaki berambut merah itu. Ponselnya juga tidak aktif. Apakah dia lupa pada janji kalian? Awas saja kalau Riku benar-benar lupa. Kau akan dengan senang hati menculiknya dan menjadikan dia milikmu selamanya.

Baiklah. Itu terdengar berlebihan. Menyekapnya di kamarmu saja itu sudah cukup.

"[Name], maaf aku terlambat."

Sebuah suara yang amat kau kenal terdengar di belakang tubuhmu.

Kau lantas berbalik, hendak melayangkan protesmu atas keterlambatannya jika saja netramu tidak terpaku pada orang yang dengan santainya berdiri di samping Riku. Ekspresi tidak percaya terlihat jelas di wajahmu kala orang itu menunjukkan senyum sinisnya. Oh, kau tidak pernah melupakan wajah sombong itu seumur hidupmu.

"KUJO TENN?!"

.
.
.
.
.

Baiklah. Mari kita coret kencan indah bersama pacar menjadi reuni bersama mantan yang kelakuannya kayak setan.

Siapa yang menyangka bahwa Kujo Tenn sebenarnya adalah Nanase Tenn? Yanga mana itu berarti dia ada hubungan dengan orang bermarga Nanase. Sialnya, Riku juga bermarga Nanase. Dan yang lebih sialnya lagi, ternyata Tenn adalah kakak kembar Riku. Pantas saja mereka mirip. Kau kira mereka jodoh, soalnya kan jodoh itu mirip.

Baiklah. Yang terakhir itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

Mereka memang serupa, tapi jelas tidak sama. Apalagi soal sifat. Jika Tenn adalah setan berculas satu, maka Riku adalah malaikat bersayap putih yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung.

"Riku, kita naik komedi putar saja bagaimana?" Kau menunjuk komedi putar yang terus berputar tak jauh dari kalian. Yaiyalah terus berputar, namanya juga komedi putar kan.

"Apa kau ini bocah, naik komedi putar seperti itu?"

Oh, kalian bisa menebak siapa orang yang berkata seperti itu. Orang itu jelas bukan Riku.

"Aku tidak bertanya padamu!" Kau mendelik sinis pada Tenn yang berdiri di sisi kanan Riku, "Lagian, kenapa kau mengikuti kami sih?! Kuker ya?!"

"Kau tidak pernah dengar jika lelaki dan perempuan berduaan, maka yang ketiganya adalah setan?"

"Iya! Sekarang kau lah setannya!"

"Aku tidak bisa membiarkan adikku pergi berduaan dengan gadis tukang modus sepertimu."

"Apa?! K-kau-...."

"Sudah, sudah. Kenapa kalian malah bertengkar?" Riku yang posisinya berada di tengah Tenn dan dirimu pun mencoba melerai perdebatan kalian. "Kalian berteriak di telingaku, tau."

Kau maupun Tenn lantas saling membuang muka diiringi decihan yang keluar dari celah bibir kalian masing-masing.

Inilah sebabnya kau putus dengan Tenn dulu. Hubungan kalian selalu dipenuhi dengan perdebatan. Itu karena baik Tenn maupun dirimu tidak ada yang mau mengalah.

Jujur, kau tidak tau bahwa ternyata Tenn dan Riku adalah saudara kembar. Baik itu sejak kau pacaran dengan Tenn atau saat kau PDKT dengan Riku. Hal itu karena Tenn tidak pernah mengatakan bahwa dia memiliki saudara kembar. Lagi pula, ketika kalian berpacaran dulu, marga Tenn itu Kujo, bukan Nanase. Jadi bagaimana mungkin dari Kujo berubah jadi Nanase?

Terlalu banyak pertanyaan yang berseliweran di kepalamu. Mungkin karena kau belum begitu mengenal Riku, atau Tenn terlalu menutup diri padamu dulu.

Entah mana yang benar. Semuanya terlihat sama saja bagimu.

"[Name] kenapa? Sakit, ya?"

Kau mengerjapkan mata begitu Riku melambaikan tangannya tepat di depan wajahmu.

Ah, kau melamun rupanya.

Kau bisa melihat raut wajah Riku yang khawatir dan Tenn yang sedikit melirikmu dari sudut matanya.

"A-aku tidak apa-apa." Kau berusaha memberi Riku senyum terbaikmu, "Maaf, aku melamun."

"Apa kau haus? Kalau begitu, aku beli minum dulu ya?"

"Biar aku saja."

Sebuah suara terdengar sebelum kau bisa menjawab tawaran tersebut.

Kau dan Riku lantas menoleh pada Tenn yang sudah berjalan menuju mesin penjual otomatis, meninggalkan Riku dan dirimu yang hanya bisa menatap punggungnya dari belakang.

"Terimakasih, Tenn-nii!" Riku berseru sebelum mengajakmu untuk duduk di kursi panjang yang terletak di dekat air mancur.

"[Name] pasti kaget ya?"

Kau menoleh pada Riku yang kini tersenyum padamu, "Kaget kenapa?"

"Soal Tenn-nii."

Kau diam tak menjawab.

"Aku belum cerita padamu kan, kalau sebenarnya aku punya Kakak. Seperti yang [Name] lihat. Wajah kami agak mirip karena kami memang kembar." Riku mengalihkan tatapannya ke atas langit yang membentang di angkasa. "Ini agak rumit, [Name]. Dulu saat masih kecil, karena suatu alasan Tenn-nii harus pergi meninggalkan kami dan mengganti marganya dengan marga orang lain yang kini menjadi bagian dari keluarganya juga. Kami terpisah begitu lama. Tentu saja aku sedih dan merindukannya ketika dia tidak ada. Tapi aku sadar, asalkan aku tau bahwa Tenn-nii baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku."

Ah, kau tidak pernah tau Tenn memiliki kisah seperti itu. Hal itu jelas membuktikan bahwa dulu kau juga tidak terlalu mengenal lelaki berambut pink pucat tersebut.

"Tenn-nii adalah orang baik, [Name]. Meskipun dia agak ketus ketika berbicara dan mempunyai sikap yang lumayan dingin, tapi jika kau lebih mengenalnya lagi, kau bisa tau bahwa Tenn-nii tidak seburuk kelihatannya." Riku menoleh padamu. Dia melihatmu yang kini seolah tengah terhanyut dalam pikiranmu sendiri. Tapi meskipun begitu, Riku tau bahwa kau mendengarkan ceritanya. "Kau tau, [Name]? Aku ingin kalian akur karena kalian sama-sama berharga bagiku."

Ketika kau menoleh pada Riku, kau bisa melihat dia yang kini menatapmu dengan mata merahnya yang berkaca-kaca.

"Maaf jika aku sudah bersikap buruk pada Kakakmu, Riku." Kau berkata seraya menundukkan kepalamu. Bagaimana pun juga, kau baru tau mereka memiliki kisah yang cukup menyedihkan seperti itu.

"Tidak apa-apa. Aku juga mewakili Tenn-nii untuk minta maaf padamu, [Name]." Ucap Riku seraya tersenyum cerah. Senyum yang dengan cepat menular padamu.

Drrtt ... Drrtt...

Getaran ponsel di saku jaket Riku memutus tatapan kalian. Sang empunya lantas meraih ponselnya dan mendapati nama sang Ibu tertera di layar persegi panjang tersebut.

"Moshi-moshi? Ya, ibu? Ada apa?"

"......"

"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas, Bu."

"......"

Riku menoleh padamu yang hanya diam memperhatikan, "Aku tinggal sebentar, ya? Disini sinyalnya jelek."

Setelah kau mengizinkan, Riku pun segera bangkit dan berjalan menjauhimu dengan ponsel yang menempel di telinganya.

Ditinggal sendirian seperti itu, otomatis kau kembali terhanyut dalam pikiranmu.

Mungkin memang ada baiknya jika kau berdamai dengan masa lalu. Meskipun dulu hubunganmu dengan Tenn berakhir dengan buruk, namun sepertinya tidak salah juga jika kalian memulai semuanya dari awal. Seperti teman, misalnya. Bagaimana pun juga, kau berpacaran dengan adiknya sekarang.

"Kau sendirian? Kemana Riku?"

Kau sedikit tersentak begitu Tenn bersuara. Sejak kapan dia kembali?

"Dia pergi untuk menjawab telepon. Disini sinyalnya jelek."

Tenn mengangguk sebelum menyerahkan sesuatu padamu. Ah, itu adalah minuman favoritmu. Bagaimana mungkin Tenn masih mengingatnya?

"Terimakasih." Kau berkata setelah menerima minuman dingin dari tangan Tenn yang kini mendudukkan dirinya di sampingmu.

Untuk sesaat tak ada percakapan di antara kalian. Kau jelas bingung mau memulainya dari mana. Sedangkan Tenn? Mungkin dia terlalu malas berbicara denganmu? Entahlah

"Aku minta maaf.../"Maafkan aku..."

Tenn berdehem, sementara kau tertawa kecil karenanya.

Oh, ayolah. Kenapa malah canggung begini? Kemana kalian yang seolah siap baku hantam beberapa waktu yang lalu?

"Aku tau kita memiliki hubungan yang buruk sebelumnya. Kuharap kau mau melupakan semua kenangan buruk itu. Demi Riku." Ucap Tenn pada akhirnya.

"Aku juga berpikir begitu." Kau menyahut seraya menatapnya yang ternyata juga tengah menatapmu, "Mari perbaiki semuanya, Tenn. Mungkin kita bisa memulainya dengan... Teman?"

Tenn yang semulanya terkejut atas jawabanmu, perlahan tapi pasti menunjukkan ekspresi yang seolah membuatmu bernostalgia dengan masa lalu. Senyum lembut itu masih bertahan di wajah Tenn yang tanpa cela saat tangannya terangkat untuk menepuk puncak kepalamu.

"Mohon kerja samanya, [Name]."

.
.
.
.

*****

Avv aku ga tau ini sesuai tema yang kamu inginkan atau ngga wkwkwk

Abaikan judulnya, oke? 🤣 //Plak

Makasih udah baca
Buat yang rekusannya belum kukerjain, sabar yaaaaaaaaa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro