Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cinta Membawa Derita | Izumi Mitsuki [IDOLiSH7]

Request by AnnrizuYaotome

.
.

Memasak,

Mungkin yang ada di pikiran kalian adalah 'sesuatu' yang berhubungan dengan dapur dan peralatannya, bukan?

Yahh.. memang memasak bukanlah kata yang asing bagi telinga kita.

Atau bahkan kita pernah melakukan hal itu.

Tapi percaya atau tidak, 'memasak' adalah satu kata yang sangat dan paling kau benci selama hidupmu.

Ayolah.. Kau memang perempuan, tapi manusia tidak ada yang sempurna 'kan?

Dan yang perlu kalian ketahui, setiap manusia pasti mempunyai alasan untuk membenci sesuatu. Karena kau juga termasuk golongan manusia, maka kau mempunyai alasan untuk membenci kata maupun kegiatan masak memasak.

Sekalipun kau benci memasak, jangan kira kau tak pernah melangkahkan kakimu ke dapur. Kau pernah melakukannya, tapi hanya SATU LANGKAH dari pintu. Setelah itu, kau membalikkan badanmu dan pergi meninggalkan kawasan yang menurutmu sangat tidak cocok dengan telapak kakimu. Seolah telapak kakimu itu alergi dengan debu dapur.

Ibumu hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi sifatmu yang satu itu. Bukan satu dua kali Ibumu memintamu membantunya di dapur. Puluhan atau bahkan ratusan kali wanita paruh baya itu meminta bantuanmu, namun kau seolah mempunyai 1001 alasan untuk lolos dari hal yang menurutmu merepotkan tersebut.

Ada satu fakta lagi yang membuatmu sangat ingin menelan bulat-bulat fakta yang satu ini, lalu enzim dalam perutmu akan menghncurkan fakta itu. Menurutmu, seharusnya fakta ini tidak ada dan tidak akan pernah ada. Tapi mungkin takdir berkehendak lain dan membuatmu mencoba bertahan dari cobaan akan fakta ini.

Dan fakta itu adalah...

Orang yang kau sukai ternyata pandai dan gemar memasak.

Sial seribu sial. Kenapa cupid harus menembakkan panah asmaramu pada orang yang seperti itu?

Situasi yang kau hadapi tentu saja tidak bisa disalahkan, sebenarnya. Jika pun ada yang harus disalahkan, maka itu adalah dirimu sendiri.

Mungkin kau bertanya-tanya, apa salahmu?

Tentu kau tidak salah, yang salah adalah aku karena menulis cerita ini.

"Ada angin apa seorang [Name] memasuki dapur? Apa kiamat sudah dekat?"

Mungkin itu yang menjadi pertanyaan setiap penghuni di rumahmu saat ini. Pasalnya, untuk pertama kalinya dalam hidupmu kau berhasil memasuki dapur tanpa harus memutar tumitmu kembali.

Mengabaikan tatapan-tatapan menjengkelkan keluargamu, kau segera membuka kulkas dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak kau ketahui apa namanya. Satu yang kau tau bahwa semua itu adalah bahan makanan.

Baiklah. Berbekal pengetahuanmu yang minim serta tutorial memasak di internet, kau mencoba memasak sesuatu untuk membuat pujaan hati yang tinggal di sebelah rumahmu terkesan.

"Hebat sekali kau, Izumi Mitsuki. Kau satu-satunya orang yang bisa membuatku terjun ke dapur dan berkecimpung dengan semua ini." Ucapmu sebelum memulai kegiatan muliamu.

Yah, berdoa saja semoga Mitsuki tidak berakhir di pemakaman setelah memakan hasil dari mahakaryamu.

******

"Nii-san, kau sakit?"

"Hah?" Kalimat Iori membuat Mitsuki menoleh pada adiknya itu, "Apa maksudmu?"

"Kau menggigil dari tadi."

Mitsuki sejenak terdiam. Dia sehat kok, hanya saja entah kenapa tubuhnya tiba-tiba menggigil dan perasaannya jadi tidak enak. Seolah akan ada peristiwa buruk yang menimpanya tidak lama lagi.

'ting tong'

Mitsuki sedikit berjengit saat bel rumahnya berbunyi. Suara itu untuk sesaat terdengar seperti lonceng kematian baginya. Ada keinginan yang kuat untuk tidak membukakan pintu untuk siapa pun yang ada di baliknya. Entahlah, Mitsuki hanya berpikir bahwa dia akan baik-baik saja jika pintu itu tetap tertutup.

Tapi itu tidak terjadi. Tidak saat Iori sudah berjalan ke arah pintu dan membukanya hanya untuk mendapatimu berdiri disana dengan wadah makanan di tanganmu.

"Hallo, Iori. Apa Mitsuki ada di rumah?"

Sebelum Iori bisa menjawab, Mitsuki sudah berdiri di sampingnya.

"Ah, [Name]. Ada apa?" Tanyanya ceria. Dia bersyukur bahwa yang ada di balik pintu itu ternyata adalah dirimu, bukan seseorang atau sesuatu yang akan membuatnya terancam.

Ah, Mitsuki yang malang. Kau hanya tidak tau kemalangan akan menimpamu tidak lama lagi.

"Aku membuat sesuatu untukmu. Kuharap kau menyukainya." Dengan malu-malu kau menyerahkan wadah makan itu pada Mitsuki.

"Eh? Untukku?"

Kau mengangguk membenarkan pertanyaannya.

Mitsuki segera menerima pemberianmu, "Terimakasih, [Name]." Ucapnya tulus.

Kau kembali mengangguk sebelum berkata, "K-kalau begitu, aku pamit dulu."

"Eh? Kau tidak mau masuk dulu?" Tanya Mitsuki yang dijawab gelengan olehmu.

"T-tidak perlu. Aku harus membantu Ibuku membereskan dapur."

Itu tidak bohong. Kau tidak bisa menyaksikan ekspresi kagum Mitsuki ketika dia memakan masakanmu karena kau memang harus kembali untuk membereskan dapur yang sudah tidak berbentuk lagi. Itu kata Ibumu. Padahal kan tidak seburuk itu. Dapurnya masih berbentuk kok, hanya saja kitchen set nya sedikit terbakar dan ada beberapa peralatan masak yang rusak. Entah itu panci bolong, piring pecah, dan sodet yang bengkok. Kau sampai bertanya-tanya, apakah peralatan masak ibumu berkualitas rendah hingga baru dipakai sekali olehmu saja sudah rusak.

"Ah, baiklah. Terimakasih untuk makanannya."

Kau hanya mengangguk sebagai balasan sebelum berbalik dan berjalan menuju rumahmu.

Ah, kau tidak sabar mendengar tanggapan Mitsuki begitu dia memakan masakanmu.

"Dia pasti akan langsung jatuh cinta padaku yang berbakat ini."

Kau berjalan ke rumahmu dengan hati riang gembira, meninggalkan sesuatu yang berbahaya bagi keselamatan tetanggamu di belakang sana.

.
.
.

Keesokan harinya, kau mendapat berita bahwa kemarin Mitsuki dibawa ke rumah sakit oleh sang adik tercinta. Sumber terpercaya mengatakan bahwa pujaan hatimu kemungkinan keracunan makanan yang kau bawa.

Dia ambruk pada suapan pertama.

Hah?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro