Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prompt 18 Juni: Bukti Cinta

Note:

SANGAT TIDAK JELAS, gausah dibaca

.

.

.

Al Haitham, lelaki tinggi berambut abu-abu yang selalu berkutat dengan buku bacaannya tanpa memperdulikan sekitar, kini dia sedang membaca sebuah novel tentang seorang Priest yang menunggu kembali Rajanya, menunggunya sampai ratusan tahun.

Kembali pada Haitham, dia sedang berada di House of Daena, sesekali manik hijaunya lepas dari rentetan kalimat di buku pada seseorang yang sedang berdiri di depan rak buku, memakai jubah hitam dan tudung yang memiliki telinga anubis.

Ambil kesempatan untuk bisa memandanginya dari jauh. Jauh di dalam kepalanya dia sedang berpikir tentang bagaimana dia bisa membuktikan cintanya pada orang itu, hubungan Haitham dengan orang adalah suami-istri, namun sampai saat ini mereka tidak terlihat demikian, hanya perubahan status saja.

Haitham tahu bahwa pernikahan mereka ini secara terpaksa, tetapi dirinya menikahi Cyno beneran cinta, sayang, bukan semata-mata karena perjodohan saja. Cyno menjaga jarak dengannya, tatapan matanya pun seakan tidak menerima kehadirannya di rumah yang sekarang mereka tinggali.

Tangannya menutup buku novel yang sedang dibacanya, beranjak dari kursinya. Haitham memilih untuk menghampirinya.

Belum sempat Haitham menepuk pundak Cyno, lelaki bertubuh mungil darinya itu membalikkan badan, mata coklatnya menatap tajam, tidak menerima keberadaan Haitham.

"Apa?"

"Tidak."

"Kalau tidak ada urusan lebih baik pergi."

Cyno hendak pergi namun tangannya ditahan Haitham.

"Apa maumu? Masih belum puas dengan menikahiku, huh?"

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu."

Cyno menghela nafas, tangannya ditarik paksa agar lepas dari genggaman Haitham. "Kamu mau bicara apa? Bicaralah."

Manik hijaunya menatap manik coklat Cyno, Haitham tidak langsung mengutarakan apa yang ingin dia katakan.

"Cih, cepat katakan, aku tidak punya waktu."

"Mau tidak ikut aku sebentar?"

"Ikut? Kemana?"

"Rumah, aku ingin memberikan sesuatu untukmu."

Sebelah alis Cyno naik, apa yang direncanakan Haitham? Ada sepercik suudzon di hatinya, selama ini Haitham tidak pernah mengajaknya bicara sebelumnya, dia mencoba mengajak lelaki tinggi lulusan Haravatat ini berbicara, tidak digubris sekali pun. Seakan buku yang sedang dibacanya itu lebih penting dari pada  istrinya.

Setelah menikah mereka benar-benar seperti orang asing yang tinggal satu rumah.

"Baiklah, aku akan menuruti kemauan."

Haitham tersenyum kecil, lalu meraih tangan Cyno, berniat untuk menggenggam tangan istrinya, tetapi perlakuannya itu malah dipertanyakan pada Cyno.

"Mau ngapain?"

"Apakah kita tidak bisa jalan sambil menggenggam tangan?"

Cyno nampak tidak tertarik dengan hal itu, namun dia memilih untuk mengikuti kemauan Haitham, dia hanya membiarkan Haitham menggenggam tangannya, tangannya tidak menggenggam balik tangan Haitham. Mereka pun berjalan beriringan keluar dari House of Daena. Cyno tidak berhenti melirik kiri dan kanan, mahasiswa yang ada di Akademia melihat. Cyno merasa risih, tidak dengan Haitham.

"Biarkan saja, hiraukan mereka."

Meskipun dikata begitu, Cyno tetap tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari para mahasiswa yang melihat mereka sembari berbisik. Mereka pun akhirnya sampai di rumah, Cyno melihat ke sekitar, tidak ada yang berubah, Cyno tidak bisa menebak apa yang direncanakan Haitham.

"Lalu apa?"

Haitham menaruh bukunya di meja, badannya berbalik menghadap Cyno, tanpa berkata apapun Haitham menarik tangannya, menarik istrinya masuk ke dalam dekapannya.

Cyno terkejut bukan main, jantungnya berdegup dengan kencang, mata coklatnya tertuju pada wajah Haitham, yang dia lihat adalah ekspresi sendu Haitham, kedua matanya tertutup. Dua tangan Cyno tetap diam di samping badannya, tidak berniat untuk membalas pelukan Haitham.

"Apa maksudnya ini?" tanya Cyno dengan dingin.

Haitham masih diam.

"Jangan diam saja."

"Maaf," ucapnya, pelukannya mengerat.

Cyno hanya melihat Haitham, menunggu apalagi yang akan lelaki jangkung itu katakan padanya lagi? Minta maaf atas perjodohan paksa ini?

"Maaf aku telah memaksamu, aku mengerti kamu tidak menyukai perjodohan seperti ini."

"Tolong jangan bersikap dingin padaku, aku tidak mengerti kenapa aku merasa sedih setiap kali kamu menghindar dariku, di rumah ini pun begitu, hari libur atau bukan, kamu tidak ada di rumah, hanya meninggalkan catatan dan makanan untukku, setiap melihat wajahmu yang menunjukkan kesepian, sedih dan putus asa ... membuat dadaku terasa sakit."

Kedua tangan Cyno mengepal erat. Dia melakukan itu juga bukan karena mau, dia berpikir bahwa Haitham tidak cinta dengannya, Haitham hanya melakukan ini semua untuk ayahnya, mengikuti kemauan ayahnya saja tanpa mengindahkan perasaan Cyno yang sebenarnya. Cyno tidak bisa menebak perasaan Haitham padanya maupun apa yang sedang dirasakannya. Ekspresi wajah suaminya ini selalu datar sampai-sampai Cyno tidak bisa bedakan antara Haitham suka, cinta, menerima keberadaannya di dekatnya atau tidak suka dengan keberadaannya atau diajak berbicara olehnya.

Kedua tangan Cyno terangkat perlahan, tangannya bergetar, menahan diri untuk tidak memeluk balik.

"Aku yakin yang kamu katakan itu hanya kebohongan."

"Cyno ... jika pernikahan ini tidak membuatmu bahagia, aku akan bilang ke ayahku,s ejak awal seharusnya aku menolak perjodohan ini."

Kepalanya menggeleng pelan. "Tidak Haitham, tidak ...." Cyno emngigit bibir bawahnya, kedua matanya terpejam erat. "Aku ... aku sebenarnya tidak masalah dengan semua ini." Kepala Cyno mendongak. "Sejak awal aku sudah menyukaimu! Tapi ... aku tidak tau, aku pikir kamu menerima perjodohan ini untuk mengikuti kemauan ayahmu ....," nafas Cyno tercekat. "Selama ini ... aku mengira kamu tidak suka dengan keberadaanku di rumah, jadi ... jadi .... Aku pikir kamu tidak memiliki perasaan yang sama denganku ...."

"Cyno kumohon maafkan aku ... maafkan aku sayang. Aku sebenarnya ingin sekali menghabiskan waktu denganmu, membuktikan bahwa aku menikahimu bukan karena pilihan ayah, tetapi pilihanku sendiri, terkadang aku tidak bisa mengutarakannya ...."

Haitham berbisik, "Aku mencintaimu Cyno, hatiku ada hanya untuk mencintaimu saja, mulut ini akan memuji kecantikan, mengatakan sayang hanya padamu saja, mataku yang hanya akan memperhatikanmu. Aku hanya akan memikirkanmu, tubuh ini akan menjadi tamengmu, kedua tangan ini akan menjadi pedangmu."

Cyno tertawa renyah, kedua matanya berkaca-kaca. "Jangan bercanda ... aku tidak percaya dengan perkataanmu ...."

Kedua tangan Cyno mulai bergerak memeluk Haitham, mencengkram baju Haitham. Air mata mengalir jatuh, lalu tersenyum sembari melihat Haitham.

"Pembohong."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro