Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. jepit rambut


"Siang, Pak!"

"Y."

"Waduh, duh, duh. Jangan galak-galak gitu dong, Pak. Saya kesini mau pamer."

Supra; selaku guru yang diajak ngobrol itu menghela napasnya lelah. Tiap siang pasti dirinya selalu diganggu oleh salah satu anak muridnya.

"Wan, kamu tuh mau lulus. Belajar yang bener, belajar buat persiapan masuk kuliah, buat ujian sekolah juga. Jangan ganggu saya terus."

Iwan―murid 'kesayangan' Supra―terkekeh mendengar ucapan gurunya itu. Nilainya memang bisa dibilang tidak baik untuk saat ini. Kemungkinan dia ulang kelas juga ada karena sering sekali alpa dan nilai kecil.

"Saya kesini cuma mau pamerin ini doang sih, Pak. Habis itu saya balik ke tongkrongan."

Iwan mengeluarkan jepitan rambut model kupu-kupu berwarna merah muda untuk ditunjukkan kepada Supra―sengaja, ingin melihat reaksi tak suka gurunya itu. Namun, Supra malah mengerutkan alisnya tak mengerti.

"... Lah, Bapak gak tau ini apa?"

"... Jepitan rambut??"

"Ya bener, sih. Tapi masa barang bersejarah kayak gini aja Bapak gak tau?! Bapak beneran suaminya Bu [Name] gak, sih?"

Supra semakin mengerutkan alisnya. Ketika Iwan berkata 'Bapak beneran suaminya Bu [Name] gak, sih?' Supra langsung mencurigai jika jepitan rambut itu milik istrinya.

"Dari mana jepitan itu?"

"Hehehe~ Bu [Name]."

Tuh, kan.

Supra langsung merebut barang itu dari tangan muridnya. Membuat sang murid sedikit terkejut sekaligus tak terima.

"Loh, Pak?! Itu punya saya, gak boleh asal rampas begitu."

"Ini punya istri saya. Kok bisa ada di kamu?"

"Yaa dikasih??"

"Bohong,"

"Duarius, Pak."

Iwan menunjukkan wajah seriusnya pada Supra, matanya menatap Supra dengan tatapan seolah berbicara 'Pak, saya bisa ceritain detail.' kepadanya.

"... Haish. Ceritain. Kalo bohong, nilai sikapmu saya turunin jadi D." Sekedar informasi saja, nilai sikap Iwan sudah C di kertas-kertas Supra.

Iwan mengangguk, "ekhem! Jadi saya dapat ini dari Bu [Name] pas bolos jam Fisika, keluar makan Mie Ayam. Bu [Name] mau pulang ke rumah karena anak TK sudah pada pulang. Saya manggil Bu [Name], terus saya ajakin makan bareng. Tapi Bu [Name] nolak. Ya sudah saya diem aja."

"Enggak menjelaskan kenapa jepit rambut itu ada di tanganmu. Oh, kamu bolos di jam pelajaran saya? Gak heran. Hari ini saya alpa-in kamu."

"... Tch,"

"Apa tcah tcih tcah tcih?"

Iwan langsung kicep. Salah dia sendiri, sih, ngaku kalo bolos pas pelajaran fisika di depan guru fisikanya langsung.

"... Pas makan Mie Ayam, poni saya yang udah kayak rambut saya ini ganggu. Akhirnya sama Bu [Name] dikasih jepit rambut buat singkirin poni saya. Biar lebih enak makan Mie Ayam nya. Ululu, Bu [Name] perhatian banget."

Emang cari mati Iwan ini.

Supra mendengus sebal―yang tentunya itu terlihat menyenangkan bagi Iwan. Karena ia berhasil membuat Supra sebal lagi padanya.

"Kamu ini hobi banget bikin saya kasih kamu nilai D. Kamu suka nilai D? Biar saya isi nilai kamu jadi D semua."

"Hehehe, jangan gitulah, Pak. Saya ini anak pertama."

"Saya anak ketiga."

"Gak ada yang nanya sih, Pak. Hehehe."

"Saya juga cuman ngasih tau."

Apasih.

―――GURU; B. SUPRA―――

Sorenya, Supra kembali ke rumah dengan mood yang cukup hancur karena Iwan. Dirinya sebal saja, dan sedikit cemburu karena Iwan diperhatikan seperti itu oleh [Name].

Mana [Name] sempat bilang kalau dia juga lumayan tertarik sama bocah ingusan―bagi Supra―yang kayak Iwan gitu.

[Name] tentunya merasa kebingungan ketika melihat suaminya yang masuk dengan suara kecil tanpa semangat itu. Apalagi suaminya ini langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Padahal biasanya dia akan berlari menghampiri [Name]―dan memeluknya erat dari belakang.

"Capek?"

"Hn,"

[Name] terkekeh. Dia duduk di samping Supra, lalu menepuk-nepuk bahu suaminya itu.

"Iwan, ya?"

"Hn,"

Tanpa bertanya lebih lanjut lagi, sekarang [Name] tahu apa penyebab suaminya jadi seperti ini. Ini pasti karena jepit rambut yang ia pinjamkan pada Iwan tadi siang, tepat sebelum para guru SMP dan SMA istirahat.

"Maaf, maaf. Jepit rambutnya juga cuma ku pinjemin, kok. Besok dia bawa."

"Gak perlu. Nih, udah kubawa."

Supra mengeluarkan jepitan rambut itu dari kantongnya. Dia letakkan di meja ruang tamu, lalu kembali memejamkan matanya.

"Kamu marah?"

"Sedikit."

"... Sebel?"

"Sedikit."

"Gak suka?"

"Agak."

"... Oh, cemburu?"

"... Iya, banget."

Setelahnya, pria itu langsung meninggalkan sang istri di sana. Dirinya menuju ke kamar untuk mandi sebelum langit berubah menjadi gelap.

[Name] yang masih berada di situ hanya diam. Jika sudah seperti ini, pasti membujuk Supra akan sangat sulit. Seperti membujuk anak kecil.

"... Waduh. Ini semua karena Iwan."

Iwan, sikapmu gak sopan, Wan. Kamu bikin orang jadi ada masalah rumah tangga.

Selesai mandi, Supra langsung turun ke bawah untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh istrinya. Aroma masakan tercium di hidungnya―dan bisa ia tebak, itu aroma makanan favoritnya. Pasti [Name] sedang mencoba membujuk.

Heh, Supra gak akan tergoda.

"Loh, sayang? Kok diem aja disitu? Sini turun, malem ini aku bikin makanan favorit kamu. Makanya, duduk aja dulu yang anteng."

Tuh, kan. Mana berubah jadi lembut gitu lagi, fiks sih. Ini [Name] sedang mencoba bujuk Supra.

"Bosen kalo duduk doang."

"Terus harus apa biar gak bosen? Aku lagi masak."

"Cium, peluk."

"... Aku lagi masak, Mas Supra."

"Emang cium, peluk harus pas gak masak, ya? Kan tetep bisa masak."

"Ya kan aku geraknya susah!"

Pria itu tak peduli. Dia malah menghampiri istrinya yang sedang memasak itu, lalu memeluknya erat dari belakang, dan memberi kecupan-kecupan kecil pada leher hingga bahunya.

"Gamau tau. Aku lagi sebel, cemburu berat. Aku mau dimanjain malem ini."

"PERGIII!"

Tuh, kan. Supra itu kalau lagi mau dimanja dan lengket pasti tak akan melepaskan [Name] sampai dia puas.

"Gak mau. Kamu fokus masak aja."

"Mana bisa fokus kalo begini?!"

_______

iwan, iwan. tingkahmu meresahkan, wan.

Hem, hem, sebenarnya iwan gak berniat ngerebut nem, sih. iwan cuma suka aja liat muka sebel supra. makanya dia tuh begitu terus. FYI aja, dia cuma bolos di mapel supra. di mapel lain dia hampir gak pernah bolos.

emang suka cari gara-gara aja sama supra. ya istilahnya kayak betmen sama joker gitu, lah. eh, agak beda, sih.

selamat malem senin, inget, besok senin. aku akan balik untuk mencerahkan sedikit senin kalian.

see u besok!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro