Chapter 28🍭
Aurel melangkah ke luar bersama dua temannya dari ruang bioskop. Syabila di samping kanan tengah menggandengnya. Sementara Dion di samping kiri sibuk dengan benda persegi panjang dalam genggamannya.
"Makan, yuk. Laper nih gue," ajak Syabila. Menarik tangan Aurel untuk dibawanya mencari tempat makan di dalam Mall. Dion hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari mengikuti dua gadis itu. Tangannya ia masukkan ke dalam saku celana dengan gaya jalan bak model. Ditambah wajahnya yang memang di atas rata-rata, membuat beberapa cewek yang mereka lewati terus melirik ke arah cowok itu.
Terus terang Dion menikmatinya. Ia sengaja menunjukkan senyum tipis, membuat beberapa gadis kini mulai berbisik-bisik. Sampai akhirnya Syabila yang awalnya berjalan di depan bersama Aurel, menarik paksa cowok itu karena kesal dengan tampang sok kerennya.
Jadilah mereka bertiga terus berjalan dengan posisi Syabila yang menggandeng tangan Aurel juga Dion. Syabila sengaja mempercepat langkah, sebab perutnya sudah berbunyi sedari tadi. Aurel yang memang tidak tahu malu, tidak menyadari tatapan aneh dari sekitarnya. Lain hal dengan Dion yang harus menunjukkan senyum canggung setiap kali bertatapan dengan orang-orang di sepanjang perjalanan mereka menuju kedai sushi.
Selang beberpa menit, berbagai macam sushi sudah tersedia di meja Aurel dan teman-temannya. Syabila yang memang sudah lapar langsung menyomot salah satu ke dalam mulutnya. Aurel sibuk dengan ponsel. Dan Dion sempat mengambil gambar makanan mereka beberapa kali dengan dua macam filter Instagram, yang kemudian dipilihnya foto yang lebih keliatan estetik untuk diunggah di instastory.
radiikrana
Inget gue nggak?
Ehm, gak deh keknya😂
Gue yang waktu itu nolongin lo.
Aurel menaikkan sebelah alisnya. Merasa bingung dengan pernyataan orang ini. Ia pun mengetik balasan.
Hah? Kapan?
Waktu lo jadiin gue tameng buat sembunyi dari sesorang, yang entah siapa -,-
Aurel membuka mulut sambil bergumam. Dia ingat sekarang. Seorang cowok tinggi yang waktu itu sempat menolongnya sembunyi dari pandangan Alfi. Tetapi ia tidak pernah berpikir kalau cowok ini akan mengirim pesan padanya.
Ah gue inget, wkwk.
Bagus deh.
Syabila yang menyadari Aurel sibuk sendiri dengan ponselnya, menyikut gadis itu. "Ngapain sih?"
"Ah, nggak." Aurel mematikan ponsel dan menaruhnya asal di atas meja. Kemudian meraih sumpit dan mulai mengikuti gerakan teman-temannya mengambil sushi.
"Jadi, apa niat lo sebenarnya ngajak kita keluar? Pake sok-sokan kasih alasan beli alat tulis buat ujian segala, lagi," sindir Dion setelah menelan sushinya.
"Dan nggak ada angin gak ada hujan tetiba mau aja traktirin kita. Tumben banget kan?" tambah Aurel seraya menatap Dion meminta persetujuan.
Dion mengangguk dan kembali bersuara. "Sushi kali ini juga traktiran lo, kan?"
Syabila memutar mata. Mendesah sebentar sembari menyandarkan bahu dengan mulut yang bergerak. Ia mengedikkan bahunya. "Anggap aja penebusan dosa, biar besok ujian gue lancar."
"Hah?"
"Apaan, dah," sambung Dion.
Syabila menaruh kembali sumpit. Melipat tangan di depan dada, lalu bergantian menatap kedua temannya.Menyempatkan menarik napas sebentar sebelum membuka suara.
"Ada yang ..., ngajak gue pacaran," katanya dengan nada pelan. Melirik Aurel dan Dion yang masih mencerna ucapannya.
"Terus ..., lo terima?" tanya Aurel.
"Nggak, lah! Gila aja," tukas Syabila. Ia kembali meraih sumpit dan mulai mengambil sushi di atas meja.
"Terus ngapain kita ditraktir?" Dion mengerutkan keningnya.
Syabila mendesah gemas pada teman lelakinya ini. "Udah dibilang sebagai penebusan dosa."
Dion mengangguk-angguk. Lalu beralih pada ponsel yang baru ia keluarkan dari saku. Syabila kembali memandang Aurel yang sedang mengunyah.
"Menurut lo gimana, Rel? Jujur, gue nggak enak, sih, sama dia."
"Kalian emang udah lama deket?"
"Nggak juga. Baru sekitar tiga minggu gitu," jawab Syabila sambil berpikir. "Ya kali baru deket, udah langsung jadian. Ngebet pacaran banget gue." Syabila tertawa.
Kunyahan Aurel perlahan memelan, ia menaruh sumpit di atas meja. Tiba-tiba menjadi tidak lagi berselera.Merasa tertohok dengan perkataan Syabila. Diam-diam ia juga tahu kalau Dion sekilas sempat meliriknya.
Ponsel Aurel di atas meja berkedip, nama Alfi tertera di sana. Sontak gadis itu meraih benda tersebut, takut akan dilihat Syabila.
"Gue ke toilet bentar, ya," ujar Aurel. Ia saling melempar pandang dengan Dion sebelum akhirnya pergi dari sana.
"Halo, Kak?" sapa Aurel setelah mengunci diri di salah satu bilik kamar mandi wanita. Mendudukkan diri pada cover bowl yang tertutup.
"Di mana?"
"Di Mall. Bareng Dion sama Syabil."
"Oh, yaudah lanjut aja. Aku matiin, ya."
"I-Iya."
Aurel mengerutkan kening bingung. Tetapi setelahnya ia tersenyum. Namun, tidak bertahan lama karena kemudian bahu gadis itu melemas, langsung mencari kontak lain pada ponselnya.
Dionjelek.
Yonn ;(
Aurel menunggu balasan pesan Dion dengan berbagai pikiran di benaknya. Mood-nya menurun drastis dan kepalanya rasanya pening sekali. Ia menutup wajah menggunakan kedua tangan. Tak berapa lama, ponselnya bergetar.
Jan terlalu dipikirin
Ke sini lagi ayok
Syabil ngoceh terus ini
Males nangggepin, gue lagi stalk gebetan soalnya :v
Aurel terkekeh membaca pesan dari Dion. Ia menarik napas, lalu sedikit memperbaiki rambutnya. Setelah dirasa cukup, ia keluar dari bilik kecil itu.
🐛🐛🐛
"Makasih, ya," Aurel melihat Syabila dan Dion dari kaca mobil. Dion memang sengaja membawa mobil agar bisa menjemput dan mengantar dua teman perempuannya itu. "Jangan kemana-mana lagi," peringat Aurel kepada Dion yang malah memutar matanya.
"Dadah, Aurel. Ingat kata walkes, nggak usah belajar lagi, ntar otak penuh," titah Syabila. Aurel tersenyum dan mengangguk.
Kemudian mobil berwarna hitam itu mulai melaju, meninggalkan Aurel yang melambaikan tangan. Perempuan itu membuka pagar rumahnya, masuk ke dalam, dan kembali menutup pagar.
"Dari mana?" Pertanyaan yang diberikan Papa langsung didapat Aurel begitu memasuki ruang tengah.
"Jalan. Sama Dion sama Syabil."
Mama Aurel yang baru saja muncul dari dapur dengan secangkir gelas kopi juga ikut memberikan pertanyaan. "Besok ujian, kan? Bukannya belajar, malah keluyuran."
Wanita separuh baya itu meletakkan gelas kopi di meja lalu duduk di samping suaminya.
"Aku ke kamar dulu," pamit Aurel. Tidak ingin mendapat ceramah dari Mamanya jika masih berlama-lama di sana.
"Eh, tadi Alfi dateng," kata Mama, membuat Aurel berhenti berjalan.
"Ngapain?"
"Nggak tahu, ngomongnya sama Putri tadi."
"Oh, ok."
Aurel lantas kembali berjalan. Ia berencana mengetuk pintu kamar Putri yang tepat berhadapan dengan kamarnya. Menanyakan apa maksud kedatangan Alfi tadi dan apa yang mereka bicarakan. Tetapi tidak jadi, sebab ia lebih dulu melihat ada sesuatu yang menempel di pintu kamarnya.
Ia melepas benda itu dan membuka pintu kamar Putri. Melongokan kepalanya.
Putri yang sedang bermain ponsel di atas tempat tidur menoleh begitu merasa pintunya terbuka sedikit.
"Dek, kata Mama tadi Kak Alfi dateng, ya? Ngapain?" tanya Aurel.
"Oh. Nitip itu, alat tulis, minta tolong dikasih ke lo, Kak. Cuman lo 'kan biasa kamarnya dikunci kalo keluar. Jadi gue tempelin aja," jelas Putri.
"Ehm ..., oke," kata Aurel. "Thanks, ya, Dek."
Aurel menutup pintu kamar Putri tanpa menunggu gadis itu membalas ucapannya. Ia masuk ke kamarnya. Membersihkan diri sebentar dan naik ke tempat tidur dengan benda persegi panjang yang masih terbungkus plastik di tangannya.
Aurel memutar-mutar satu set alat tulis untuk ujian itu. Dan menemukan ada notes kecil yang ditempel di belakangnya.
Semangat ujian besok!
Tanpa menunggu lama, ia langsung mengirim pesan pada pacarnya itu.
Kak Alfi✨
Kakk
Iya?
Aku udah di rumah
Oh ok
Aku udah ambil titipannya sama Syabil
Makasih ya Kak
Tapi ngapain repot-repot segala sih :(
Nggak repot kok
Aku udah duga pasti kamu bakalan lupa
Wkwk, iya Kak bener :v
Istirahat gih
Biar besok jan telat
Aurel tersenyum lalu mematikan ponselnya. Ia menatap langit-langit kamar sembari menerawang jauh. kenapa Alfi sangat manis? Pikirnya.
Gadis itu menaruh set alat tulis tadi pada nakas, lalu membuka kembali ponsel untuk menyetel alarm sebelum akhirnya terlelap. Ia kecapekkan seharian ini.
🐛🐛🐛
9 Juli 2020
~zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro