Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Until we meet again (UWMA)

Until we meet again (UWMA)

Solar Light x Halilintar Thunderstorm
NicoYamada
N

icoYamada



“Solar Light! Kamu gak ikut latihan hari ini?”
Sosok lelaki yang dipanggil Solar itu menengok, kemudian ia menggeleng kearah lelaki yang tau-tau saja berdiri di belakangnya. Ia adalah Blaze Adhnan , lelaki keturunan Malaysia yang menjabat sebagai ketua tim futsal.
“kenapa? Tumben..biasanya wakil kapten gak pernah skip latihan?”
Pertanyaan yang diajukan Blaze membuat Solar terkekeh. Entah ia mengejek atau memuji, Solar hanya bisa tertawa mendengarnya.
“Masa nggak inget sih?? Kan aku udah izin sama coach kemarin! Izin-nya sama kamu loh, pak ketua!”
“eh?? Iya tah?” Blaze menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sedetik kemudian, ia cengengesan karena baru saja mengingat perkataan Solar barusan.
Kapten satu ini memang dikenal pelupa, dan itu cukup parah. Ia bisa melupakan kejadian yang baru saja terjadi 5 menit lalu dan perlu diingatkan oleh orang lain untuk bisa mengingatnya. Karena itulah ia selalu jadi langganan kena hukum karena selalu kelupaan bikin pe-er.
“tapi.. kamu emang mau ngapain hari ini?” Blaze bertanya lagi.
Solar tersenyum tipis, lalu mengambil sepedanya yang terparkir di sebelahnya.
“aku mau bertemu pacarku”

***
Solar mempercepat langkahnya sembari melirik jam tangan hitam legam yang terlingkar sempurna di pergelangan tangannya. Waktu pertamuannya sudah mulai datang, ia tidak ingin menyia-nyiakan satu detikpun saat ini.
Sudah lama sekali, sejak Solar bertemu dengan kekasihnya dan ia sangat merindukannya. Hal itu yang membuatnya sangat bersemangat bahkan rela meninggalkan latihan sepak bola yang sangat ia sukai.
Dengan seikat bunga mawar di tangannya, Solar memasuki area terbuka tempat janjiannya dengan sang kekasih. Namun ia tak nampak dimanapun.
Mendengus, Solar mendudukan dirinya di kursi panjang yang terletak tak jauh dari sana. Matanya terus menerus melirik ke kanan dan ke kiri, namun apa yang dicarinya tetap tak ditemukannya.
Perasaan gelisah mulai menyelimutinya. Mengingat ini adalah pertemuan mereka setelah sekian lama, tidak mungkin dia tidak datang kan?
Solar menggeleng , berusaha menepis pikiran-pikiran buruk yang menyelimutinya. Tidak mungkin kekasihnya itu akan mengingkari janjinya. Mereka sudah berjanji dan selalu melewati segala hal bersama sama. Kekasihnya itu bukan pembohong.
Saat hatinya mulai bergetar akan ketidakpastian, ia dikejutkan dengan sepasang lengan kurus yang memeluknya dari belakang. Senyumnya kembali mengembang saat merasakan pelukan hangat yang selalu ia rindukan.
Ia menyeka airmatanya, berbalik dan bertemu muka dengan sosok manis di belakangku. Kedua netra ruby nya menyipit dengan senyuman lucu yang menghiasi wajahnya.
“hayo! Nangis yaa??” ia terkekeh “kamu cariin aku, hm? Maaf ya aku telat~”
“n-nggak..” Solar berusaha berdalih, namun tetap saja ia tidak bisa menahan rasa harunya saat melihat kekasihnya yang nampak manis dan tidak berubah sedikitpun.
“aku merindukanmu.. sudah lama kita tak bertemu seperti ini.. Hali” lirihnya, mengulas senyum sedih.
“aih..baru sebentar masa sudah rindu? Kondisiku akhir-akhir ini kurang baik..kamu tau kan?” Halilintar melepaskan pelukannya lalu duduk di sebelah Solar. Menatap Solar dengan tak kalah sedih, ia berusaha tersenyum ditengah kesedihannya.
“aku..mungkin tidak bisa menemuimu lagi, tahun depan..” ia berucap pelan, meraih tangan Solar kemudian menggenggamnya erat “karena itu..aku ingin menghabiskan waktu denganmu, sebanyak mungkin..”
Solar menyeka sisa airmatanya, kemudian mengangguk. Setegar mungkin ia berusaha menghadapi situasi ini seakan sudah tahu apa yang akan terjadi pada kekasihnya itu, ia lalu menengok dan mengulurkan tangannya pada Halilintar.
“kamu mau kemana, sayang? Aku akan bawa kamu kemanapun.. hari ini adalah hari-mu” ujar Solar, memasang wajah ceria.
“hari..ku..?”
“kamu bebas mau pergi kemanapun- bebas memerintahku, bebas melakukan apapun denganku..” jawab Solar.
“dan aku akan membuat hari ini menjadi hari yang dapat kau ingat selamanya”
Halilintar tertegun, kedua pipinya mendadak memerah mendengar kata-kata Solar yang entah kenapa begitu romantis hari ini.
Yah, bukannya Solar nggak pernah romantis sih. Namun hari ini entah kenapa terasa berbeda.
“k-kalau begitu..” Halilintar buka suara “aku ingin ke festival musim panas di kuil..”
Tersenyum tipis, Solar pun mengambil tangan Halilintar dan membawanya bersamanya. Tak lupa ia menggenggam erat tangan kekasihnya agar tak terpisah darinya.
“jangan sampai terpisah… sayang”
Solar mengecup lembut rambut hitam Halilintar, mengiringnya ke tempat yang sangat ingin didatangi sang kekasih. Saat Halilintar menundukan kepalanya karena malu, ia terlihat sangat menggemaskan.
Siang itu, Solar membawa Halilintar pergi ke festival musim panas Kuil Edo yang hanya diadakan setiap satu tahun sekali, yaitu saat musim panas di bulan Juli.
Banyak kedai dibuka disana, pengunjung pun ramai yang berdatangan. Kebanyakan dari mereka memakai yukata, walaupun ditengah terik matahari. Namun itulah yang menjadikan musim panas begitu spesial.
Kedua insan yang berjalan berdampingan sambil menggenggam tangan masing-masing, terkagum-kagum melihat berbagai stand dan atraksi yang dilakukan oleh para penjual untuk menarik pembeli. Rasanya seperti kembali ke masa lalu.
Entah bagaimana, suasana yang ramai dan berdesakan membuat pegangan tangan keduanya terlepas. Saat Solar sadar, Halilintar sudah tak ada di sampingnya. Namun kemudian ia melihat Halilintar berlari kecil kearahnya sambil memakan sesuatu di tangannya.
“apa itu?” tanya Solar.
Halilintar terkekeh “permen! Tadi penjualnya bilang.. ‘kamu manis ya’ lalu memberiku permen ini secara gratis!”
Sejenak, Solar terheran namun kemudian ia menggeleng dan merebut permen itu dari tangan Halilintar.
“nggak boleh! Kamu nggak boleh makan ginian!” Solar mengomel seraya menjauhkan permen itu dari jangkauan Halilintar.
“ehh?!! Ihh Solar balikin!” protes Halilintar.
“nggak!”
“balikinn!!”
“nggak boleh!”

“hahahaha!”
Tiba-tiba, suara tawa seorang lelaki datang dari sisi kanan mereka. Saat mereka menoleh, mereka mendapati seorang pemuda paruh baya yang tengah menunggui dagangannya, tersenyum.
“kalian pasangan yang sangat serasi- tertarik untuk melihat lihat?” pria itu menawarkan dengan ramah, menarik perhatian keduanya untuk menghampiri untuk mencari tahu apa yang dijual oleh pria itu.
“apa ini?”
“aksesori buatan tangan” senyum pria itu “saya membuatnya sendiri.. ada yang bilang, benda seperti ini mengikat cinta, lho.. cocok sekali untuk pasangan serasi seperti kalian” jelasnya.
Keduanya mengangguk angguk.
“aku nggak butuh sih” Solar berkata terang-terangan, Halilintar langsung menyenggol lengannya.
“kamu bener-bener nggak romantis deh,” gerutu Halilintar. Netra ruby itu mengamati aksesori yang ada satu per satu hingga matanya tertuju pada dua buah gelang berwarna merah yang ada diantara gelang-gelang lainnya.
“solar, lihat! Gelang merah ini cantik! Bagaimana kalau kita beli, kembaran??” usul Halilintar.
Solar tertegun, diam sejenak menatap sang kekasih, kemudian ia berkata “sayang..tapi kamu..”
“-yang seperti ini juga bisa jadi kenangan yang akan dibawa ke surga..” pria paruh baya itu memotong perkataan Solar, berkata dengan tenang seolah sudah mengetahui apa yang terjadi.
Halilintar langsung berdiri dengan wajah memucat, bergegas berbalik dan melangkah pergi dari sana dengan terburu-buru. Solar menyusul Halilintar sambil sesekali memanggil-manggil namanya, memastikan bahwa sang pacar tidak pergi terlalu jauh diluar jangkauannya.
Mereka berhenti ketika mereka tiba di sebuah pojokan yang tak ramai orang. Jelas terlihat bagaimana tubuh Halilintar gemetaran , Solar langsung memeluknya dari belakang untuk menenangkannya.
“b-bagaimana..bagaimana dia bisa tahu..” Halilintar berkata lirih, suaranya dipenuhi ketakutan.
Solar menggeleng “aku juga tidak tau..”
“padahal..ini rahasia diantara kita.. hanya kamu yang tau..” Halilintar berkata lagi. Kali ini, ia berbalik menatap Solar dengan kedua matanya yang sendu. Tangannya bergerak mengelus pipi sang kekasih.
“semesta memang kejam ya..” Solar tersenyum pahit “ia tidak membiarkan kita hidup bahagia, bersama sama selamanya..”
“hidup itu soal kedatangan dan kepulangan..Solar..” ucap Halilintar “siap atau tidak, kamu harus siap kehilangan.. karena itu semua adalah takdir yang mau tidak mau harus diterima..”
Kata-kata Halilintar saat itu membuat hati Solar berdenyut. Kehilangan bukanlah sesuatu yang bisa direlakan dengan mudah, ia tidak ingin menerima takdir itu. Jika ia bisa meminta kepada Tuhan..
“Hali..”
Solar berucap setelah berusaha mengumpulkan dirinya. Ia mengambil sebelah tangan Halilintar dan apa yang dipakaikan Solar pada perggelangan tangan Halilintar membuat sang empu tersenyum.
Gelang merah.
Melihat Solar yang juga memakainya di tangannya, membuat kesenangannya memuncak. Netra ruby itu dipenuhi dengan air mata yang tertampung , tangisnya pecah saat ia memeluk erat sosok didepannya itu. Keduanya menangis di pundak masing-masing ditengah sakit hati yang merundung.
“aku mencintaimu selamanya, Solar Light..”
“aku juga mencintaimu selamanya, Halilintar..”

Solar terbangun, ketika merasakan sentuhan lembut pada pundaknya. Saat ia tersadar, ia mendapati dirinya tertidur pada sebuah kursi kayu panjang , festival musim panas pun sirna dan hanya hamparan padang luas yang memasuki indra penglihatannya.
“Solar..bangun..kalau tidur disini nanti masuk angin..”
Mengucek matanya, Solar tersenyum menatap seseorang yang berdiri jelas di sebelahnya. Lelaki muda bernetra ruby itu tersenyum manis, ia mengambil kacamata visor jingga yang sempat ditanggalkan Solar dan memakaikannya pada Solar.
“aku selalu menyukai kacamatamu, sayang.. kamu terlihat tampan dengan itu” senyumnya.
“kamu mau kemana..?” Solar bertanya bingung .
“aku harus pergi.. sudah saatnya..” ucap Halilintar, lembut.
Solar berdiri dari duduknya, lantas ia mengambil kedua tangan Halilintar dan menggenggamnya erat. Ia tidak ingin kehilangan sosok itu, ia masih ingin bersamanya lebih lama lagi.
“jangan pergi…” Solar menggeleng , ia berucap dengan bibir bergetar.
“kamu harus bahagia..ya?”
Solar menggeleng lagi, kali ini lebih keras “aku nggak akan bisa bahagia kalau nggak ada kamu!”
“kamu pasti bisa… kan Solar-nya Halilintar..” Halilintar terkekeh, namun Solar buru-buru membungkamnya dengan sebuah ciuman.
Ciuman yang tergesa-gesa, mengunci perggerakan Halilintar yang tak ragu untuk membalas. Airmata keduanya menetes ke pipi masing-masing sementara mereka mengecap rasa, menyatukan cinta mereka untuk yang terakhir kalinya.
Saat mereka saling berpisah satu sama lain, Solar menangis tersedu sedu. Ia memeluk sosok Halilintar yang masih berdiri di depannya dengan perasaan sakit, sementara Halilintar hanya terdiam dan tersenyum menikmati pelukan hangat dari sang kekasih.

Sementara itu..
“mama mama!!”
Seorang anak kecil yang baru saja meletakan buket bunga bersama sang ibu memanggil dengan tergesa gesa. Langkah kecilnya menyusul sang ibu dengan ceria.
“kenapa sayang?” sang ibu bertanya lembut, mengelus kepala putrinya.
“lihat orang itu!!” anak itu menunjuk pada sosok laki-laki berkacamata visor jingga yang berada tak jauh dari tempat mereka berada saat ini.
“kenapa kakak itu nangis sambil ngomong sama batu nisan, ma?”

-fin-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro