Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. Hai'i Megane-Sensei! (ft. Tsukishima, Kei)


Melihatnya yang sedang berjuang, tampak lucu❞―Tsukishima Kei


.

.

.

(NAME) menghelakan napasnya kala melihat kertas ujian dengan sebuah bulatan besar di dalam kotak nilai. Nilainya begitu buruk, dan dia begitu malas melihatnya.

(Name) mengacak rambut berwarna coklat terangnya. Ukh, jangan-jangan aku dipanggil sensei lagi ke kantor? benaknya.

"(Surname)-san! Kamu dipanggil sensei!" seru seseorang sembari menjengukkan kepalanya ke dalam kelas.

"Hai'i!" balas (Name).

Sudah kuduga, benak (Name).

(Name) melangkah menuju kantor guru dengan malas. Dia tahu hal seperti ini akan terjadi. Pada ujian terakhir, dari total sebelas pelajaran, (Name) sudah mendapatkan tiga pelajaran dengan angka nol, lima dengan angka dua puluh, dua dengan nilai pas-pasan, dan satu dengan nilai sembilan puluh.

Memang, dia membenci pelajaran. Dia menganggapnya tidak berguna. Itu alasan mengapa dia tak pernah serius pada apa yang diajarkan oleh para guru.

"Permisi," ucap (Name) pelan sembari berjalan masuk ke dalam kantor guru. Di dalam, wali kelas (Name) sedang berbicara kepada salah seorang teman sekelas (Name) yakni Tsukishima Kei, dia merupakan pemegang peringkat satu seangkatan.

"(Surname)-san," ucap sensei kala melihatnya.

(Name) berjalan mendekati sensei

"Begini, sensei tahu kalau nilai kamu itu sangat tidak bagus. Maka dengan itu, sensei meminta tolong Tsukishima-kun yang dapat membantumu dalam pelajaran," ucap sensei.

"Singkatnya, Tsukishima-kun menjadi tutor saya?" tanya (Name).

"Cih, aku juga gak mau tahu," gumam Tsukishima.

(Name) menoleh ke arahnya dan memberi tatapan tajam.

"Kalau begitu, kalian silahkan keluar ya. Dan Tsukishima-kun, tolong ajari (Surname)-san, ya," ucap sensei.

Mereka lalu berjalan keluar dari kantor guru, menggumamkan sebuah permisi.

"Cih, kalau begini aku gak mau tutor yang gak niat untuk mengajariku," ucap (Name), hendak berlalu. Namun, Tsukishima menahan tangannya.

"Aku harus ikut klub voli, jadi kamu harus menungguiku supaya kita belajar," tegas Tsukishima.

"Kalau aku gak mau?" (Name) membalas.

Tsukishima menyodorkan jari telunjuknya ke arah (Name), lalu dia menggesekkan jarinya di leher seolah-olah sedang memotong lehernya sendiri.

(Name) mendecak kesal. "Ya sudah, tapi aku tunggu di kelas."

"Kamu harus ikut samaku ke lapangan voli!" ucap Tsukishima lagi.

"Ha~h?" keluh (Name), melemaskan bahunya. Dia mengacak rambut coklat terangnya untuk kesekian kalinya. "Tch, ya udah."

Mereka berjalan menuju lapangan voli indoor. (Name) mendengar suara decitan yang tercipta akibat pergesekan antara sepatu dan lantai, serta suara bola yang dipukul dan memantul. Saat dia baru saja memasukki lapangan indoor, sebuah bola terlempar ke arahnya. Dan dengan sigap, Tsukishima menangkapnya.

"Cih, dasar bego," ucap Tsukishima sambil mengapit bola tersebut dibawah ketiaknya. "Oi, Raja. Bagus sekali umpananmu, sampai-sampai bola itu merasa tak layak di sentuh olehmu."

"Hah? Apa yang kamu bilang, Tsukishima!" seru seorang lelaki bersurai hitam.

"Yamette, futari tomo." Datanglah seorang lelaki bersurai abu dengan senyuman hangat. "Sudah, jangan berantem. Ayo, kita mulai latihan."

"Ano, senpai. Ini, aku disuruh men-tutor anak ini, jadi aku meminta dia untuk menungguiku latihan." Tsukishima menunjuk ke arah (Name).

Lelaki surai abu melihat ke arahmu. "OK, boleh kok. Namamu?"

"(Surname)(Name)," balas (Name). "Maaf merepotkan."

"Tak apa. Namaku Sugawara Koshi. Mereka memanggilku 'Suga'," senyum Sugawara.

"Suga-senpai? Begitukah?" ucap (Name) ragu.

"Iya, begitu," senyum Sugawara. "Kalau begitu, ayo kita mulai latihannya."

"Itu harusnya kata-kataku," ucap seorang lelaki bersurai hitam. "Dan kenapa kamu mengizini seseorang menonton kita latihan disaat aku ketuanya?"

Sugawara nyengir. "Oh iya, (Surname)-san. Ini Sawamura Daichi, dia ketua klub kami."

"Yoroshiku, (Surname)-san," ucap Daichi. "Yak, ayo kita mulai latihan!"

***

"JADI ceritanya kita mau belajar dimana?" tanya (Name) kepada Tsukishima.

"Terserahmu," balas Tsukishima. "Oh, kalau di rumahmu saja bisa gak?"

Wajah (Name) menjadi merah padam, sebab dia ingat bahwa kamarnya berantakan. Tunggu, kenapa malah menjerumus ke kamar? Mereka kan bisa belajar di ruang makan atau sejenisnya. Bukankah dengan begitu akan aman?

"Boleh," balas (Name).

Akhirnya, mereka berjalan menuju rumah (Name). Dia membuka pintu rumah dan mempersilahkan Tsukishima masuk.

"Tadaima!" seru (Name).

"Permisi," ucap Tsukishima.

"Okairi," ucap ibu (Name). "Loh, ini siapa?"

"Teman aku, Okaa-san," ucap (Name). "Dia akan membantu aku belajar, jadi kami disini untuk belajar bareng."

Ibu (Name) mengangguk-angguk. "Ya sudah. Okaa-san mau pergi berkerja, jadi jangan belajar terlalu larut ya. Makanan sudah tersedia di meja, ya."

"Hai'i," ucap (Name). "Iterashai."

Setelah ibu (Name) pergi, dia menyuruh Tsukishima untuk menunggu sejenak. Dia pergi menukar seragam sekolahnya dengan pakaian rumah. Saat (Name) berjalan kembali, Tsukishima sedang membuka-buka buku pelajaran.

"Gak mau makan dulu?" tanya (Name). "Nanti makanannya dingin."

"Kamu saja yang makan, biar aku susun soal untukmu," balas Tsukishima.

"Ha~h? Soal?" (Name) mengacak rambutnya. "Ya sudahlah, terserahmu."

Lantas, (Name) makan malam sementara Tsukishima berkutat dengan buku dan lembaran kertas. Akhirnya, (Name) selesai makan malam dan mencuci piring.

"(Surname)-san, apakah kita bisa belajar di kamarmu saja?" tanya Tsukishima.

Wajah (Name) menampakkan semburat merah. "Tung-tunggu bentar. Untuk apa? Memangnya harus di kamar aku?"

"Soalnya, kalau kita belajar di meja makan rasanya tak nyaman bagiku," balas Tsukishima.

(Name) menghelakan napasnya. "Sebentar ya, Tsukishima-kun."

Lantas, (Name) berjalan menuju kamarnya, membuka dan menutup pintunya dalam sedetik. Dia menatap kamarnya yang begitu berantakan; tumpukan komik yang berterbaran; pakaian yang berhamburan; majalah-majalah tak berguna dan entah barang-barang apalagi.

"Gimana caranya belajar disini..." gumam (Name).

"He~h, berantakan banget ya."

(Name) memekik saat mendengar suara Tsukishima yang setengah bergumam di belakangnya.

"Berantakan banget, cih. Kamu cewe beneran gak sih? Kamar aja seperti ini," ejek Tsukishima.

"Makanya udah kubilang, mending belajar di meja makan aja!" (Name) menetapkan.

"Ya udah, tetapi besok kita belajar disini ya. Nanti rapikan kamarmu, dasar bodoh." Balas Tsukishima.

(Name) mengembungkan pipimu karena kesal atas perlakuan lelaki yang tingginya 188.3 cm.

"Terserahmu, Megane-sensei!"

 Tsukishima mengangkat alisnya. "Megane?"

"Kenapa? Gak suka?" ucap (Name). Dia terkikih. "Megane-sensei~" (Name) berupaya untuk menggodanya lagi.

"Hentikan memanggilku itu." Tsukishima menatap (Name) tajam.

(Name) membalas tatapan tajam itu, sama sekali tak ciut atas tatapan yang dia berikan. "Hai'i, Me-ga-ne-se-n-se-i."

Tsukishima mendorong (Name) ke dinding, lalu tangan kanannya menyudutkan (Name) di dinding. "Bukannya sudah kubilang 'Hentikan'?"

(Name) berusaha tetap tegar atas perlakuannya. "Mudah banget ya memancing amarahmu."

"Cih," Tsukishima menurunkan tangannya. "Sudahlah. Ayo, kita mulai belajar. Dan jangan panggil aku itu lagi, nanti kuberi kamu batsu!"

"Hai'i!" balas (Name). Padahal, jantung (Name) nyaris saja copot saat Tsukishima melakukan kabedon kepada dirinya tadi.

***

SUDAH seminggu sejak Tsukishima mulai menutori (Name). (Name) jadi sering ke gymnasium tempat mereka berlatih voli, terkadang membantu manajer mereka―Shimizu dan Yachi―menyiapkan bola voli atau membersihkan lapangan indoor tersebut.

"Masa kamu lupa dengan persamaan ini?" keluh Tsukishima, menunjuk ke soal yang sedang (Name) kerjakan.

"Berisik," balas (Name). "Kamu kan tahu aku itu gak pintar menghafal."

"Semua orang punya kelebihan dan kekurangan," tukas Tsukishima. "Tapi masalahnya, kekuranganmu banyak banget! Ayolah, sampai sekarang kamarmu masih berantakan!"

"Ih, menyebalkan," ucapmu, mengacak rambut (Name).

Tsukishima menahan tangan (Name) yang sedari tadi mengacak rambutnya sendiri.

(Name) kaget atas perlakuan tiba-tiba dari Tsukishima. "Ts-Tsukishima-kun?"

"Kalau kamu menggaruk rambutmu seperti itu terus, nanti banyak ketombe."

Wajah (Name) merah padam karena menahan malu. "Hah? Gak sopan banget sih!"

Tsukishima terkikih, ini pertama kalinya (Name) mendengarkan kikihannya. "Dasar, sudah lanjutkan."

"Hai'i." (Name) lalu mengerjakan soal yang berikutnya.

"Itu baru benar," ucap Tsukishima saat melihat hasil kerja (Name).

Tumben memuji, pikir (Name).

"Ini karena bantuanmu, Megane-sensei," kikih (Name).

"Hei, apa yang kubilang kalau contohnya kamu memanggilku itu lagi?" ucap Tsukishima.

(Name) memerengkan kepalamu, bingung. "Heh?"

Tsukishima memegang dagu (Name), lantas menarik wajahmu dan mengecup pelan bibir gadis itu. Hanya sekejap, tapi wajah (Name) menampakkan semburat merah yang sangat jelas.

"Kalau begitu, jangan panggil aku begitu lagi ya," ucap Tsukishima.

"H-hai'i..." ucap (Name). "Megane-sensei..." bisik (Name).

"Kamu bilang apa, hm?"

"Gak tahu," (Name) menujulurkan lidahnya, bertingkah seolah dia tak tahu.

Tsukishima mengetuk kening (Name). "Itu yang kusuka darimu, (Surname)-san."

Wajah (Name) menjadi merah lagi. "Ts-Tsukishima-kun baka!"

Yah, setidaknya kini (Name) tak akan memanggilnya 'Megane-sensei' lagi... kan?

***

A.N

Rada gak jelas ya?

Tapi aku pengen panggil Tsukki dengan sebutan Megane-sensei juga, biar di cipok:v

-Mochii

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro