Gombal Gembel | Tsunashi Ryunosuke [IDOLiSH7]
"Eh, eh, Ryu~ Bentar deh." Kau menepuk punggung Ryu berkali-kali. Suatu cara yang absurd dan menyakitkan hanya untuk membuat orang yang tengah duduk di sampingmu menoleh padamu.
"Ada apa?" tanya Ryu kalem. Sekalem sikapnya kalau dibandingkan dengan kedua teman ubannya yang bar-bar kayak kocheng oren.
"Kalo mandi, mandi apa yang gak basah?" Sebuah pertanyaan aneh keluar dari mulut orang yang juga aneh.
"Mandi yang ga basah? Kalo mandinya pake air ya pasti basah, kecuali mandinya pake pasir." Jawaban masuk akal keluar dari mulut orang yang masuk akal pula.
"Bukan. Mandi yang ga basah itu... Mandirikan rumah tangga bersamamu." Kau tersenyum alay. Sedangkan Ryu hanya cengo sebelum tawa pelan keluar dari celah bibir pria eksotis itu.
"Belajar gombal dari siapa kamu?" tanyanya masih dengan senyuman.
"Hm? Belajar gombal dari tante-tante yang godain kamu."
Jawabanmu membuat senyuman Ryu luntur layaknya baju baru yang dicuci. Kau yang melihat itu hanya bisa tertawa hambar.
"Ga atuh. Bercanda itumah." Sambungmu kemudian. Padahal itu adalah fakta. Fakta yang sangat menyesakkan untukmu.
Makanya, cari pacar tuh jangan yang hot-hot banget. Yang dingin aja, kayak si Olaf misalnya.
"Mereka yang godain aku. Bukan aku yang godain mereka."
"Iya, iya. Aku tau kamu ga pernah gombalin mereka."
Jangankan mereka, aku aja ga pernah digombalin. Batinmu nelangsa.
"Aku juga bersyukur kamu ga ngegodain balik mereka." Kau menatap Ryu yang kini juga tengah menatapmu.
"Kamu tau kan kalo aku itu gak terlalu ahli dalam urusan perempuan. Aku lebih suka mengungkapkan rasa sayangku dengan perbuatan daripada kata-kata."
Kau menahan nafas sebelum mengacak rambutmu hingga menutupi wajahmu yang memerah, "R-Ryu, kamu gentle bgt sih. Sesek nih aku." Kau menutup wajahmu dengan tangan.
Ryu tertawa pelan dan tangannya bergerak merapikan rambutmu yang berantakan. "Masih mau aku gombalin kamu?"
"Gak di gombalin aja udah gini. Gimana mau digombalin coba?" Kau menunjukkan cengiran khasmu, "Tapi jujur ya, walau omonganmu menyiksa, tapi bikin candu tau."
"Kamu bener. Mungkin ga usah, aku ga bisa ngegombal soalnya. Bisanya cuman mencintai kamu dengan sisa nafasku aja."
Kau mematung dan tak bisa berkata-kata mendengar untaian kalimat yang keluar dari mulut kekasihmu.
Kok kalimat Ryu kayak Le Mineral ya? Ada manis-manisnya gituuuu
"Kamu bosen gak di rumah? Mau keluar? Mumpung aku lagi libur juga."
Kau seolah mendapatkan kembali kesadaranmu saat Ryu kembali membuka suara.
"Wah, mau mau!!" jawabmu dengan semangat 45, "Eh, tapi emangnya kamu gak cape? Aku agak khawatir soal itu."
Ryu tersenyum dan menggeleng, "Gak apa-apa. Capekku hilang kalo deket kamu."
Kau berdehem dengan wajah merona, "Katanya ga bisa ngegombal. Akunya lemes nih digombalin mulu."
"Eh? Emang itu namanya ngegombal ya? Padahal aku cuma ngomong fakta." ungkap Ryu jujur.
Kau menghela napas. Punya pacar yang hot tapi polos ya gini nih. Sebuah kenikmatan sekaligus cobaan.
"Baguslah kalo itu fakta. Yaudah langsung cus lah. Mau kemana emang?" tanyamu penasaran.
"Terserah aja kmu maunya kemana."
"Yaudah ke pelaminan kuy?" Setelah berkata demikian, kau pun kabur begitu saja.
Ryu hanya menggeleng seraya tersenyum geli menatap kepergianmu. "Kita akan ke pelaminan setelah kau siap untuk menghabiskan sisa hidupmu bersamaku." ucapnya pelan.
"Hah? apa? Ga kedengeran." tanyamu pura-pura tidak mendengar kalimat yang Ryu ucapkan beberapa saat yang lalu.
Semoga saja kau budeg beneran //Aamiin
"Bagus deh kalo ga kedengeran."
"Eh? Kok bagus?" tanyamu heran, "Yaudah, ini jadi jalan gak?"
"Ya jadi, tapi kamu ga mau ganti baju dulu?" Ryu menatapmu yang kini memakai kaos lengan pendek dan juga celana training, "Tapi ga ganti baju juga gak apa-apa sih. Kamu cantik pake baju apa juga."
blush
"Y-yaudah iya aku ganti baju, biar ga gembel. Ganti pake baju penganten— EH YA ENGGA LAH AHAHAHA." Kau tertawa garing dengan wajah yang memerah persis mukanya si cepot.
"Ganti baju penganten juga gak apa-apa. Mungkin nanti kita jalannya malah ke KUA." Ryu menanggapinya dengan senyum manis yang manisnya mengalahkan janji mantan sekalipun.
"E-eh? Ga sekarang juga kan?" Kau ber-weatdrop ria seraya memeluk tembok dengan miris, "Plis lah, Ryu. Kamu tau kan kalo aku paling ga kuat kalo kamu senyum kayak gitu?"
"Kamu ini ya, daripada meluk tembok mending meluk aku kan?"
"Eits— halalin dulu bang. Lagian kamu juga tau kan reaksi aku kalo dipeluk gmn? Malu tau."
Eh? Bisa malu juga tho? Kirain ga punya malu //plak
"Oiya, belum halal. Lupa. Yaudah, peluknya nunggu halal aja ya. Sekarang ayo kita pergi."
Bisa lupa gitu
Yain, aku setia menunggu mu kok
"Yaudah, mau kemana?" Tanyamu penasaran, "Eh, Ryu. Kalo naek mobil, aku pengen nyetir. Boleh?"
Ryu mematung sesaat ketika kau meminta hal itu. Entah kenapa membayangkan kau yang menyetir, membuat Ryu merasa umurnya akan semakin memendek.
Hey, Ryu masih sangat ingat ketika dia mengijinkanmu menyetir. Kau mengendarainya seolah tengah berada di sirkuit, bukan di jalan raya.
Ryu bersumpah, itu adalah terakhir kalinya ia mengijinkanmu menyetir.
"Nyetir? Errrrrr... Biar aku aja deh yang nyetir. Nanti kamu cape lho."
"Ya bilang aja langsung kalo ga boleh." Kau berkata seolah mengetahui apa yang dipikirkan oleh pacarmu itu.
"Yaudah lah, aku pasrah mau dibawa kemana juga." sambungmu lesu dengan kepala tertunduk.
"Aku cuma ga mau kamu cape." Ryu mengelus puncak kepalamu dengan sayang, "Sebagai gantinya, kamu boleh main sepuasnya di pantai nanti. Gimana?"
"Kalo main di pantai... boleh sih. Tapi kamu mau aku baku hantam lagi sama tante-tante yang deketin kamu?"
Ah, Ryu lupa kalau kau pernah terlibat pergeludan dengan beberapa perempuan yang terlalu menempel padanya.
"Makanya, kamu jangan jauh-jauh dari aku." pinta Ryu serius.
"S-siapa juga yg jauh-jauh dari kamu? Bukannya kamu ya yang jauh-jauh dari aku? Tapi, emangnya gak apa-apa kalo main di pantai? Kamu ga akut nambah ... belang?" Kau menutup mulutmu menggunakan kedua tangan. "Eh, maaf."
"Memangnya badanku belang ya?" Ryu segera melepas kaos dan memeriksa tubuhnya. Kau yang melihat itu hanya bisa menganga dengan wajah memerah.
"W-WOI, TUNGGU! JANGAN DILEPAS DI SINI! BURUAN PAKE LAGI RYU! AKU GA KUAT!" Serumu heboh seraya menutup mata dan melempar bantal ke arah Ryu yang kini sibuk menghindari seranganmu.
"Kamu ini kenapa? Aku kan cuma memeriksa bener atau ngga nya kalimat kamu." Ryu terdiam sesaat sebelum menatapmu penasaran dan menuntut jawaban, "Tapi kayaknya bener deh, aku ini item ya?"
"H-hah? Item? Emmm, gimana ya? Coklat sih, bukan item. Tapi justru itu membuat kamu semakin manis." Kau tersenyum malu ketika mengatakannya.
"Manis ya?" Ryu tampak berpikir, "Tapi kayaknya lebih manis kamu kalo lagi tersipu deh."
EHEK--
"Haduh, Ryu. Kamu sengaja mau bikin aku nge-fly?" tanyamu dengan nafas tak beraturan. Berharap saja semoga bengecc mu tidak kambuh di saat-saat seperti ini.
"Ga kok. Aku cuma mau bikin kamu jadi satu-satunya." Ryu tersenyum sebelum kembali memakai kaos yang tadi dilepasnya, "Yaudah, jadi pergi gak? Nanti kesorean lho."
"Yaudah ayo, mau ke pantai aja? Atau mau nonton film baru itu, tenki n* k* yang rilis kemaren? Aku sih terserah."
"Kamu mau nonton?"
Gak. Mau numpang ngadem doang. Batinmu miris.
Peka atuh kamu teh, Ryu T^T
"Terserah kamu aja bang."
"Yaudah, kita nonton aja. Kalo ke pantai, takutnya kamu ikutan belang juga." Ryu segera memakai jaket dan meraih tanganmu. "Ayo berangkat."
Ish, pengertian banget siiii. Batinmu gemas seraya menggenggam tangannya.
"Kuylah." ucapmu senang. "Eh, btw, Bang... Ai lop yu tigarebu."
"Hah? Tigarebu?" Ryu kurang konek ternyata.
"Tigaribu/3000. YAUDAH AH GAGAL, MALU AKU. BURU WOY JALAN." Kau mendorong Ryu dari belakang sambil menahan malu yang tidak terkira.
"Hahaha... Yaudah, i love you 6000 juga." Ryu menoleh padamu dengan senyum manisnya.
"Ryu! Udah atuh gombalinnya. Aku ga kuat—" Jd pengen meluk.. ya .. tapi kan..
Kau menepuk pipimu lumayan keras, berharap pikiran nista itu enyah dari otak udangmu. "Udah ah buruan jalan, ntar kesorean."
"Jangan jalan di belakang aku, karena aku bukan pemimpin kamu." Ryu menarik tanganmu agar kalian berdampingan, "Tapi berjalanlah di samping aku agar aku bisa jagain kamu."
"O ya tidak dong, kau kan calon pemimpin keluarga kita, dan aku akan selalu mendukungmu dari belakang sini." Kau memperlambat langkah kakimu, begitu kau berada tepat di belakang Ryu, kau segera memeluk tubuh atletis itu.
Oh, modus ternyata ~
"Eh? Kamu meluk aku? Ga salah nih?
Emang udah halal?" Ryu terlihat menahan tawa.
Kau yang mendengarnya pun segera melepas pelukanmu. "Eh, maap sengaj— EH MAKSUD NYA KHILAF!"
"Eh, Ryu. Kamu bilang, kamu lebih suka mengungkapkan rasa sayang dengan perbuatan daripada kata-kata, tapi sekarang kamu malah gombalin aku."
"Eh? Emang daritadi aku gombalin kamu ya?" tanya Ryu polos.
Wajahmu berubah datar. Matamu menatap Ryu dengan sebuah senyum paksa yang kini terukir di bibirmu.
"Oh, gitu? Jadi daritadi aku salting mulu dan ternyata kamu ga gombalin aku? Oke."
Hiks.. Siapa yang naruh bawang disini woy! Batinmu termewek-mewek
"Kan aku emang ga ngegombal, aku cuma ungkapin apa yang aku rasain ke kamu. Kamu marah?" Ryu menatapmu takut-takut. Takut jika kau marah maksudnya. Maklum saja, kau kan kalau marah kayak Medusa. Serem aja gitu
"Marah? Ngga kok, engga. Kenapa emangnya? Emang aku keliatan kayak marah? Yaudah, maafin aku. Emang lagi baperan sih ya, jadi maaf."
Oh, lagi baper toh. Pantesan. Lu ngenes kalo lagi baper //plak
"Beneran?" Ryu menatapmu tidak yakin, "Senyum dong kalo gitu."
Kau menghela napas. "Oke, oke. Apa sih yang ngga buat kamu."
Bibirmu terangkat, menciptakan sebuah lengkungan indah yang membuatmu semakin terlihat cantik di matanya.
"Nah, gitu dong. Kan jadi tambah cantik." Ryu ikut tersenyum sebelum berjalan seraya menggenggam tanganmu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro