04. bocah
Kadang-kadang Supra jemput [Name] kalau di hari itu dia tak ada jadwal mengajar lagi, cukup sampai di jam dua belas saja. Seperti saat ini misalnya. Dia sudah berada di gedung TK untuk menjemput istri tercinta.
Pengennya, sih, teriak gitu kan manggil istrinya kayak 'SAYAAANG!' tapi banyak wali murid anak TK, say. Jaga image lah, dia. Terakhir, kakaknya―FrostFire―teriak kayak gitu pas jemput istri, eh, malah viral di TV.
'Viral! Suami rindu istri sampai teriak-teriak!'
Kan yang malu Supra.
Tapi, ya, tapi niiih. Supra tuh paling gak suka kalau pas sudah sampe, dia liat istrinya lagi ditempelin bocil cowok yang emang sering dijemput telat.
Kenapa? Itu, loh. Supra sering banget denger bocil itu ngomong, 'kalo udah gede, nanti saya nikahin Bu Gulu!' kan Supra jadi kepanasan gitu. Mana sama [Name] diiyain lagi.
Makin panas, lah.
Hadeh, gak Supra, gak Iwan, gak bocil, semuanya diembat sama [Name].
Sekarang saja, bocah itu sedang berada di pangkuan [Name], menunggu mobilnya datang menjemput. Terlihat jelas di wajahnya ia nampak bahagia dan tak mau turun dari pangkuan [Name].
Kan Supra jadi gimana gitu. Haduh, masa saingan lo bocil sih, Sup.
Segera saja Supra hampiri sepasang guru dan murid Tk itu. Dia menepuk bahu sang guru agar guru itu menyadari kehadirannya.
"Belum semuanya pulang?"
"Lo―eh, Mas. Iya, dia belum dijemput, nih. Gapapa kan nunggu?"
Maunya sih nolak, tapi gak enak. Akhirnya sama Supra diiyain. Dia ikut duduk di samping [Name]. Diem-diem, dia bisa liat muka bocah yang ada di pangkuan [Name] keliatan gak suka.
Supra sih 'berusaha' gak peduli ya. Toh [Name] sudah secara resmi punya dia. Enggak kayak Iwan atau bocah ini yang asal nge-cap aja.
"Udah makan?"
Niat Supra basa-basi dikit. Dia gak begitu bisa bawa topik kalau ada bocah kecil begini. Karena dia harus filter ulang dulu omongan yang mau dikeluarin. Takut nanti ada kata atau kalimat yang seharusnya enggak didengar sama anak TK.
"Udah! Tadi Bu Gulu makan sama saya."
Bukan [Name] yang jawab, tapi si bocah. Mana [Name] langsung dipeluk erat gitu. Bikin Supra greget mau zxcvbnm-in si bocah.
"Hahaha, iya. Aku udah makan bareng dia. Mas bekalnya udah dimakan juga, kan?"
Supra mengangguk. "Iya, sudah. Hari ini juga enak rasanya. Makasih, [Name]." jaga image dulu lah Supra. Ada bocah di sini. Kalau gak ada, Supra udah gas ngueng peluk.
Saat Supra merespon ucapan [Name], si bocah langsung berkomentar. "Wah! Bu Gulu bisa masak?! Saya juga mau cobaaa!"
'Anj-' enggak. Supra anak baik. Gak boleh ngatain anak kecil yang masih polos. Inget, dia cuma anak kecil.
"Iyaa dong. Tiap hari Ibu selalu masak buat Pak Supra. Kamu mau cicipin masakan Ibu?"
Walah, malah dipanasin si Supra.
"Boleh?!"
"Boleh, dong. Besok Ibu bikin ekstra lebih buat kamu, gimana?"
Tentu. Bola mata bocah itu berbinar terang, menandakan ia sangat senang mendengar penawaran dari [Name]. Dia mengangguk setuju, lalu kembali memeluk [Name].
"Makasih, Bu Gulu! Kalo udah gede nanti, saya mau nikahin Bu Gulu!"
Informasi saja. Sampai sekarang, bocah itu tidak tahu jika Pak Supra adalah suami sah Bu [Name]. Yang dia ketahui, mereka berdua itu keluarga, seperti sepupu misalnya.
"Kalo misal Bu [Name] nikah sama yang lain?"
"Saya nanti nangis...."
Aduh, Supra. Bocah kayak gitu gak usah digituin pikirannya.
―――GURU; B. SUPRA―――
"Itu siapa sih orang tuanya?"
Supra mengerutkan alisnya sebal. Bocah itu sudah pulang, sekarang mereka berdua berada di mobil menuju ke rumah.
"Maksudnya yang tadi?"
"Iya."
"Loh, kukira Mas tau. Itu kan, Adeknya Iwan yang paling kecil."
Detik itu juga, Supra ngerem mendadak. Untungnya jalanan lagi sepi. Cuma [Name] kejedot aja.
"... Adek?"
"Iya. Iwan kan lima bersaudara, Adeknya ada empat. Nah, yang sama aku tadi itu Adeknya Iwan yang paling kecil."
Supra pikir saat Iwan bilang dia anak sulung, itu sebuah kebohongan. Nyatanya memang si sulung. Aduh, muka-mukanya kayak muka anak bungsu gitu, sih.
"Gak Adek, gak Kakak sama aja."
"Hahaha, sabar ya, Mas. Aku gak akan berpaling, kok. Paling dikit, sih."
Hush, [Name]. Sengaja banget mau bikin Supra kepanasan.
"Dikit? Maksud kamu? Saya butuh penjelasan." tiba-tiba, gaya bicara Supra berubah. Gaya bicaranya seperti sedang berbicara dengan salah satu muridnya.
"Enggak. Tadi salah ngomong."
"Salah atau sengaja?"
"Dua-duanya, kali, ya?"
Gapapa. Supra itu sabar. Apalagi kalo sama [Name]. Dia sabar buanget. Ada untungnya juga saudaraan sama Glacier.
_____
Gak Iwan, gak adeknya sama aja. Ayo tebak siapa nama adeknya. Namanya juga lokal, depannya O /heh
Nanti didebutin nama bocahnya di gak tau chap berapa.
kayaknya chap ini agak pendek? WKWKWKW tapi chap berikutnya bakal balik kayak biasa lagiii.
akuu besok ada uprak ulang, cuma satu aja sih. whsiejs kapan aku loeloes uprak yang satu ini. semangatin aku murojaah guys.
See u rabu!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro