Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dua Tiga Panci Ume, Pilih Eichi atau Natsume? | Eichi & Natsume [Enstars]

Request by Shurupawkarein

.
.

Semua warga Yumenosaki tau bahwa Tenshounin Eichi dan Sakasaki Natsume tidak mempunyai hubungan yang baik. Ah, rasa-rasanya sang ketua osis berhelai pirang itu memang tidak memiliki hubungan yang baik dengan siapa pun. Kecuali dengan unit-nya sendiri, tentu saja. Salahkanlah sifatnya yang mampu membuat orang lain salah faham. Apalagi apa yang dilakukan Eichi di masa lalu mengakibatkan beberapa orang begitu membencinya. Salah satunya adalah Natsume. Meski rasa tidak sukanya pada Eichi tidak sebesar Itsuki Shu si pria pink yang selalu membawa boneka kemana-mana.

Jika saja bisa, Natsume tidak ingin terlibat dengan Eichi lagi dalam hal apa pun. Tapi sepertinya tidak semudah itu. Tidak disaat sang Ketua Osis menyukai gadis yang sama dengannya.

Serius? Dari sekian banyak manusia bergender laki-laki di Yumenosaki, kenapa harus Tenshounin Eichi? Sungguh sial sekali.

"Natsume-kun, bukankah kau harus kembali ke kelas?"

"Bacot."

Eichi hanya tersenyum elegan begitu mendapat jawaban yang kurang enak didengar dari laki-laki penyuka sihir itu, "Tidakkah seharusnya kau menjaga bahasamu di depan seorang gadis? Ckckck, dengan sifatmu yang seperti itu aku tidak yakin akan ada gadis yang mau denganmu."

"Urus saja urusanmu sendiri!" Balas Natsume sengit, "Lagian, sepertinya yang harus balik ke kelas itu kau deh, Tenshounin. Ketua osis macam apa yang bolos hanya buat ngecengin cewek?"

"Ngecengin cewek? Aku ga ngecengin cewek. Aku disini buat nemenin [Name] biar dia ga bosan sendirian di UKS."

"Halah bilang aja caper."

Kau yang berada di tengah-tengah mereka hanya bisa menghela napas mendengar perdebatan kedua orang itu. Jika saja maag-mu tidak kambuh, kau tidak mungkin berakhir di ruang kesehatan bersama Eichi dan Natsume sekarang.

Bukannya kau tidak menghargai perhatian mereka, hanya saja jika mereka disini hanya untuk bertengkar lebih baik mereka pergi 'kan? Kau akan lebih memilih tidur dari pada mendengar perdebatan keduanya.

"Tidak bisakah kalian akur sebentar?"

Natsume yang duduk di kursi samping ranjang sebelah kiri menoleh cepat padamu begitu mendengar apa yang kau katakan, "Kau tau, [Name]? Ga ada pahalanya akur sama setan kuning ini!" Ucapnya seraya menunjuk Eichi yang duduk di sebelah kananmu.

"Setan dimana-mana itu merah, Natsume-kun. Ga ada yang kuning."

Jawaban santai sang emperor sontak kembali mematik sumbu kesabaran Natsume.

"Oh, jadi lu ngatain gue setan?!"

"Kau sendiri yang bilang. Bukan aku."

"Plis deh, teman-teman. Kepalaku jadi pusing mendengar pertengkaran kalian."

"Tuh dengerin! [Name] jadi pusing denger bacotan lu, kuning! Mending balik ke habitat lu deh sana!"

Eichi mengabaikan cercaan Natsume dan memilih beringsut mendekatimu. Dia dengan ringan menggenggam tanganmu yang dimana hal itu membuat orang yang berada di seberangnya melotot tak percaya.

"Apa ada sesuatu yang kau butuhkan, [Name]?" Tanya Eichi lembut.

"Aku hanya butuh ketenangan."

Eichi tersenyum dan mengangguk kemudian berkata, "Baiklah. Kau mendapatkannya." Ucapnya sebelum dia bangkit dari duduk dan berjalan ke arah Natsume, "Ayo, Natsume-kun. Kita biarkan [Name] beristirahat."

Natsume berdecih, "Ga usah ngatur-ngatur!" Sungutnya kesal. Tapi meski begitu, laki-laki berhelai merah itu tetap mengikuti apa yang Eichi katakan. Dia tau mungkin kau memang butuh istirahat agar kondisimu cepat membaik. Melihatmu dalam kondisi lemah seperti itu tentu saja membuatnya tidak suka.

Mereka pun berpamitan padamu. Setelah keduanya menghilang ketika pintu kembali tertutup, kau mulai menutup mata saat rasa kantuk menyerangmu.

Namun sebelum kau berselancar ke alam mimpi, pintu ruang kesehatan kembali terbuka, menampilkan Natsume yang kini berjalan ke arahmu.

Seolah tau arti tatapanmu yang penuh tanda tanya, laki-laki penganut ilmu hitam itu berkata, "Maaf mengganggumu. Aku kembali hanya untuk memberikan ini."

Kau menatap benda di tangan Natsume dengan bingung, "Apa itu?"

"Jimat."

"Jimat?"

Natsume mengangguk. Dia kemudian meraih tanganmu untuk meletakkan benda yang mirip seperti gantungan kunci itu di telapak tanganmu, "Aku membuatnya sendiri. Kuharap kau mau menerimanya."

Kau menatap benda itu beberapa saat sebelum beralih pada Natsume, "Terimakasih, Natsume-kun. Aku akan menjaganya." Ucapmu dengan senyuman.

Natsume membalas senyumanmu. Tangannya terangkat untuk mengusap kepalamu sebelum dia kembali berpamitan.

"Aku akan kembali setelah sekolah selesai."

Begitu Natsume sudah pergi, kau tidak melanjutkan niatmu untuk tidur seperti yang kau rencanakan beberapa saat yang lalu. Kantukmu juga sudah hilang entah kemana. Sebagai gantinya, kini yang kau lakukan hanyalah mamandangi benda di tanganmu. Natsume bilang, dia membuatnya sendiri. Kau tidak bisa menghentikan dirimu untuk tidak merasa senang. Kau tau Natsume mempercayai hal-hal yang berbau supranatural, dan kau menghargai keunikannya yang satu itu.

Drrttt drrrttt drrttt

Getaran yang berasal dari ponsel di saku blazer sekolahmu membuatmu sedikit tersentak. Kau lantas meraihnya dan mendapati satu pesan masuk dari Eichi.

"Pulang sekolah nanti aku akan ke sana. Aku bisa mengantarmu pulang jika kau tidak keberatan. Aku sangat mengkhawatirkanmu, [Name]. Aku tidak mau mengambil resiko kau pingsan di jalan nantinya. Jadi kuharap kau tidak menolak niat baikku."

Setelah membaca deretan pesan Eichi, kebimbangan langsung menyerangmu. Bagaimana ini? Natsume dan Eichi akan kembali begitu kegiatan sekolah selesai.

Apa yang harus kau lakukan? Kau tidak mau mereka kembali bertengkar hanya karena dirimu. Kau bahkan tidak mengerti kenapa mereka bertingkah seolah tengah memperebutkanmu.

Teman-temanmu mengatakan bahwa Eichi dan Natsume jelas menaruh perasaan padamu, tapi tentu saja kau tidak percaya. Bagaimana mungkin mereka menyukaimu? Apa yang mereka sukai darimu? Itu yang selalu kau tanyakan pada diri sendiri ketika orang-orang berasumsi seperti itu.

Nah, kembali ke pergolakan batinmu. Kau tidak ingin mengecewakan mereka, tapi situasinya mengharuskanmu untuk memilih. Namun tetap saja, apa pun pilihanmu nantinya tidak menutup kemungkinan akan adanya kekecewaan yang dirasakan salah satu dari mereka.

Jadi, apa yang harus kau lakukan sekarang?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro