Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prompt 1 Juni: Awal Kenal

Candace melirik ke kiri dan kanan secara bergantian, di sisi kiri-kanannya berdiri dua orang duelist yang siap berduel di Event TCG tahun ini. Candace merasa suasana sangat tegang tambah lagi kedua duelist saling menatap dengan intens. Ini bukan pertama kalinya Candace melihat hal seperti ini, kemungkinan besar dia juga pernah melihat yang sama namun itu sudah bertahun-tahun lamanya.

Lebih tepatnya kejadian pertama kali Al Haitham dan Cyno bertemu, waktu itu Candace menyambut tamu dari Akademiya, sang tamu membawa anaknya juga ke Desa Aaru, seingat Candace kedatangan tamu itu untuk mencari catatan tentang Raja Deshret.

Oke kita lupakan kepentingan si tamu, kita fokus pada anaknya yang ditinggalkan begitu saja bersama dengan Candace. Perawakan anak itu lumayan tinggi untuk anak dengan umur 15 tahun dan memiliki sirat mata yang tajam seperti elang, rambut perak dengan poni menutup mata kirinya, dia menggenggam sebuah buku di tangannya.

"Tempat ini bagus untuk aku membaca buku."

Candace kecil mengernyit mendengar gumaman anak itu, ekspresi heran terlukis di wajah cantiknya, Candace sampai berpikir, apakah semua orang Akademiya itu seperti ini?

"Anu ... gimana kalau aku antarkan kamu ke rumah kepala desa, kamu bisa baca buku di sana, aku masih harus bertemu dengan Paman Cyrus."

Anak itu berkedip, kelihatannya dia penasaran, Candace mendapatkan firasat buruk.

"Bagaimana kalau aku ikut denganmu bertemu orang bernama Cyrus itu? Daripada aku harus diam menunggu ayahku di desa ini."

Candace terdiam sejenak, bahasa anak itu cukup terdengar menyebalkan, tambah dengan ekspresi wajah datar, suaranya juga tidak mengindikasikan bahwa dia tertarik, dia seperti ingin ikut hanya membuang waktu saja.

"Baiklah ... tapi jangan berkata yang aneh, bahasamu itu, perbaiki bahasamu," ucap Candace sembari mengangkat jari telunjuknya. "Dan jangan lupa perkenalkan diri."

"Namaku Al Haitham, begitu, cukup kan?"

Candace ingin memukul wajah menyebalkannya. Candacen menarik nafas dalam, lalu mengeluarkannya perlahan, dia harus bisa menahan emosinya, berbicara dengan orang kota memang berbeda terlebih dengan pelajar Akademiya.

"Ikut aku."

Candace pun berjalan ke bagian timur desa, dekat reruntuhan, tepatnya di bawah pohon Ajilenakh Nut berdiri seorang anak remaja berambut putih panjangnya tertutupi kapucon jubah dengan hiasan telinga jackal, poninya menutup mata kanan, tingginya setara dengan Candace memakai jubah hitam panjang.

Anak itu menyadari kedatangan Candace dan saat manik amber-nya melihat Haitham, anak itu langsung bergerak ke belakang pohon, bersembunyi.

Candace bingung mendapati temannya bersembunyi di balik pohon, lalu dia melirik Haitham yang berada di sampingnya, mungkin temannya itu terintimidasi dengan Haitham, mungkin karena badan Haitham yang bongsor nampak raksasa di mata temannya.

Candace tidak bisa menyalahkan, badan Cyno lebih mungil dari Haitham dan kenyataannya Cyno itu sudah berumur 16 tahun.

"Cyno kenapa kamu nyumput?" Setelah dia bertanya seperti Candace jadi ingat kalau Cyno itu sedikit pemalu, waktu pertama kali dikenalin, Cyno juga memilih nyumput di belakang kaki Cyrus.

Kepala beramput putih itu melonggok keluar dari balik pohon. "Siapa dia Candace?"

"Anak dari Akademiya, Al Haitham."

"Kenapa?"

"Eh? Ada tamu dari Akademiya dan dia itu anaknya."

Mata amber bulat milik Cyno memicing, menatap Haitham dengan tajam, tatapan yang seolah mengatakan haitham adalah ancaman baginya. Orang baru adalah ancaman untuknya.

"Dimana Paman Cyrus?"

Cyno menggelengkan kepalanya. "Kayaknya ada di rumah pak kepala desa."

"Begitu ya, Cyno gimana kalau ajak dia main GITCG? Bukankah kamu sedang mencari err ... apa namanya?" Candace menopang dagu, lalu melirik ke langit.

"Rival." TIba-tiba Haitham mengucapkan sebuah kata.

"Ah iya, rival, aku kalah terus saat berduel denganmu, jadi mungkin ...," Candace melirik cepat ke Haitham, "dia bisa menjadi rivalmu." Sebuah senyum kaku menghiasi wajah Candace.

Kepala Cyno menggeleng dengan keras, anak itu masih berada di balik pohon Ajilenakh Nut. Candace menghela nafas panjang, lalu Candace terkejut saat melihat Haitham maju selangkah, buku yang sedari tadi dia baca saat Candace dan Cyno berdialog ditutup.

"Aku bisa memainkan permainan kartu itu, aku juga punya dek milikku sendiri, aku tidak pernah kalah," ucapnya dengan nada datar namun terkesan sombong.

Mendengar kalimat "Tidak pernah kalah" membuat telinga Cyno kedutan, berkat kalimat yang diucapkan oleh Haitham berhasil menarik keluar Cyno dari tempat sembunyi. Kedua saling bertukar pandang. Cyno mengambil Tome of Casket miliknya dari dalam lengan jubah hitam miliknya.

"AYOK KITA DUEL! DAN BUKTIKAN UCAPANMU!"

"Tidak."

Haitham langsung menolaknya tanpa pikir.

"Kenapa?"

Haitham menjawab dengan santai. "Aku tidak membawa dekku dan aku berkata seperti itu hanya untuk menarikmu keluar, aku ingin baca buku saja."

Angin sepoi berhembus, jawaban tadi itu sudah merusak suasanan dan jiwa duel Cyno yang menggebu-gebu hilang. Kalau ini adegan anime komedi pasti Candace sudah jawdrop.

"Cyno, aku titip anak ini ya, aku ada urusan dengan Paman Cyrus."

Cyno merentangkan tangan kanannya lurus. "Tunggu Candace! Jangan tinggalkan aku dengan orang aneh ini."

Candace sudah berlari pergi, Cyno menggigit bibir bawahnya, manik amber-nya menatap tidak suka Haitham.

"Apa?"

"Cih, aku akan pinjamkan kartuku padamu, kamu harus berduel denganku dan buktikan ucapanmu tadi."

"Kenapa harus berduel?"

"Karena aku ingin berduel dengan orang yang kuat."

Haitham berkedip, seperti memikirkan sesuatu. "Gimana kalau .... aku menang berduel denganmu kamu harus menjadi tunanganku."

"Hah?! Mana ada pertaruhan seperti itu, aku ini laki-laki tau!"

Haitham memiringkan kepalanya, agak tidak percaya kalau Cyno adalah seorang laki-laki. "Kamu memiliki wajah yang manis ... imut, kukira kamu adalah seorang perempuan."

Cyno memasang ekspresi jijik. "Mesum."

"Aku tidak, aku hanya berkata yang sejujurnya saat pertama kali melihatmu."

Cyno menggertakkan giginya kesal, wajahnya memerah menahan marah, dia ingin sekali menonjok wajah orang itu dengan keras, kalau bisa sekalian diberi hukuman karena telah melecehkannya. "Yasudah ka ... kalau begitu! Kalau aku menang! Kalau aku menang aku tidak ingin melihatmu lagi selamanya!"

"Kalau begitu aku rubah pertaruhan tadi, kalau aku menang berduel, aku ingin melihatmu selamanya."

Jika Cyno dibolehkan untuk teriak layaknya orang gila, dia sudah berteriak sejak tadi, Haitham orang yang sangat-sangat menyebalkan, dia bersumpah akan mengalahkan Haitham dengan cepat, tidak ada ampun.

Dan setelah berduel dengan sengit dengan gaya menarik kartu yang alay dan juga lebay.

Bak disambar gledek Raiden Shogun, pertama kalinya Cyno merasa putus asa yang amat sangat, wajah Cyno gelap, tubuhnya terasa lemas, mulutnya terbuka, dia tidak percaya dia telah kalah dari Haitham. Kartu kebanggaannya kalah dari dadakan buatan Haitham menggunakan kartu koleksi miliknya.

Kekalahannya ini pertanda buruk baginya, dia harus menjadi tunangan orang sialan ini.

Ciyus?

Miapah?

Cyno berharap ini hanyalah mimpi.

Iya mimpi.

Mimpi yang menjadi nyata.

Kilas balik berakhir, kita kembali ke dunia nyata, dimana Al Haitham dan Cyno akan berduel memperebutkan gelar Raja Genius Invokation.

"Hmph, aku akan kukalahkan kau dan bebas dari gelar 'tunanganmu' dengan kekuatan dekku ini! Jangan remehkan kekuatan Penyihir Kegelapan kebanggaanku ini, Al Haitham!"

"Aku tidak akan kalah, aku akan menang dan memperistrimu. Kekuatan Naga Putih di dekku ini akan mengalahkan penyihirmu itu."

Candace mengerutkan kening. "Jadi kalian masih mempeributkan masalah duel kalian yang pertama kali itu? Dan tolong berhenti bawa-bawa monster fandom TCG sebelah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro