Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. I'm Here (ft. Miya, Atsumu)


Aku ada disini, aku tak akan membiarkan orang lain menyakitimu!❞―by; Atsumu Miya


.

.

.

LELAKU bersurai kuning tersebut berlari-lari. Napasnya setengah tersenggal saat dia mencoba membuka pintu menuju atap sekolah, sialnya terkunci.

"Atsumu-kyun!! Kamu dimana??"

"Aku mencium aroma parfumnya!"

"Sepertinya dia lari ke atap."

Atsumu mengacak rambutnya. "Ukh, aku tahu aku tampan dan banyak fans, tapi mereka fanatik banget!!"

"Oi!"

Atsumu menoleh. Dia tak menyadari kehadiran seorang gadis yang duduk di sebelah pintu atap. Gadis itu memakai sebuah jaket hitam, dan memakai tudungnya, serta sebuah masker yang menutupi mulut dan hidungnya.

Gadis itu membuka maskernya.

"Kau ngapain disini, hah? Pergi sana!"

"Ah, kau. Kau pasti bisa membantuku 'kan?" tanya Atsumu, suaranya memelas.

"Hah? Apa yang kau bilang?"

"Kumohon, aku meminta bantuanmu." Manik mata gadis itu memindai sosok Atsumu. Dia berdiri dan menepuk-nepuk roknya, dan membuka tudungnya, menampakkan rambut berwarna ash-nya. "Sembunyi diantara kardus-kardus itu 'gih."

Atsumu pun menuruti ucapan gadis itu.

Langkahan kaki dapat terdengar, begitu pula seruan memanggil nama Atsumu.

"Atsumu-kyun!!"

"Kalian mencari Atsumu?" ucap gadis itu.

"Ah, iya. Apa kau melihatnya?"

"Dia baru saja berlari di koridor sana saat kalian datang."

"Sungguh? Hwaa, Atsumu kami datang!!" gerombolan fans fanatik itupun berlari ke arah yang dimaksud.

Setelah suara langkah kaki tersebut menghilang, Atsumu pun keluar dari persembunyiannya.

"Terima kasih," ucap Atsumu.

"Hm, kalau gak ada kerjaan tinggalkan aku sendiri aja." Gadis itu kembali duduk, sembari memeluk kedua lututnya.

"Kau tak ke kelas? Sebentar lagi bel."

"Tinggalkan saja aku sendirian, OK?" suara gadis itu naik beberapa oktaf.

Akhirnya, Atsumu pasrah dan meninggalkan gadis itu.

***

"ANAK baru?" tanya Atsumu kepada kembarannya, Osamu.

"Iya," jawab Osamu. "Dia perempuan, tapi sifatnya lumayan keras, dan kasar."

"He~eh, menarik." Atsumu mengancing seragamnya. "Berhubungan dengan itu, saat istirahat tadi aku dikejar oleh fans fanatikku lagi. Untungnya, ada perempuan yang membantuku. Sifatnya kasar sih, tapi baik juga."

Osamu ber-oh singkat, lalu menutup pintu lokernya. "Ayo pulang."

Kala mereka berdua keluar dari daerah sekolah, memang sudah lumayan gelap. Biasanya memang si kembar Miya itu akan pulang jam segini karena latihan voli.

"Aku lapar," ucap Osamu.

"Kau bodoh 'kah, Samu?"

"Ke NacD yuk!"

Atsumu memutarkan bola matanya, menyetujui. Mereka berjalan ke sebuah restoran cepat saji, setelah memesan, merekapun duduk di sebuah meja kosong.

"Sebentar, ya. Aku mau ke toilet," ucap Atsumu sembari meletakkan nampannya yang berisi burger dan soda.

"Buruan, nanti aku akan mengambet burger dan soda-mu!" ucap Osamu.

Saat Atsumu hendak keluar dari toilet, dia mengeluarkan ponselnya yang tadi bergetar. Sebuah pesan dari Osamu.

Osamu
Kode merah, kode pink, kode warna sempakmu

Ah persetanlah

Fans fanatikmu ada disini!

Shit! benak Atsumu.

Atsumu
Mereka sadar gak kau disana?

Osamu
Belum

Tapi sebentar lagi pasti akan sadar!

Atsumu
Ah sial

Kitta harus kabur sekarang!

Osamu
Siap! Aku akan memakai maskerku!

Atsumu mengeluarkan masker dari dalam saku celananya. Dia melihat bahwa fans-fans fanatiknya duduk tepat di sebelah pintu keluar.

Osamu? Dia sudah di luar. Beruntung saja jenis parfum yang digunakan mereka berdua berbeda.

Atsumu berusaha berjalan dengan santai menuju pintu keluar.

"Ah! Aku mencium aroma Atsumu!"

Atsumu tersentak. Tamatlah riwayatku.

"Loh? KAU?"

Atsumu menyerngit, menoleh ke sosok gadis dengan jaket tebal dan masker yang menutupi setengah wajahnya.

"Hai, lama tak bertemu. Ayo, aku mau mengobrol denganmu!" gadis itu menyeret Atsumu keluar.

Samar, Atsumu mendengar percakapan fans-fans fanatiknya.

"Ah, aromanya sudah hilang."

"Kau sedang berhalusinasi ya? Atsumu-kyun gak mungkin disini kan?"

"Tapi, benar loh! Aroma parfumnya sangat pekat!"

***

"TERIMA kasih sudah menolongku lagi."

Gadis itu membuka maskernya. "Fans fanatikmu sangat menjijikkan, aku kasihan kepadamu."

"Kau baik juga, (Surname)-san," ucap Osamu.

"(Surname)?" tanya Atsumu.

"Oh, ini anak pindahan di kelasku. (Name)(Surname)."

(Name) hanya memperlihatkan ekspresi datarnya.

"He~eh," gumam Atsumu.

"Kalau begitu, aku duluan ya," ucap (Name), berjalan mendahulu.

"Ah, tunggu..." Tapi saat Atsumu hendak menahan (Name), gadis itu sudah terlebih dahulu pergi.

***

"OH, Atsumu-san? Kau sedang mencari Osamu-san?" tanya salah seorang murid kelas 2-1―kelas Osamu dan (Name).

"Tidak," jawab Atsumu. "Aku mencari (Surname), apakah dia ada?"

"Oh, aku tidak tahu. Maaf, Atsumu-san."

Atsumu menghelakan napasnya. Lalu, dia mengingat tempat pertama dia dan (Name) bertemu. Kedua kakinya pun berjalan menuju atap sekolah. Sesampainya disana, dia melihat pintu atap terbuka.

Lelaki bersurai kuning itupun membukanya, lantas Atsumupun melihat sosok (Name) yang sedang menatap nanar perkarangan sekolah.

"(Surname)!"

(Name) menoleh. "Atsumu-san?"

Atsumu nyengir. "Hai!"

"Ada apa?"

Atsumu menyodorkan sebotol cola. "Ini, untukmu. Terima kasih sudah membantuku kemarin."

(Name) menatap cola tersebut. "Aku tak minum cola."

"Hah? Hari begini gak suka cola? Kau gila!" ucap Atsumu.

"Tch, kalau begitu tinggalan saja aku sendirian!" ucap (Name).

"Tentu saja tidak akan. Aku akan terus menganggumu sampai aku membalas budi. Kau mau apa? Aku akan memberikannya!"

(Name) mendecak, dia kembali menatap perkarangan sekolah dengan pipi yang merona. "Tak ada yang spesial."

"Kalau begitu, bagaimana kalau susu stroberi?"

"Kau kira aku anak-anak!?"

***

HARI-HARI berlalu, dan Atsumu tak pernah absen untuk menemui (Name) saat jam istirahat. Biasanya, gadis itu tak banyak menjawab. Dia lebih sering mendengar cerita Atsumu, atau kadang menimpalinya sembari marah-marah.

(Name) terkadang... merasa bahwa dia nyaman bersama Atsumu.

Cklik!

"Ah! Kau melakukan apa!!" seru (Name) kala sadar ada suara jepretan kamera ponsel.

"Habisnya, kau tampak cantik, (Surname)," ucap Atsumu. "Dan kau harus berhenti memanggilku dengan 'kau', panggil saja 'Atsumu'."

"Ogah banget aku memanggil namamu!" keluh (Name).

"Kalau begitu, aku akan mengirimi fotomu ke SNS dan membuat caption, Wahh, (Name)(Surname) dari kelas 2-1 sangat cantik!"

Wajah (Name) memerah. "Dasar bodoh!" (Name) menendang kaki Atsumu.

"Oh ayolah, hanya tinggal memanggil namaku saja, (Name)."

"Aku-―tunggu apa? Kau tadi memanggilku '(Name)', ya?"

Atsumu nyengir. "Mudah 'kan?"

"Pokoknya aku tak akan memanggilmu dengan namamu!" tegas (Name).

Dan sayangnya perdebatan itu harus berakhir karena bunyi bel pertanda istirahat pertama telah usai..

***

"(SURNAME)? Dia sedang tak ada di kelas," jawab Osamu.

Atsumu menyerngit. Biasanya, pada jam makan siang dia akan dengan mudah menemukan (Name) di atap. Tetapi, sosok gadis itu sama sekali tidak ada disana. Sosok itupun sedang tidak ada di kelas.

"Mungkin dia lagi ke toilet, Tsumu," ucap Osamu.

"Yah, mungkin. Sudah ya, aku pergi dulu. Thanks, Samu."

Atsumu lalu berjalan menuju arah tak tertentu. Entah kenapa.... dia ingin bermain voli. Atsumu melihat jam tangannya. Jam istirahat makan siang masih panjang, dia sempat jika bermain sejena. 

Untuk menuju gymnasium, biasanya dia harus melewati sebuah gudang yang tak terpakai lagi. Tapi, dia heran. Mengapa ada suara pukulan dan rintihan dari dalam gudang?

Penasaran, Atsumupun mengintip dari sela pintu. Manik matanya melebar, melihat adegan penindasan antara tiga orang gadis dan satu orang gadis.

Atsumu mendobrak pintu tersebut. "Apa yang kalian lakukan!?"

"At-Atsumu?!"

Atsumu memindai satu per satu wajah tersebut. Tiga orang fans fanatiknya.... dan (Name).

Melihat hal tersebut. Atsumu tak bisa tinggal diam. Dia menarik tangan (Name), membantunya berdiri.

"Sungguh, aku tak yakin kalian fans-ku. Aku tidak mengakui orang tersebut fans-ku jika rela melakukan penindasan seperti ini. Lebih baik, orang itu lenyap!"

Mendengar ucapan Atsumu, ketiga gadis itu tertinggal tak berkutik. Atsumu sendiri menggendong (Name) dipunggungnya, menuju UKS.

Sesampainya di UKS, Atsumu menurunkan (Name).

"Duduklah, aku akan mencari P3K," ucap Atsumu.

(Name) mengangguk diam.

Atsumu mengambil sebuah kotak, lalu dia duduk di depan (Name).

"Dimana saja kau dilukai?" tanya Atsumu.

"Kau tak perlu melakukan ini, aku tak apa," ucap (Name).

"Apa kau tak tau, aku sadar loh kalau di wajahmu ada luka."

Sesaat, (Name) teringat kejadian itu. Dia memegang pipinya.

Atsumu mengambil tangan (Name), menggulung lengan jaketnya. Luka sayatan.

"(Name)... kau...."

"DIAM!!" seru (Name). Tampak air kristal mulai menumpuk di pelupuk matanya. "Jangan... tanyakan apapun, kumohon."

Atsumu kaget melihat ekspresi wajah (Name) yang tak pernah dia lihat. Namun, Atsumu tak peduli. Dia melihat pergelangan tangan (Name), mengusapnya dengan jempolnya. "Kau... kenapa kau pindah sekolah?"

(Name) mengepalkan tinjunya.

. . .

"HEI! Kau sedang melakukan apa!" seru (Name), kala melihat Rika―anak kepala sekolah―sedang membongkar tas sahabat (Name), Tomoka.

Saat itu sedang jam olahraga. Seluruh murid baru saja menukar seragam mereka.

"Oh, (Name). Kau tak lihat kalung milik Tomoka tadi? Cantik bukan? Ayah mungkin tak bisa membelinya karena dia payah," ucap Rika.

"Itu milik Tomoka, tahu! Jangan seenaknya mengambil sesuatu yang bukan milikmu!" seru (Name).

"Wah, berlagak sok baik, hm?" Rika lalu mengeluarkan kalung dari dalam tas Tomoka. "Wah, ini dia!"

Tanpa berpikir panjang, (Name) menarik kerah Rika dan menamparnya. Dia merebut kembali kalung milik Tomoka itu.

"Hei! Ribut-ribut apaan ini!?" seru seorang guru, membuka pintu.

Rika memegang pipinya, dia lalu memasang wajah memelas kepada sang guru. "Sensei, (Name), dia menamparku! Padahal aku tadi bilang kepadanya untuk tidak mengambil kalung Tomoka!"

"(Surname)! Kantor kepala sekolah! Sekarang!"

.

MASIH teringat jelas bagi (Name), bagaimana ekspresi ibunya yang meminta maaf kepada kepala sekolah. Betapa marahnya ayahnya hingga menamparinya dengan amat kencang hingga terdapat bekas goresan dari kuku beliau. Betapa gelapnya sorot mata teman-temannya kepadanya―sorot mata Tomoka yang percaya bahwa (Name) hendak mencuri kalung milik Tomoka.

Hari-hari itu berlalu, dan (Name) menyayati tangannya, dia berpikir itu akan mengurangi bebannya barang sedikit. Tetapi itu tak berhasil.

Kalimat-kalimat orang-orang terus berputar di kepalanya. Tentang betapa kejamnya, menjijikkannya, liciknya, dan pengkhianatnya seorang (Name) (Surname).

"Dasar pencuri!"

"Aku tak lagi memercayaimu."

"Kau! Kau mencemari nama baik keluarga tahu!"

"Kalau begitu, aku akan mengirimi fotomu ke SNS dan membuat caption, Wahh, (Name)(Surname) dari kelas 2-1 sangat cantik!"

. . .

ATSUMU mendengarkan cerita (Name) dalam diam.

"Pada akhirnya... aku pindah kemari dan mengisolasi diriku dari orang-orang. Aku tak lagi berani," ucap (Name).

Atsumu menutup kotak P3K. "Kalau begitu, jika kau ketakutan panggilah aku, (Name). Tak apa, aku akan menolongmu."

"Kenapa?"

"Yah... karena aku menyukaimu, (Name)!" ucap Atsumu, nyengir.

Ah, benar ternyata. (Name) memang merasa nyaman dan aman kala bersama Atsumu.

"Terima kasih... Atsumu."

Atsumu mengerjap. "Kau... menyebutkan namaku?"

Wajah (Name) memerah. Dia menutupi wajahnya dengan masker. "Tidak kok."

"Ah, ternyata kau tsundere ya, (Name)?" kikih Atsumu.

Kita koresi itu. Nyaman, aman, dan mengesalkan.

***

A.N

Udah lama aku gak update buku ini.

Apa kabar? Masih ada yang baca?

-Mochii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro