The Royal Tutor
⚠️⚠️⚠️
Leonhard von Granzreich x oc
The Royal Tutor © Higasa Akai
warn!!
little or maybe a lot of ooc
Ada anu anu dikit— hehhehe
happyyayaa
happyyayaa
"Hey, Hye-nee!!"
Sebuah suara menyadarkan seorang gadis yang sedang duduk nyaman menikmati angin yang semilir berhembus. Gadis itu menengok, memperhatikan sang sumber suara yang tengah memasang raut kesal.
"Ada apa?" jawab sang gadis.
Memfokuskan tatapannya kepada sang adam yang tatapannya menuntut.
"Sudah waktunya, ayo. Heine sudah menunggu"
Tanpa membalas, sang gadis bangkit dari duduknya dan berjalan masuk menuju rumahnya diikuti oleh sang adam yang terlihat enggan berada di samping gadisnya sehingga memilih di belakangnya.
Wajah damai sang gadis menjadi objek pengamatan terpenting bagi sang adam. Kala banyaknya maid yang menyapa dan mungkin membicarakannya dibelakang sang gadis, gadis itu tetap tenang seolah tidak mengetahui apapun.
"Ah lihat... Nona Hyerie. Tenang sekali padahal tunangannya tertimpa musibah"
"Benar, kalau seperti ini maka rakyat Wiener akan menolak pertunangan itu"
"Jangankan oleh rakyat, oleh penghuni kediaman Weissburg saja dirinya sudah ditolak"
"Ah! Kalian tau? Nona Hyerie bahkan sempat bersantai dan meminum tehnya padahal para pangeran sedang dilanda kekhawatiran"
"Ehhh?! Sungguh? Dia benar-benar bukan gadis baik-baik"
Dan sampailah sang gadis, Hyerie. Pada pintu sebuah ruangan.
"Maaf atas keterlambatan saya" ucap Hyerie disertai menarik ujung gaunnya dan sedikit membungkuk.
Beberapa helai rambut Hyerie yang tidak terikat ikut turun, mengurai panjang kebawah.
"Tidak apa Yang Mulia, saya mengerti jika anda masih bersedih"
Seseorang dengan tinggi yang mungkin setara dengan dada Hyerie balas berlutut. Kemudian mempersilahkan Hyerie untuk duduk di sofa yang telah diisi oleh 3 orang yang datang sebelum dirinya.
Tidakkah kalian penasaran dengan sang adam yang tadinya berada dibelakang Hyerie? Ya, kini sang adam berada di samping kanan Hyerie dan duduk pada pegangan sofa yang ada, dan tangan kirinya merangkul sang gadis.
"Mungkin ini pertama kalinya kita bertemu, jadi saya izin memperkenalkan diri" ucapnya setelah mempersilahkan Hyerie duduk.
Berlutut dengan tangan kanannya ditempatkan di sekat dada bagian kirinya. Menundukkan pandangannya, memejamkan matanya.
"Senang bertemu dengan anda, Yang Mulia. Saya adalah pengajar kerajaan, Heine Wittgenstein"
Tepat setelahnya menutup mulut, semilir angin berhembus memasuki ruangan yang tertutup itu sehingga gorden dan beberapa kelopak bunga berterbangan memaksa masuk pada sang ruang yang tertutup.
Hyerie dengan perlahan melepaskan rangkulan sang adam dan menundukkan sedikit pandangannya serta menarik ujung gaunnya—
"Hyerie von Lissodendoryx....
......... Mungkin akan menjadi mantan tunangan Leo"
—hingga kemudian tersenyum tipis.
"Tunggu sebentar— Nee!! Bagaimana bisa kau menyimpulkan hal itu sendiri?!"
Seseorang protes, ditunjukkannya raut wajah yang penuh kebingungan juga amarah.
"Licht benar, meskipun rakyat Wiener seperti itu tapi kami tahu bagaimana kronologinya. Jadi... Ayo kita bangkit bersama-sama Hye-san"
Kembali angkat suara, seseorang yang tampilannya meyakinkan sebagai pewarisnya kerajaan membela perkataan adiknya -Licht-.
Hyerie yang mendengarnya hanya menyunggingkan senyum tipis. Memandang sang adam yang tengah menonton perseteruan sang tunangan dengan adik dan kakaknya.
Tak disangka, sang tertua dari para pangeran yang hadir berjalan mendekati Hyerie. Memegang tangan Hyerie dan mengelusnya perlahan, seolah menyalurkan rasa tenang dan nyaman.
"Mari bertemu sang raja" ucapnya dengan raut meyakinkan bagi Hyerie.
"Para pangeran benar, mari kita luruskan kesalahpahaman ini dan menemui Yang Mulia Raja di istana"
✽✽✽✽✽✻
"Pfft.. Hahahaha!! Itu mengejutkan Hye-nee!! Bagaimana bisa kau kalah dengan Licht juga Bruno-niisama!!! Ahahaha!.... Bahkan aniue juga ikut bersuara hahaha!!"
Sang adam tertawa, menertawakan nasib tunangannya yang kalah bacot karena dikeroyok. Berakhir pada perjalanan mereka menuju kediaman sang adam menemui Sang Dewa Perang.
"Leo berisik. Padahal aku kira aku bisa dengan mudah berbicara tanpa harus pergi ke Granzreich" ucap Hyerie seraya memukul pelan sang adam -Leo-
Sementara sang adam masih mencoba menahan tawanya seraya memegangi perutnya juga menyeka air matanya yang mengalir. Memfokuskan tatapannya pada sang terkasih yang sedang menenggelamkan wajahnya pada bantal kecil yang tersedia.
"Pangeran Eins pasti kecewa dan pengikutnya itu juga pasti akan menyudutkan ku, melimpahkan kesalahan sehingga nanti menghambat jalanmu menjadi Raja"
Derap langkah kaki kuda menjadi satu-satunya suara yang terdengar setelah ucapan Hyerie.
"Asu"
Singkat, jelas, padat. Hyerie misuh pelan berusaha agar sang adam tidak mendengar perkataannya.
"Kalau begitu, mari buktikan" ucap Leo.
Merangkul sang terkasih yang tengah terpuruk perkara akan menjelaskan kejadian yang cukup memacu mental. Dilihatnya anak sungai yang mengalir halus turun hingga dagu sang gadis.
Tatapan kebingungan terpancar dari manik Hyerie meski rasa sedih dan kehampaan mendominasi manik tersebut. Alih-alih menjawab, sang adam mengelus pelan pipi sang gadis berusaha menghapus jejak anak sungai yang tidak disukainya.
Ditangkupnya kedua pipi sang gadis sehingga keduanya saling menatap dalam.
"Mari tunjukkan pada Ayahanda dan para kakak bahwa seleksi akan tetap berjalan walaupun keadaan seperti ini dan aku akan menjadi Raja dari Granzreich"
"Haha... Leo pasti akan berbicara begitu kalau dia disini"
Ungkap Hyerie kala menyadari bahwa dirinya sendirian di dalam kereta kuda yang membawanya pada kediaman sang adam. Menyisakan keheningan dan ditemani oleh isakan kecil yang memaksa keluar dari bibir mungil sang hawa.
✽✽✽✽✽✻
Hiruk pikuk riuh suara rakyat yang menyuarakan pendapatnya memenuhi udara kota Wiener. Menolak keputusan sang Raja yang menurut mereka itu salah, selagi menunggu datangnya sang saksi yang berperan penting dalam penjelasan kronologi kesalahpahaman yang terjadi.
"Keputusan Raja kali ini tidak dapat diterima!!"
"Pangeran Leonhard tidak perlu menderita karena hal yang bukan kesalahannya!!"
"Nona itu adalah bentuk dari Naiads! Terbukti bahwa pangeran Leonhard kini sudah terjerat olehnya!!"
"Putuskan hubungan antara Granzreich dan nona Hyerie!!"
"YAA!!"
Dua kereta kuda dengan bendera yang berbeda datang, para rakyat yang sedang bersuara jadi semakin mengencangkan suaranya agar sang Raja mendengar pendapat mereka.
Kala kereta kuda berhenti, para pengawal berdiri sejajar guna mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Menunggu para pangeran turun.
Tanpa diduga, sang tertua Eins, berlutut kala menyambut sang gadis yang tengah dibenci oleh rakyat Wiener. Mengakibatkan banyaknya tatapan kebingungan dan diamnya suara rakyat.
"Terimakasih atas segalanya"
Suara pelan milik Hyerie ditunjukkan untuk sang putra mahkota tanpa mengubah raut wajahnya. Eins yang memiliki jarak wajah yang dekat dengan wajah sang gadis tertegun, terlihat olehnya mata yang memerah dan bagian bawah yang sedikit bengkak.
✽✽✽✽✽✻
"Dengan hasil keputusan yang saya dapatkan maka, Pangeran keempat dari Granzreich yaitu Pangeran Leonhard von Granzreich saya nominasikan untuk menaiki takhta kerajaan"
Sang ajudan setia bagi sang tertua, Count Rosenberg membacakan apa yang tertulis dari sang genius untuk adiknya sang Lily putih.
Sorak sorai para rakyat kembali memenuhi udara Granzreich. Menyatakan bahwa mereka setuju dengan titah dari sang putra mahkota.
"Dengan syarat..."
Sepatah kata kembali membuat suasana yang riuh kembali senyap menunggu kelanjutan dari sang putra mahkota.
"Pertunangan antara Pangeran keempat dari Granzreich yaitu Pangeran Leonhard von Granzreich dengan putri kedua dari Lissodendo yaitu nona Hyerie von Lissodendoryx tidak dibatalkan"
"Karena sejatinya, yang membantu Pangeran Leonhard selama seleksi adalah nona Hyerie. Dan insiden yang terjadi beberapa hari lalu adalah murni kecelakaan tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun"
Terkejut, semuanya yang hadir terkejut tak terkecuali Hyerie yang melihat Leonhard ada disamping kakak tertuanya meski perban masih melekat pada tubuhnya.
Senyum lebar diukir sang adam pada wajahnya seolah mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, padahal sebelah tangannya masih bersandar pada kursi sang kakak.
"Bagaimana mungkin anda bisa meyakinkan bahwa semua yang terjadi adalah murni kecelakaan?"
Sang penguasa rapat, ketua dewan angkat bicara seolah tidak setuju dengan adanya Hyerie dalam tatanan garis keluarga Granzreich.
Alih-alih menjawab, sang putra mahkota membiarkan seseorang memasuki aula yang tersedia untuk berbicara.
"Karena saya, adalah yang memproduksi kereta itu dan saya membuat kesalahan dengan menjual kereta yang belum disiapkan secara keseluruhan"
Seseorang— pria sekitar separuh baya maju dan menjelaskan kronologi mengapa dia mengatakan bahwa dirinya bersalah. Semua orang yang ada kembali terkejut, karena kayu yang dipakai adalah kayu lama sehingga kualitasnya sudah tidak bagus mengakibatkan rusaknya kereta yang tengah mengantarkan sang gadis dan sang adam ke kediaman milik sang gadis.
"Tapi kalau memang mereka berdua terjatuh, kenapa hanya Pangeran Leonhard yang terluka parah sedangkan nona Hyerie baik-baik saja tanpa luka sedikitpun?"
Seorang dewan bertanya tentang kejadian yang menurutnya janggal. Membuat sang pembuat kereta terdiam karena dia tidak tahu.
Membuat atmosfer kembali berat, dalam diam beberapa orang mengepalkan tangannya guna menyalurkan rasa kesal. Ingin rasanya Hyerie berteriak menjelaskan semuanya tapi apa daya, apapun yang dia katakan hanya akan menjadi alasan rakyat Granzreich semakin membencinya.
"Karena— aku mendorongnya!"
Sontak seluruh orang yang hadir menengok kepada sumber suara. Meminta penjelasan atas apa yang baru saja mereka bicarakan, tak terkecuali ketua dewan.
"Yang Mulia pangeran?!"
"Leo..."
Dirasa semua tidak akan ada yang bicara, sang adam kembali angkat suara membela— ah menceritakan kebenarannya.
"Benar. Karena aku mendorong Hye-nee sehingga ia terjatuh di atas semak belukar. Tapi saat ingin melompat juga waktu yang ada sangat cepat sehingga keretanya terjatuh"
"Hye-nee juga korban! Dia bahkan hampir terantuk batu— selain itu dirinya jugalah yang memberikan pertolongan pertama sehingga tidak terjadi infeksi pada luka ku!"
Hening.
"Baiklah dengan hasil yang didapat maka, Yang Mulia Pangeran Leonhard yang akan menjadi pewaris takhta kerajaan Granzreich"
Prok... Prok... Prok...
Tepukan seorang yang ternyata berasal dari sang tertua memancing para rakyat dan dewan yang hadir hingga seketika aula dipenuhi oleh riuh suara tepukan atas terpilihnya sang pewaris.
✽✽✽✽✽✻
"Hye-nee!! Bagaimana?! Kau melihatku tadi kan?! Aku terlihat keren kan?!! Aku akan menjadi raja!!"
Tanpa menjawab, sang gadis hanya tersenyum simpul memandang sang adam yang ceria dikala tubuhnya dipenuhi oleh perban.
"Hebat sekali Leo-nii kau bahkan mengalahkan Brunie dalam mendapatkan hati Ei-nii..."
Sang adik menepuk pelan bahu sang kakak dengan raut sendu.
"Tentu saja!! Bagaimana? Apa kau sekarang akan menjadikan kakakmu panutanmu hah?? Ayo.. Ayo..."
"Ahh! Tidak tidak!"
Kembali, sang adam menggoda adiknya dimana reaksi sang pangeran termuda mengundang gelak tawa bagi para kakaknya.
"Terimakasih, Leo... Maaf unt—"
"Ooppp!!"
Perkataan sang gadis terhenti kala telunjuk sang adam mendarat pada belahan bibir mungil milik sang gadis.
"Itu bukan apa-apa Hye-nee itu adalah tugasku" singkatnya
"Tugas?"
"Ya, itu adalah tugasku untuk selalu melindungi Hye-nee bagaimanapun keadaannya. Ini adalah janjiku"
Telunjuk yang tadinya ada di tengah bibir mungil sang gadis, kidi bergerak menangkup sebelah wajah gadisnya. Mengarahkannya agar saling memandang semakin dalam.
Pelukan hangat diterima oleh sang adam, rasa terkejut tetap ada kala mengetahui bahwa gadisnya menabrakkan diri kepadanya dan mendekap erat tubuhnya.
Sore itu, semua sangat bahagia.
✽✽✽✽✽✻
Seperti biasa, seusai makan malam Hyerie akan berdiam diri di perpustakaan hingga waktu tidur. Dan kini sang adam menjemput sang terkasih yang selalu lupa waktu kala berada diantara lautan buku.
"Hye-nee memang selalu begitu, lupa pada waktu dan melupakan waktu istirahat padahal besok hari yang spesial hmmph! Lagipula apa asiknya tulisan seperti itu? Ah! Kalau aku menjadi raja sepertinya perpustakaan ditiadakan saja! Hmphh"
Ah— lihatlah sang adam menekuk wajahnya melipat bibirnya seolah menunjukkan kepada sang gadis bahwa dirinya sedang ngambek.
Pangeran Eins tolong lihat ini, yakin yang seperti ini akan menjadi pewaris takhta?
Sementara sang gadis masi berfokus kepada buku yang dia baca.
"Dua ratus tahun yang lalu dalam sejarah keluarga kerajaan Granzreich, putri Nerthus yang menikah dengan keluarga Försterei. Beliau sangat membenci perpustakaan karena terkesan gelap dan membosankan, saat dia menjadi ratu beliau memerintahkan untuk menghancurkan seluruh perpustakaan yang ada sehingga para penjaganya tidak memiliki pekerjaan lain. Namun ternyata setiap malam putri Nerthus selalu diganggu oleh bayangan gelap dan berjumlah banyak, mereka mengaku adalah penghuni dari perpustakaan yang dihancurkan oleh putri Nerthus. Sang putri diganggu habis-habisan sehingga tuan putri menjadi gila dan memutuskan untuk bunuh diri"
"Ah lihat, ada ilustrasi keadaan sang putri ketika ditemukan tidak bernyawa dan catatan bahwa dirinya diganggu oleh penghuni perpustakaan hingga gila"
Hyeri memberikan bukunya kepada sang adam, yang mengakibatkan kepanikan terpatri di wajah sang adam.
"Tidak apa, itu akan menjadi keputusanmu kalau sudah dinobatkan sebagai Raja"
"T-tunggu.. Kalau aku— tidak menghancurkan perpustakaan maka tidak apa kan? Para hantu itu tidak akan menggangu kan?"
Sang adam bertanya dengan raut ketakutan dan panik sedangkan sang gadis hanya mengangguk membenarkan perkataan sang adam. Menahan diri untuk tidak menertawakan raut ketakutan yang ditampilkan oleh tunangannya.
"Baiklah ayo, sudah larut malam"
Ajak sang gadis.
Mereka bercengkrama dengan hangat saling merangkul mengobrol santai. Menikmati waktu yang mereka habiskan bersama.
"Hye-nee!! Lihat bulannya indah!"
"Lalu, Hye-nee harus tahu kalau kerajaan Romano menggabungkan angka dan bahasa Inggris serta simbol aneh menjadi satu! Ah membuat pusing"
"Juga, kami memakan sachertorte setelah latihan bersama"
"Hye-nee harusnya melihat saat aku bernyanyi di pesta dansa"
Hingga sampailah mereka pada kamar Hyerie, sang adam ikut masuk karena Hyerie bilang dia masih memiliki sachertorte yang belum dimakan.
"Wah! Hye-nee benar memberikan aku ini?" tanya Leo
"Ah iya, aku sedang mengurangi makanan manis jadi buat Leo saja"
Keduanya duduk pada sofa yang tersedia didalam ruangan khusus milik Hyerie. Menyalakan lilin sebagai penerangan dikala gelapnya malam hari, membiarkan sang adam menikmati makanan favoritnya.
"Terimakasih Hye-nee!! Memang sachertorte itu terbaik!! Rasanya sangat manis"
"Tapi— ada yang lebih manis dibandingkan dengan sachertorte"
"Sungguh?"
Sang gadis terkejut, dia kira sang adam hanya menyukai kue manis khas dari Granzreich tapi ternyata ada yang mengalahkan kue itu.
"Iya, itu benar-benar manis dan lembut. Oh! Bahkan paçzhki dari Romano juga kalah!"
"Apa itu?"
Sang gadis menaruh bukunya dan menatap dalam sang adam yang berada disampingnya.
Alih-alih menjawab, sang adam justru menaruh tangan kirinya pada pipi kanan sang gadis. Mengelus nya perlahan dan mulai bergerak hingga menyentuh tengkuk sang gadis.
"Leo?"
Tatapan kebingungan didapatkan oleh sang pangeran, meskipun hanya senyuman yang bisa dia berikan sebagai jawaban untuk sang gadis.
Waktu terasa berhenti, sesaat sang gadis merasakan benda lembut kenyal menempel pada bibir mungilnya. Kala menyadari yang terjadi, tubuhnya berespon mendorong bahu sang adam.
Tapi sayang sekali, dorongannya tidur berefek apa-apa pada sang adam. Malah sang pangeran semakin mendorong tengkuk gadisnya agar bisa semakin menyesap bibir mungil milik sang gadis.
Sesaat setelahnya, ciuman manis itu dilepas. Dengan wajah polosnya Leo tersenyum hingga matanya terpejam.
"Itu— lebih manis dibandingkan dengan apapun"
Kacau, hati Hyerie kacau terobrak abrik oleh perkataan Leo.
"Ah! Karena Hye-nee sudah memberiku sachertorte, maka kini aku yang akan memberikan Hye-nee hadiah kecil"
"Eh? Eh— Leo tunggu—"
Sedetik kemudian, Hyerie merasa dirinya melayang. Ah ternyata Leo menggendongnya dan menaruhnya pada kasur yang ada.
Mungkin Hyerie kira ini sudah selesai namun, ini justru adalah awalnya.
Leo kembali mempertemukan bibirnya dengan milik sang gadis, dengan cepat memasukkan lidahnya dan semakin melumat bibir mungil gadisnya.
Tangannya dia gunakan untuk menahan kedua tangan Hyerie diatas kepala sang gadis dan satunya digunakan untuk menekan tengkuk gadisnya.
"Nngghh.... Nnhh—"
Sang gadis mulai mengeluarkan suaranya, membangkitkan sesuatu didalam diri sang adam.
"Nnhh... Leo—ngghhh"
Sang gadis masih berusaha berbicara kala sang adam melahap anggota tubuhnya yang dia gunakan untuk berbicara.
Hingga akhirnya Leo menjauhkan wajahnya melepaskan tautan sehingga nampak seutas saliva yang menghubungkan kedua belah pihak.
Bugh...
"Mesum!"
Sang gadis memukul adamnya menggunakan bantal kecil yang ada sembari menutupi wajahnya.
"Maaf..."
"Sudah malam, kembalilah ke kamar... "
Sang gadis memberi perintah seolah dia tidak peduli kepada adamnya padahal dia sangat khawatir sang pangeran akan terlambat bangun esok hari.
"Ah iya. Selamat malam Hye-nee!"
Sang adam pergi meninggalkan sang gadis yang salting.
"Malam... Leo"
✽✽✽✽✽✻
Cuit burung bersautan seolah berusaha membangunkan sang gadis dari mimpi panjangnya. Sang gadis yang telah bersiap kemudian keluar kamarnya untuk menemui sang kekasih hati.
Tapi, yang didapat adalah adik dari sang adam mendatanginya dengan raut sendu.
"Selamat pagi nee-san! Ah! Maaf kami belum menemukan titik terangnya" ungkapnya dengan nada sedih
"Licht, kenapa?" kebingungan memenuhi kepala sang gadis
"Licht, lihat Leo?"
Pertanyaan sang gadis justru dibalas pelukan dari sang pangeran termuda. Bahunya bergetar menahan tangis meski akhirnya isakan kecil keluar.
"Licht?"
Kebingungan terpatri namun dirinya memeluk sang termuda yang sudah dia anggap seperti adik sendiri. Mengelus bahunya tapi isakannya justru semakin kencang.
"Maaf... Nee... Kami tidak bisa menemukannya saat ulangtahun mu"
Kala kebingungan semakin besar, sang tertua datang membawa selembar kertas.
"Pan—"
Ucapannya terhenti kala sang kakak mengisyaratkan agar sang gadis tidak memanggilnya.
"Maaf... Leo-nii belum bisa kami temukan"
Ah...
Sekumpulan ingatan tiba-tiba memasuki kepalanya, membuatnya mengingat kembali kejadian yang terjadi.
Sang tunangan, Leonhard dikabarkan menghilang dalam perjalanan pulang dari negeri seberang. Sudah sekitar 10 hari sang tunangan belum ditemukan.
Dan hari ini, hari ulang tahunnya dihabiskan dengan menangisi fakta yang ada.
Pangeran Eins, sang tertua cukup bersedih karena kehilangan adiknya yang merupakan calon Raja bagi Granzreich.
'Kumohon... Biarkan kami bertukar posisi' ucapnya dalam doa yang dipanjatkan.
Bahkan sang Genius berharap agar sang Lily putih kembali pada pelukan gadisnya.
Fin~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro