1. Tazaki x Reader!Ghost
Warning: OOC, plot g jelas, typos, etc.
.
.
Bacaannya terhadap berkas-berkas misi membikin tidak fokus. Bukan karena pendar-pendar cahaya lampu yang makin meremang. Bukan karena bulan menduduki matahari sehingga membuat cahayanya menjadi jam tidur. Buka karena gesekan angin malam yang melimbai di atmosfer.
Bukan.
Namun, apa yang dikatakan setiap insan tentang hal transparan dan konkret.
"Jadi kau seorang mata-mata?"
Tak menjawab, tak memerhatikan. Berlagak tidak mendengar dan tetap fokus pada beribu kertas di atas meja. Seperti melakukan akting yang seharusnya mudah, tetapi berbalik akibat kondisi yang didapat.
Sebagai seorang mata-mata yang terlatih di segala kondisi, seumur-umur kejadian ini adalah hal langka. Hal yang tidak bisa disangka juga disangkal.
Kening mengerut, membentuk garis-garis samar di dahi. Alis bertaut, menyimpan sejuta tanya menyirat. Mata terpejam, pertama kali mengharapkan sebuah mimpi yang tak akan muncul lebih dari sekali.
Kali ini tangan ikut memijit ketika mendapat makhluk tak berwujud manusia itu berada di seberang meja: menjadikan kedua tangan yang menumpu meja memangku kepalanya. Kedua matanya mengerling-ngerling jenaka seraya jari jemari mengetuk permukaan wajahnya—yang transparan.
Gaun putih dengan panjang selutut dan tanpa lengan membalut wujud transparannya. Bagian bawahnya yang lebar tampak berderai-derai tak keruan akibat embusan udara malam. Akibat itu, sedikit menampakkan paha lanjainya.
Meskipun seorang hantu, gadis itu ternyata mempunyai bentuk tubuh yang bagus. Ia baru mengakui hal itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku, lho," tukasnya mencari atensi. "Kalau kau tidak menjawab pertanyaanku, aku tidak akan pergi," gadis itu berdalih.
Sukses membuat Tazaki beralih ke benak. Tampak menimbang keras, tetapi disamarkannya dengan membaca kembali dokumen.
Ia mendesah membatin. Entah dari mana asalnya gadis berwujud hantu itu. Ia hanya menjalani misi dengan haluan yang ada, tetapi gadis itu sekonyong-konyong muncul beberapa hari lalu minus alasan.
Badannya terangkat terapung. Bermain ria dengan melayang, bahkan sampai mencoba gaya renang segala, membikin Tazaki mengernyit tak mengerti.
Hantu, kok, norak gini?
Sisi lain Tazaki berkata seperti itu.
Bibir Tazaki tercebik masam seraya berdeham, "Apa yang kau dapat bila aku menjawab?" tanyanya langsung ke inti. Ia tak mau membuang waktu hanya karena sebuah basa-basi semata.
Hantu (Tazaki tak mau menyebutnya gadis karena menurutnya hantu dapat berubah wujud) itu kembali ke seberang meja, menghadap Tazaki ketika menangkapnya angkat bicara.
"Haruskah kujawab ketika tidak kau jawab pertanyaanku tadi terlebih dulu?" Hantu tersebut menantang tak mau kalah, bahkan wajahnya terkesan meremehkan.
Diam mengisi waktu yang terbuang di kedua belah pihak.
Tazaki mendesah lalu mengambil sebungkus rokok, dan mengambil setangkai kemudian. Dinyalakannya dengan pemantik api di sebelah tangan kiri lalu disesap dan diembuskannya tungkai rokok dengan tangan sebaliknya.
Manik sipitnya kembali pada sang hantu.
"Apa maumu?" tanya Tazaki setelah mengembuskan asap rokoknya yang kedua kali.
Mengerlingkan mata ke langit-langit seolah-olah berpikir keras. "Bagaimana kalau aku bilang untuk 'meminta tolong'?"
"Sepertinya kau datang pada orang yang salah, eum ... Nona." Pada akhirnya Tazaki terpaksa menganggapnya gadis, meski hanya secara lisan.
Bibir hantu itu tercebik memberengut seakan-akan ia seperti sakit hati karena ditolak. "Kalau kau tidak mau membantu ... aku akan menggentayangimu seumur hidup, mengganggumu, menghancurkan pekerjaanmu, dan sebagainya," cerocosnya yang mulai menindak ancaman.
Tazaki memandang skeptis. Perlukah orang sepertinya membantu seorang hantu? Jika rekan-rekannya tahu, entah ekspresi apa yang tertoreh pada rupa mereka.
Namun, kalau ia tidak membantu, lambat-laun sang hantu niscaya akan membikin ia gila. Toh, ancamannya, kan, mengganggunya seumur hidup. Sebagai seorang mata-mata di bawah naungan Instansi D, ia tak mau pekerjaannya terganggu hanya karena seorang makhluk yang sukar dirasa maupun dilihat.
Baginya hal terkait adalah penghinaan.
Padahal kenapa sang hantu tidak memanggil cenayang saja?
Jika itu bisa dilakukan, hantu itu pasti tidak akan meminta tolong pada Tazaki.
Dengan berat hati mulut membuka, bertutur dengan nada sebaik mungkin, "Pastikan kautahu arti dari timbal balik."
Timbal balik dengan seorang hantu? Kenapa tidak? Mungkin terdengar aneh, tetapi jika sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, bisa jadi kesempatan emas, kan? Walakin, keraguan mendominasi di baliknya.
Tentunya itu adalah hal konyol.
Jikalau rekan-rekannya menyasikan hal ini, tawa mereka pasti berderai-derai. Mungkin mereka berpikir bahwa sulap-sulap Tazaki-lah yang menjadi sebab lantaran hantu itu datang kepadanya. Karena terkadang, sulap itu dihubungkan dengan hal mistis.
Setelah ia pulang dari misi, ia tidak boleh menceritakan kejadian yang berbau gaib apapun selama misinya di sini.
"Buat apa aku memberimu timbal balik? Kau tadi sudah melihat pahaku, kan? Kau tadi berpikir bahwa aku ini bukan hantu wanita, kan? Asal kautahu itu adalah pelecehan terhadap hantu! Hantu juga makhluk hidup," ujarnya sambil menatap Tazaki sengit. "Maka dari itu kauwajib membantuku tanpa embel-embel timbal balik segala."
Ekspresi Tazaki? Bayangkanlah sendiri.
Tazaki mendesah. Bagaimana mungkin hantu dapat berpikir seperti itu? Dan di sinilah ia malah dianggap sebagai penjahatnya.
Tazaki ingin berucap, tetapi nada ancam dari sang hantu mendahuluinya, "Aku akan menuntutmu di Pengadilan Dunia Bawah jika kau masih tetap bersikukuh."
What the ....?
Pengadilan Dunia Bawah? Mana ada tempat seperti itu. Tazaki menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika tempat seperti itu ada di dunianya kenapa ia tidak meminta tolong saja pada polisi di dunianya?
"Aku bisa mendengar pikiranmu."
Makhluk ini benar-benar merepotkan ....
Dengan pasrah Tazaki berucap dengan nada gusar seraya mengisap rokoknya kembali, "Baiklah, apa maumu ... Nona ....?"
Senyum sumringah sempat mampir di rupa transparannya. Alih-alih, lengkungan bibir bergerak membentuk senyum kucing.
"Memberikan ragamu padaku."
***
[AN]
Nyahahaha, ending-nya g berarti guys. Saya jadi bayangin ekspresi anggota D Kikan lainnya kalo tau ini.
Mereka pasti ketawa konyol lantaran Tazaki nanti bakal mati konyol. Anggaplah sang hantu ini hantu gentayangan dari masa-masa lampau dan sering memakan jiwa-jiwa polos.
Untuk part ini saya hanya sampai di sini. Maap yha kalo aneh, saya belum terbiasa nulis ff JG. Belum lagi wattpad error, perasaan dah coba tekan "publish" berapa kali tp kok g muncul2?
Saya g menjamin untuk part selanjutnya gimana-gimana. Soalnya saya masih ada keraguan untuk itu.
Salam,
Zena
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro