Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• 01 : Aroma yang Sama

Day 1 : Aroma yang Sama
Prompt : Embrace

Yatonokami Nayuta x Akai Hoshira (OC)
Paradox Live © Avex Pictures

Words : 681

──────────────────────

Deraian tirta mulai membasahi bentala, menciptakan alunan bahana yang bercampur baur dengan suara penggorengan panas serta gumaman nada milik figur seorang hawa.

Akai Hoshira namanya.

Seorang gadis berusia sembilan belas tahun yang dianugerahi Tuhan dengan surai merah menyala serta netra hijau bagai batu permata.

"Aku pergi ke apotek sebentar. Jangan melakukan hal-hal aneh kepada Nayuta selama aku pergi."

Sebuah suara menginterupsi kegiatannya. Dengan malas Hoshira menoleh, dengusan diciptakannya seketika tatkala fokus terpaku pada sosok lelaki bersurai putih keungungan sebahu yang tengah tajam menatapnya.

"Payungnya?" tanyanya, menaruh fokusnya kembali pada omelet yang dianggurkan sejenak.

"Nggak usah, pakai tudung jaket saja cukup," jawab Kanata seraya memakai tudung jaketnya, tepat sebelum mengaduh kesakitan karena kepalanya terkena lemparan garpu telak.

"Aduh! Kenapa melempar garpu, sih?!"

"Pakai payungnya, bodoh! Aku tidak mau mengurus dua orang sakit sekaligus," omel Hoshira setengah berteriak. Spatula yang dipegangnya menunjuk ke arah payung yang terduduk manis di dekat pintu.

Lelaki sembilan belas tahun itu mendecakkan lidah, lantas mengambil payung kemudian keluar dari rumah tanpa mengucapkan sepatah aksara. Sang hawa hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya, sudah terbiasa dengan hal semacam ini setiap harinya.

Hoshira kembali melanjutkan aktivitas memasaknya yang sempat tertunda, tepat sebelum suara teriakan menggema di seluruh penjuru rumah.

"AAHH!!"

Tubuhnya menegang seketika, ia segera mematikan api kompor lantas melejit menuju arah suara. Bahunya sedikit merosot begitu yang didapatinya hanyalah sosok Nayuta yang terlihat terengah-tengah di tempat tidurnya.

Hoshira mulai melangkah mendekati Nayuta. Tangannya mengelus tangan dingin milik sang adam dengan lembut. "Kenapa teriak-teriak seperti itu? Bikin kaget saja," ujar Hoshira, kalimatnya diakhiri dengan kekehan kecil.

Nayuta menengadahkan kepala, membuat netra ungu kebiruannya bersua dengan netra hijau permata milik Hoshira. Rematan pada seprai kasur mengerat, sementara kepala digelengkannya pelan. "... Tidak ada." Nayuta berujar lirih. Menarik Hoshira untuk menaikkan kedua alisnya satu milimeter dari tempat semula.

Hoshira tahu bahwa sang adam tengah berdusta, dilihat dari bagaimana tubuhnya yang gemetar serta bulir keringat yang membasahi pelipisnya. Gadis bersurai merah itu membentuk senyuman hangat sehangat perapian menyalak nyala, diiringi dengan kedua tangan yang menarik tubuh ringkih sang adam ke dalam dekapan. Digosoknya punggung Nayuta perlahan, mencoba memberikan ketenangan pada daksanya yang masih dilanda gemetar.

Sang adam sama sekali tak menolak perlakuan tersebut. Malah, ia terlihat sangat menikmatinya. Aroma khas Hoshira yang entah kenapa terasa familiar terus dihirupnya nyaman.

Keduanya sama-sama terdiam, tak mengucapkan barang sepatah aksara. Masih saling menyamankan diri satu sama lain.

"Dipikir-pikir ini pertama kalinya kamu memelukku setelah sekian lama, ya?" Nayuta bertanya, tanpa sadar memecah keheningan yang entah sejak kapan telah menjadi teman.

Hoshira tersentak, senyum canggung ditunjukannya tatkala pernyataan Nayuta terdengar di rungunya. "Haha, iya juga. Sejak Kanata marah padaku karena memeluk Nayuta hingga membuatmu sesak napas aku jadi tidak pernah berani memelukmu lagi."

Nayuta terkekeh pelan. "Jadi karena sekarang Kanata tidak ada di sini, Ira langsung berani memelukku?" tanyanya iseng seraya menatap Hoshira yang saat ini dihiasi oleh rona merah muda di setiap sudut paras eloknya.

"K-kenapa? Tidak suka?" Hoshira balik bertanya gugup. Total malu akibat pertanyaan iseng yang ditujukan Nayuta barusan.

Lelaki bersurai putih keunguan itu menggeleng, lantas menenggelamkan kepalanya pada bahu sang hawa.  Dihirupnya aroma familiar tersebut sebelum berujar, "Tidak, aku malah sangat suka jika dipeluk Ira seperti ini."

"Oh, ya? Kenapa begitu?"

Angan berkelana menuju memori yang tersimpan amerta. Senyum tipis dilukiskannya kala telah mengetahui alasan mengapa aroma sang hawa begitu familiar di indra penciumannya. "Aroma milikmu sama seperti milik ...." Nayuta menjeda kalimatnya sejenak sebelum melanjutkan, "... Ibu kami berdua. Makanya aku menyukainya, hehe."

Kekehan kecil keluar dari bibir ranum Hoshira. Alasan yang diutarakan Nayuta terdengar sangat lucu di telinganya.

"Benarkah? Apa itu karena aku dan ibu kalian sama-sama bekerja di tempat yang dipenuhi bau alkohol?" Kekehan kembali terselip di akhir kalimat, menandakan bahwa ia sedang bercanda.

Nayuta ikut terkekeh dibuatnya. "Sepertinya begitu." Nayuta membalas singkat, lantas membiarkan keheningan kembali menyelimuti mereka berdua.

Hanya ada suara deraian tirta dari cakrawala, langkah kaki yang terdengar tergesa, dan suara pintu dibuka yang mengisi.

Tunggu sebentar, suara pintu dibuka?

"HEI! MENJAUHLAH DARI NAYUTA SEKARANG!"

─────────────────────

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro