Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07. Please Stop! (ft. Kageyama, Tobio)

Aku hanya tak bisa jujur... jadi tolong hentikan perilakumu itu!❞―by; Kageyama Tobio


.

.

.

(NAME) menyukai satu lelaki dari klub voli. Dia tak tahu namanya, yang dia tahu; tubuhnya setinggi 160-an cm, rambutnya berwarna jingga dan senyumnya tampak seperti cengir lebar.

Hari demi hari, (Name) semakin penasaran siapakah nama lelaki itu. Hingga, (Name) memberanikan diri untuk bertanya kepada salah seorang anggota klub voli putra yang sekelas dengannya.

"Kageyama-kun," panggil (Name). "Ne, apa kamu kenal dengan lelaki berambut jingga itu? Dia seangkatan kita 'kan?"

Kageyama, yang baru saja mendongak dari posisi tidurnya, mengerutkan keningnya sejenak. "Hinata? Maksudmu Hinata Shoyo?"

"Namanya Hinata?" (Name) menjadi begitu bersemangat mendengar nama tersebut. "Wah, aku baru tahu. Ne, ne, kamu bisa mengenalkannya kepadaku?"

Kageyama membenamkan wajahnya di meja. "Nanti saja saat mau latihan."

Senyum di wajah (Name)  terpampang lebar. (Name) mengepalkan kedua tangannya, mengarahkannya ke udara. "Yatta! Janji ya?"

"Hm." Kageyama bergumam.

(Name) duduk ke kursinya kala bel pertanda homeroom dibunyikan. Pikiran (Name) terus saja berpusat kepada Hinata.

Dia ingat, saat musim dingin, syal kesukaannya terbang dan tersangkut di dahan yang tak bisa kamu capai. Rambut (Name) yang panjang meniupi wajahnya, sehingga diatak melihat siapa yang berhasil mengambil syal itu.

Pada saat (Name) berhasil menyingkirkan rambutnya dari pandangannya, wajah lelaki bersurai jingga itu menyodorkan syal (Name).

"Ini, milikmu kan?" Begitu ucapnya.

"Iya," balas (Name). "Terima kasih."

Lalu, Hinata memberi sebuah senyuman yang amat menghangatkan. Seolah, salju disekitar pun dapat leleh oleh senyuman bak mentari itu.

Bel pertanda pulang pun telah berdentang. (Name) merapikan buku-bukunya, dan melangkah ke arah Kageyama yang baru saja terbangun dari tidurnya.

"Kageyama, ayo. Aku mau ketemu dengan Hinata-kun," ucap (Name) dengan semangat.

"Iya," balas Kageyama sembari bangkit dari bangkunya.

Mereka berjalan di koridor yang dipenuhi oleh siswa-siswi yang berlalu-lalang.

"Ne, (Surname)-san," ucap Kageyama. "Kenapa tiba-tiba kamu memintaku untuk mengenalkanmu kepada Hinata?"

(Name) menoleh ke arah Kageyama sekilas, sebelum mengalihkan pandangannya lagi. "Pernah sekali dia mengambilkan syalku yang tersangkut di pohon, itu syal kesukaanku. Jadi, aku terselamatkan karenanya. Dan saat dia memberikannya kepadaku, senyuman yang dia berikan entah kenapa membuatku senang."

Kageyama hanya diam sebagai balasan dari ucapan (Name) yang panjang lebar. Sesampainya di depan ruang olahraga, mereka membuka pintunya. Dan disaat yang sama, sebuah teriakan lantas menggema.

"KAGEYAMA!!! BERIKAN AKU SEBUAH TOSS!!"

"Berisik, Hinata-boge!" Kageyama membalas teriakan Hinata. "Aku harus pemanasan dulu tau!"

"Makanya jangan lambat!" Hinata mendekati mereka. Dia melihat ke arah (Name).

Manik coklat miliknya membuat (Name) salah tingkah, sehingga dia tak dapat mengucapkan sepatah kata pun.

Kageyama menyikuti (Name), lalu berbisik. "Ini kesempatanmu, aku akan meninggalkan kalian."

Sesuai dengan ucapan, Kageyama meninggalkan mereka berdua.

"A-ano... aku (Surname) (Name). Kamu Hinata Shouyou kan?"

"Oh, uhm. Yah, itu benar," ucap Hinata, menggaruk tengkuknya.

(Name) mengaitkan jemarinya. "Begini... aku berpikir... apakah kita bisa menjadi teman?"

Hinata memberikan senyuman yang cerah ibarat mentari itu kepada (Name). "Tentu saja."

Melihat senyum lebar itu, (Name) jadi berharap. Iya, sebuah harapan yang suatu hari akan melahap (Name) begitu saja.

***

SEMENJAK hari itu, (Name) jadi semakin sering pulang bersama mereka―Hinata dan Kageyama. Dan dia jadi semakin berharap, dan berharap, dan berharap bahwa Hinata akan menyukainya.

Hari ini, mereka berjalan pulang bersama seperti biasanya. Langit sudah gelap sedari tadi.

"Hei, besok... apakah kamu bisa menemuiku di lorong pada jam istirahat?" tanya Hinata. "Ada sesuatu penting yang ingin kusampaikan."

"Heh? Ada ada?" tanya (Name).

Hinata tersenyum. "Ra-ha-si-a! Kalau begitu, aku duluan ya!" Hinata membelokkan sepedanya, meninggalkan (Name) dengan Kageyama.

Setelah beberapa saat (Name) berjalan bersampingan dengan Kageyama, dia membuka pembicaraan dengan Kageyama.

"Ne, apa kamu kira Hinata akan menembakku besok?" tanya (Name).

"Entahlah," balas Kageyama.

"Kalau iya, aku senang sekali!" ucap (Name). "Akhirnya, perasaan itu terbalas."

Kageyama melihat ke arahmu. "Apa kamu mengira bahwa Hinata sungguhan akan menembakmu besok?"

Mendengar ucapan Kageyama, (Name) menoleh ke arah Kageyama dengan kening berkerut. "Apa maksudmu, Kageyama-kun?"

Kageyama menghentikan langkahannya, membuat (Name) ikut berhenti. Kageyama menatap manik mata (Name) dengan lamat. "Kalau contohnya dia ternyata suka yang lain, bagaimana?"

"Aku tak mengerti maksudmu." Tegas (Name). Suaranya naik beberapa oktaf karena kesal. "Jadi kamu mengira bahwa Hinata tak menyukaiku?"

Kageyama membuang wajahnya. "Justru aku berharap dia tak menyukaimu."

Plak!

Tangan (Name) secara alami menampar wajah Kageyama. "Bodoh! Aku benci samamu!" teriak (Name). Dia berbalik, lantas berlari.

(Name) berpikir, bahwa Kageyama tak sungguh mengatakan itu. (Name) hanya mempercayai dengan harapannya itu.

***

SEPERTI yang (Name) janjikan dengan Hinata, dia pergi bertemu dengan Hinata di lorong. (Name) pertama merapikan penampilannya di kamar mandi, melepaskan rambut kuncirnya supaya tergerai bebas.

Setelah yakin, (Name) melangkah keluar dari kamar mandi dan menuju lorong di depan kelas Hinata. Begitu dia sampai sana, sudah ada sebuah lingkaran yang mengerubungi sesuatu.

(Name) lalu menembus kerumunan itu, kala mengetahui bahwa surai jingga itu berada ditengah kerumunan.

"Selamat, Hinata, Yachi!"

Sekujur tubuh (Name) menjadi kaku, terbeku mendengarnya. (Name) melihat, Hinata yang menggaruk tengkuknya dengan cengiran salah tingkah, dan Yachi―asisten manajer voli―menunduk dengan wajah merah padam.

Hinata melirik ke arah (Name). "(Surname)-san! Kenapa kamu datang begitu lama. Padahal, aku awalnya ingin memintamu untuk menjadi pembuat heboh, supaya seru."

(Name) menggigit bibirnya. Tetapi, dia berusaha memasang sebuah senyuman. "Selamat, Hinata-kun!"

Hinata nyengir. "Makasih, (Surname)-san!"

"Kalau begitu, aku kembali ke kelasku ya. Matta ne!" Lalu, (Name) melangkahkan kakinya menjauh dari sana.

(Name) melangkah di tangga, menaikki anak tangga. Tetapi, langkahnya tiba-tiba berhenti saat sudah nyaris sampai pintu atap sekolah. (Name) berjongkok, dan setitik air mendarat di rok sekolahnya.

Dia sadar, bahwa yang dikatakan oleh Kageyama justru merupakan kenyataan. Dia begitu percaya akan apa yang dia harapkan, itu justru melahapnya!

Sebuah tangan mengusap puncak kepalamu, sehingga (Name) mendongak.

"Sudah kubilang."

Tangis (Name) semakin menjadi-jadi saat melihat Kageyama. "Apa yang harus aku lakukan? Aku mencintai Hinata, aku tak bisa melepaskannya secepat ini! Aku... aku..."

"Kh, HENTIKAN!"

Seketika, tangis (Name) berhenti mendengar teriakan Kageyama.

Kageyama menangkup kedua pipi (Name), lalu menarik wajahnya dan menyatukan bibir mereka.

Begitu bibir mereka terlepas, Kageyama menatap (Name) lamat. "Apakah kamu sekarang mengerti, aku menyukaimu, (Surname)-san."

Tubuh (Name) masih terbeku saat dicium oleh Kageyama secara mendadak. "H-hah!?" seru (Name) kaget. "T-tapi... aku..."

"Hari itu." Kageyama memotong. "Aku yang mengambil syalmu, tetapi aku menyerahkannya kepada Hinata supaya dia memberikannya kepadamu. Mungkin kamu hari itu tak begitu memerhatikan, tapi itulah yang terjadi. Sejak hari itu, aku selalu memerhatikanmu, (Surname)-san."

Wajah (Name) menjadi merah. Dia menundukkan wajahnys. "Ng... Kageyama-kun. Aku... sepertinya suka samamu juga."

Kageyama menggaruk tengkuknya, sedikit salah tingkah. "Kalau kucium sekali lagi... boleh kan?"

"Bo... boleh."

Kageyama lalu mengecup bibir (Name) lagi. Setelah dia melepaskannya, dia menatap (Name) lamat. "Lagi."

"Hah?"

"Lagi. Aku mau menciummu lagi." Kageyama mendekatkan wajahnya lagi.

(Name) menahan wajahnya dengan telapak tangannya. "Cukup."

"Tapi aku mau lagi."

"Ih, cukup!" ucap (Name), walau dia sebenarnya begitu karena malu. Dan... entah kenapa dia sebenarnya cukup senang.

-

A.N

Kesampaian juga chapter tentang Kageyama :v

Agak" gaje ya? Sori.

Author bener" enjoy buat cerita" kayak gini. Bisa berhalu :v #BerhaluItuSehat

Oh iya, udah pada tahu S4 bakalan rilis WInter 2020 kan?? Author udah gak sabar, tapi tahun depan UN pula :')

-Mochii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro