Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5🍭


Gadis itu mengipas-ngipas wajahnya menggunakan tangan. Butir-butir keringat bercucuran dari pelipis di balik topi abu-abunya. Mengangkat pergelangan tangan hingga sejajar dengan dada, melirik jam yang melingkar di sana. Sudah lebih dari dua puluh menit dan upacara pagi ini belum juga selesai.

Kepala sekolah masih terus berbicara dan tak memedulikan wajah bosan murid-muridnya. Sesekali ia berkata dengan tegas dan menegur anak yang ribut di sana-sini.

Bunyi suara dari mesin otomatis menandakan sudah memasuki jam pelajaran pertama. Setelah sepuluh menit terlewati, barulah si pria paruh baya dengan perut buncit di atas podium itu menyudahi amanatnya.

Setelah menyanyikan salah satu lagi wajib dan doa bersama, barisan dibubarkan. Aurel bergegas ke pinggir lapangan, di mana tempat ia menaruh tas. Menunggu beberapa saat sampai keadaan di sekitarnya renggang, lalu mulai berjalan ke kelasnya.

Aurel berjalan pelan sambil bersenandung di dalam hati. Saat akan melewati koridor yang mengarah ke deretan kelas sebelas, ia memberhentikan langkah dan iseng melihat ke samping.

Matanya berbinar mendapati Alfi sedang bersama dua temannya. Aurel menunggu, sambil berharap pria itu akan menoleh.

Dan, benar saja! Pria itu menoleh dan kaget begitu melihat Aurel. Alfi pun melayangkan senyum tipis. Dan diikuti Aurel dengan sebuah anggukan.

Kejadian itu bahkan tak sampai semenit. Tapi mungkin sanggup membuat Aurel tak menghilangkan senyumnya sampai jam istirahat nanti.

"Bil, Bil!" teriak Aurel histeris pada gadis yang sedang berjalan pada tempat duduknya. Syabila yang terkejut berbalik dengan cepat.

"Apa? Kenapa? Ada apaan?!" Syabila dengan tas yang masih di punggung, bertanya tak kalah histeris.

"Demi apa?! Kak Alfi senyumin gue!"

Syabila rasa-rasanya ingin memukul kepala perempuan di hadapannya sekarang. Ia menarik napas panjang, ini masih pagi dan gadis itu tak ingin mengawali hari dengan mengomel tak jelas. Memaksakan senyum sebentar pada Aurel, sebelum akhirnya ia menaruh tas dan duduk di bangkunya.

Aurel yang merasa tak dipedulikan, ikut duduk di samping Syabila dan menggoyang-goyangkan tangannya.

"Gue seriusan, Bil. Beneran."

"Lo-"

"Dia senyumin gue, padahal lagi sama dua temennya!"

"Lo-"

"Sumpah gue seneng banget, Syabila!"

"Lo-"

"Lo tau kan koridor yang arah ke kelas sebelasan?"

"Lo-"

"Nah, di situ kan gue berhenti sebentar, trus tetiba liat dia dan kita saling senyum gitu dong masa!"

"Lo-"

"Coba kalo lo ada di situ pasti lo tau gimana senengnya gue!"

"Aurel dengerin gue ngomong dulu, bisa gak sih!" teriak Syabila yang sudah tak bisa menahan kekesalannya lagi.

"Apa?"

"Bisa nggak sih lo gak terus ngomongin nama Alfi, Alfi, dan Alfi? Bosan tau! Yang lain, kek. Kuping gue sakit dengerin nama si kakel playboy itu, tau!" ketus Syabila yang diawali dengan helaan napas.

"Halah," Aurel mengibaskan tangannya. "Baru juga seminggu gue omongin dia, udah bosan aja. Gak seru ah!"

"Serah lo!"

Aurel mulai mengeluarkan buku-buku untuk jam pelajaran pertama. Teringat sesuatu, ia menyikut lengan teman sebangkunya yang sedang menulis roster di buku.

Syabila menoleh, melayangkan tatapan lasernya. "Apa lagi?"

"Bil, lo perlu ingat kalo Kak Alfi itu bukan playboy."

Syabila berhenti dari aktifitasnya. Memaksakan senyum pada Aurel sekali lagi. "Aurel sayang, lo itu murid baru di sini. Lo nggak tahu gimana Kak Alfi yang sebenarnya-"

"Lo juga murid baru, Bil. Dan lo juga nggak tahu Kak Alfi itu gimana." Aurel lalu meregangkan tangannya. "Huft! Gimana negara ini mau maju, kalo penduduknya aja masih percaya sama gosip murahan," cibirnya.

Mendenggar itu membuat Syabila memutar matanya. "Ter-se-rah! Jangan nangis ke gue aja kalo di-PHP-in!" Gadis itu lantas kembali menulis.

"Ngeselin!" dengus Aurel.

🐛🐛🐛

Aurel menarik lengan Syabila dan berjalan dengan cepat ke kantin. Bukannya takut tak mendapat tempat duduk, tetapi lebih ke pada agar dapat melihat Alfi sebelum terhalangi murid yang lain.

Syabila masih tak mengalihkan atensi dari ponselnya. Gadis itu sedang membaca cerita di Wattpad, tentu saja. Mengabaikan Aurel yang menggandeng tangannya sedari keluar kelas.

Kantin masih sepi, hanya ada beberapa murid. Aurel melirik jam di dinding sebelah kanan. Masih lima belas menit sebelum bel istirahat kedua dibunyikan. Kelasnya memang sudah lebih dulu keluar karena Pak Tom—guru Fisika—sedang ada urusan mendadak.

"Sampai!" tukas Aurel, mendudukkan temannya itu. Ia memilih duduk di depan Syabila, agar dapat memudahkannya melihat ke arah pintu masuk kantin bagian utara.

Syabila hendak beranjak, tetapi terhenti karena pertanyaan Aurel. "Mau kemana?"

"Ya, mau ke mana lagi? Mesenlah!"

Aurel menarik tangan Syabila keras, hingga gadis itu kembali duduk. "Jangan dulu!"

"Ntar keburu banyak, Aurel."

"Biar gue yang mesen."

"Bener, ya?" Syabila mengacungkan jarinya tepat di depan wajah temannya itu, dibalas anggukan mantap Aurel.

Detik demi detik berlalu, kedua gadis remaja kelas sepuluh itu menduduk, sibuk dengan ponsel masing-masing. Aurel men-scroll timeline Instagramnya, ketika sebuah tanda 'ting!' berbunyi. Kedua sudut di sisi mulutnya melebar. Ia menggeser layar, mendapati penghitung mundur yang sempat ia buat tadi berjalan dengan baik.

"Gue mesen dulu!" seru Aurel semangat, membuat Syabila menaikkan sebelah alis dan mengamatinya beberapa saat.

Selang beberapa menit, Aurel kembali duduk dan tersenyum manis. Matanya terus mengarah ke pintu masuk, menanti kedatangan seseorang. Bertepatatan dengan datangnya Abang penjual bakso, masuklah Alfi ke kantin bersama teman-temannya.

"Makasih, Bang," ucap Aurel begitu si Abang-abang tersebut pamit pergi. Sepertinya pria setengah baya itu merasa agak bingung dengan senyuman Aurel yang kelewat lebar.

Gadis berkuncir satu itu terus melihat Alfi sampai pria itu sudah duduk dan bersiap menyantap makanannya.

"Itadakimasu!" kata Aurel dengan senyum lebar dan mulai memakan bakso telurnya. Begitu pun dengan Syabila.

Sesekali mata Aurel melirik ke arah kakak kelasnya itu. Aurel senang, berhasil duduk di tempat ini. Karena ini merupakan bangku paling strategis yang bisa membuatnya leluasa mengamati Alfi tanpa ketahuan oleh pria itu.

Entah apa yang dibahas Alfi dan teman-temannya sehingga membuat tempat duduk mereka terlihat  sangat rusuh. Aurel senang melihat bagimana Alfi mengeluarkan lelucon, ia suka dengan pandangan jahil pria itu untuk para temannya, dan yang menjadi favoritnya adalah caranya tersenyum dan tertawa.

Alfi yang tersenyum tampak mirip seperti tokoh kartun kesukaan Aurel, membuat gadis itu ingin terus melihatnya. Tawanya sangat lepas dan tanpa beban, seperti anak kecil yang diberikan permen. Melihat itu seolah Aurel bisa kembali tenang dari tugas-tugas menguras tenaga dan pikiran yang tadi dikerjakannya. Ia merasa sangat bersyukur bisa melihat senyuman itu hari ini.

"Sebenarnya gue seneng, sih, liat lo senyum kek gitu. Tapi bisa gak jangan terlalu lebar? Malu gue, diliatin orang. " Syabila meringis. Perempuan itu menarik napas. "Kadang, ya, gitu. Bahagianya pake banget, padahal cuman liat orang yang disuka ketawa, dari jauh pula."

Aurel terdiam sebentar. Lantas menganggukan kepalanya setuju. "Ya, emang gitu."

🐛🐛🐛

Ku tak ingin banyak bacot :')
Btw, ini nulisnya ditemenin Two of Us-nya Lou. Siapa yang dah denger?????
Lagunya sedih bat dah T.T Tambah sedih pas tahu Fizzy udah dipanggil duluan sama yang di Atas.
I'll be living one life for the three of us, right? ;')
Rest in Peace, Fizzy😞😇

18 Maret 2019
~zypherdust💋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro