Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11. kembar


"Aku gamau kerja,"

"Kerja!"

"Enggak!"

Pagi-pagi begini, [Name] dibuat sulit oleh Supra yang mendadak manja, tak ingin bekerja dan hanya ingin bersama [Name] seharian.

Padahal kan, harusnya [Name] yang begini. Gak Supra banget kalo gini. Makin buncit perut [Name], semakin jadi juga tingkah Supra.

Supra memeluk pinggang istrinya erat. Tak ada niatan untuk bangun dari ranjang dan bersiap untuk pergi bekerja. Malah, dia kembali menarik selimut sambil memeluk istrinya.

"Bangun, mandi, sarapan, kerja."

Sebenarnya mereka sudah bangun shubuh tadi, dan biasanya setelah shubuh Supra langsung mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. [Name]? Tidur dulu lah sebentar.

Tapi kali ini beda, setelah shubuh Supra malah kembali ke ranjang dan menarik selimutnya. Kan [Name] jadi bingung.

"Enggak. Hari ini aku mau di sini aja."

Supra kembali memejamkan matanya, bersiap untuk menuju alam mimpi sekali lagi―jika saja istrinya itu tak menjewer kupingnya.

"BANGUN!"

Siswa TK dan SD hari ini sudah mulai libur, berbeda dengan siswa SMP, dan SMA. Mereka masih harus masuk sekolah. Supra selaku guru mereka tentunya juga harus masuk sekolah untuk mengajar.

"[Name], pinggangku sakit. Diem."

"Ya aku juga, emang cuma kamu yang pinggangnya bisa sakit? Lemah."

Sebal [Name], tuh. Sama sebalnya kayak Iwan sebal ke Supra. Emang udah satu hati banget nih [Name] sama Iwan.

Diejek lemah oleh istri sendiri, Supra langsung bangun―memperbaiki posisinya menjadi duduk dan menatap sang istri.

"Kamu yang lemah. Tiap datang bulan aja ngeluh sakit terus. Lemah."

Duh, [Name] jadi gak tahan diri buat jambak rambutnya, kan. Andai Supra tau penderitaan [Name] selama sedang datang bulan. Sakit banget padahal.

"Kamu cowok, sih."

"Kalo aku cewek, gak mungkin aku nikah sama kamu sekarang."

Benar juga.

Supra ini kenapa pinter banget kalo urusan ngajak ribut orang, sih. Mulutnya tuh beneran minta dilakbanin. Ngatain Iwan mulutnya perlu dilakban, padahal Supra sendiri juga sebelas-dua belas sama Iwan―mulutnya.

"Aku gak mau tau, pokoknya kamu bangun, terus kerja. Gak ada alasan macem-macem lagi."

Supra mengerucutkan bibirnya tak terima. Setelah [Name] berkata seperti itu, dirinya malah sengaja kembali merebahkan tubuh di ranjang dan menutup mata. Makin bikin [Name] emosi.

"SUPRAAAA!"

"Berisik,"

Duh, virus Ice sama Glacier kenapa bisa nempel di Supra? Perasaan kemarin Supra gak ketemu mereka.

Dengan paksa dan sekuat tenaga, [Name] dorong tubuh Supra sampai jatuh dari ranjang. Terserah jika disebut apa, pokoknya [Name] kesal dengan Supra pagi ini.

"Aku gak inget aku pernah nikahin kebo."

Supra mau emosi, tapi tahan.

―――GURU; B. SUPRA――

"Kenapa, sih, Sup? Muka lo kayak orang punya utang banyak."

Saat ini, Supra sedang berada di rumah salah satu saudaranya. Setelah tadi ia bekerja hanya mengajar tiga kelas saja, sehingga pulang cepat―namun tak pulang ke rumah, melainkan ke rumah saudaranya yang sudah menikah.

"Bang, diem deh. Gue mual."

"Sakit lo?"

"Enggak."

"Lah, terus kenapa?"

"Gapapa."

FrostFire tahu sekali, jika sudah begini pasti Supra sedang kenapa-napa. "Napa, sih?"

"Gapapa. Mual dikit."

"Kok bisa?"

"Namanya juga hamil."

"...."

Bentar, otak FrostFire ngelag. Supra? Hamil? Cowok? Hamil? Hah gimana-gimana? Otak FrostFire gak nyampe, nih.

"Lo cowok anjir, gak bisa hamil."

"Lah, yang bilang gue hamil siapa? Gue cuma bilang 'namanya juga hamil' tuh."

Enggak salah, sih.

"Gue kena gejala bumil juga. Emang pas istri Abang hamil, Abang gak kena ini?"

"Alhamdulillah, enggak. Lo banyak dosa, sih. Makanya kena."

Betul, FrostFire mah anak baik-baik. Dulu waktu kecil selalu ke masjid paling pertama buat perang sarung sama jajan di depan gitu―eh, maksudnya buat les ngaji.

Gak kayak Supra. Waktu kecil bolos les ngaji, malah main kartu pokemon. Akhirnya sama si bapak pernah sekali dipantau anak-anaknya, beneran les atau bolos.

Eh tapi sama gurunya dibocorin kalo Supra sama Gentar sering bolos, xixixi. Sampe rumah sama si bapak dimarahin, lah.

Gak tau, kenapa gedenya si Supra malah jadi MasyaAllah kayak begini walau rada Astaghfirullah.

"Paaaa."

Bayi mungil itu merangkak ke arah FrostFire dengan cepat, senyum lebarnya tercetak jelas di wajah tembam miliknya. Setelah sampai di sana, matanya memberi kode kepada FrostFire untuk memangku dirinya.

"Eh, eh, eh! Sopan jagoan Papa udah bangun? Kok bisa kamu turun dari kasur?!"

Yah, gimana sih bapak. Orang tadi anaknya ketiduran di lantai bukan di kasur.

Bayi itu tak menjawab, hanya diam saja ketika sang ayah memangku dirinya dan berhadapan dengan salah satu om-nya.

Matanya nampak menyipit, dia merasa familiar dengan wajah pria di hadapannya. Sebelum akhirnya, kepalanya itu dia dongakkan ke atas―melihat wajah pria yang saat ini sedang memangkunya.

'... Lah, sama?!'

Bolak-balik ia melihat wajah pria di hadapannya dan pria yang memangkunya. Agaknya, dia kebingungan. Yang mana bapaknya.

"Eughh...."

Dia mulai merengek saking kebingungannya. Supra yang menyadari hal itu langsung mengangkat suara. "Bang, anak lo."

"Anak gue kenapa? Ganteng, ya?"

"Mau nangis anjir."

Duh, pengen deh Supra lempar sepatu muka jeleknya FrostFire itu.

"Hahaha, biarin aja. Dia kalo nangis juga tiga sampe lima detik kemudian juga diem lagi. Makanya, kita gak begitu kerepotan. Supra sendiri, nanti punya anak kembar kayaknya bakal repot, deh."

"Waktu tidur gue berkurang ya, Bang?"

"Gapapa dong. Lo jadi alasan buat begadang malem-malem, jagain si kembar."

"Iya juga...."

Supra ngangguk-ngangguk aja. Sebelum dirinya merasa ada sesuatu yang aneh dari perkataan kakaknya itu.

"... Bentar, jagain apa tadi?"

"Si kembar???"

"Hah? Anak gue kembar tau dari mana?"

FrostFire mengerutkan keningnya, "lah, tadi bini gue baru dikabarin sama bini lo."

"... Gue gak dikabarin."

"Lah, lo belum tau?"

"Belum."

"Kabar geude kayak begini lo suaminya belum tau?!"

"Enggak. Gue gatau anak gue kembar."

"...."

"Hah, beneran kembar?"

"Kenapa lo gak pulang sekarang buat mastiin sendiri?"

Supra langsung bangkit dari sana, ia mengambil jasnya yang diletakkan di sofa untuk dipakai kembali, dan segera pamit untuk pulang.

"GUE PAMIT BANG!"

Teriaknya setelah keluar dari kediaman FrostFire.

Sedangkan FrostFire hanya tertawa geli mendengarnya. "Yaelah, mau aja ditipu. Beres, deh. Gak ada tamu lagi. Sekarang tidur."

FrostFire, kamu enggak tau aja. Omonganmu itu beneran kejadian.

_______

Haloo lagie 👀

Sbenarnya inie ide yang tiba-tiba muncul tadi malem sekitar jam setengah satu. Aku kebangun karena pinggangku sakit 😔 ternyata sakit haid. Akhirnya kutulis jam segitu, eh ketiduran di tengah-tengah. Untung enggak kepencet publish WAKAKAK

FrostFire mulutnya ini rada rada gitu, ya. Niat hati buat ngusir supra biar gak ada tamu di rumah, eh malah beneran 👀

Iya guys, anak supra kembar dua. Cewek-cowok. Nanti plus iwan jadi tiga /heh

See u habis maghrib!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro