Chapter 10🍭
Malam minggu merupakan malam penuh rutukan bagi kaum-kaum yang tidak memiliki pasangan. Sebagian dari mereka berharap saat ini hujan turun dengan deras disertai petir yang merajalela. Aurel salah satunya.
Aurel keluar dari dalam rumah. Memegang setoples kacang di tangan kanan dan ponsel di tangan yang satunya. Rambutnya tergerai acak-acakkan dengan piyama bergambar beruang, membuat ia terlihat seperti anak SD daripada seorang gadis SMA.
Ia membaringkan diri di kursi teras dengan bantal yang mengganjal lehernya. Layar ponsel sudah menampakkan serial korea yang saat ini sedang ramai dibicarakan orang-orang.
Semenit kemudian gadis itu sudah ikut masuk ke dalam jalan cerita yang saat ini sedang ditontonnya. Sesekali memasukkan kacang ke mulut,mengunyahnya dengan irama yang tak beraturan, kadang lambat, dan kadang pula cepat.
"Rel! Udah makan belum?!" sebuah teriakan dari dalam rumah tetap tidak mengganggu keseriusan Aurel.
"Aurel! Udah makan belum kamu?!"
"Hm," balas Aurel dengan berdeham.
"Aurel!" suara yang kini menjadi bentakkan itu akhirnya berhasil menghilangkan fokus Aurel.
"Udah, Ma!" balasnya, dengan teriakan yang juga tak kalah besar. Masa bodoh dengan para tetangga yang mungkin akan terganggu.
Lewat satu jam, Aurel memutuskan untuk menaruh ponsel di meja, meregangkan tubuhnya sedikit. Kacang di dalam toples sudah habis. Ia lalu bangun dan mengambil air di dapur. Saat kembali, ia memilih untuk bermain sebentar ponselnya sebelum melanjutkan menonton episode lanjutan.
Membuka aplikasi Line, kening Aurel mengerut saat ada yang meng-add ID-nya.
DeMahendra add you by ID
confirm / reject
Konfir ya dek
kontak yg lama dihapus ae
confirm
DeMahendra and Aurelia are friends now
Aurelia
udah ya kak
DeMahendra
oke, thx
Aurelia
ini kak alfi kan?
DeMahendra
iya
Aurelia
ok, kak
DeMahendra
lgp?
Aurelia
ngedrakor kak
DeMahendra
oh
Aurelia
iya kak
Tak ada balasan lagi. Aurel menaikkan sebelah alis, tetapi tetap tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum.
"Kak Alfi nanya gue lagi ngapain astaga," ucapnya tertahan, dengan senyuman tentu saja.
🐛🐛🐛
Aurel bersama Syabila dan Dion berjalan bersama saat istirahat pertama. Sebenarnya hari ini ia membawa bekal, tapi karena dua temannya itu terus memaksa, mau tak mau ia akhirnya memutuskan untuk ikut daripada harus terus mendengar bacotan keduanya.
Terlalu banyak remaja yang berlalu-lalang membuat ia hampir lupa kalau memang sekolah ini memiliki murid yang banyaknya lebih dari seribu.
"Perasaan di deket kelas kita ada kantin juga deh, ngapain sih harus jauh-jauh ke kantin yang lain?" kesal Aurel karena merasa lelah berjalan.
"Rel, kita itu nggak cuman setahun di sini, harus rajin-rajin keliling biar bisa ingat letak-letak tempatnya, nggak perlu hafal juga, sih, tapi setidaknya kan tahu," jelas Syabila.
"Siapa bilang nggak cuman setahun?"
"Emang nanti lo berniat pindah gitu?" tanya Dion.
"Seiring berjalannya waktu pasti tau, kali. Gak perlu buru-buru, juga," balas Aurel, mengabaikan pertanyaan Dion.
Bukannya membalas ucapan Aurel, Syabila dan Dion malah saling menatap dengan pikiran yang mungkin sama.
"Jauh banget, sih," keluh Aurel, lagi.
"Udah mau sampe ini," kata Dion.
Saat memasuki kantin, Dion dan Syabila langsung menghilang mencari makanan masing-masing, meninggalkan Aurel sendirian. Gadis itu berdecak kesal, menyesal sudah memilih mengikuti kedua temannya.
Bukannya apa, hanya saja ia merasa tidak suka berada di keramaian seperti ini, apalagi dengan tatapan-tatapan asing yang mungkin saja akan ia dapatkan karena berdiri seorang diri. Mungkin juga, yang berada di sekitarnya sekarang adalah kakak kelas, yang membuat ia merasa semakin tidak nyaman.
Suatu kesialan ia tidak membawa ponsel di situasi seperti ini. Tak ada pilihan lain selain menatap sekitarnya, menunggu Syabila atau pun Dion yang ia harap cepat-cepat muncul.
Namun, yang ia lihat sekarang adalah Alfi, yang berdiri tak jauh darinya. Saat mata mereka bertemu, Aurel hendak membuka mulut, tapi dengan cepat terhenti. Bukan hanya karena ia merasa sadar akan tempatnya saat ini, tetapi juga karena menerima reaksi pria itu yang hanya tersenyum dan kemudian berjalan pergi.
Kok gitu? tak sadar Aurel berucap dalam hati. Sedikit cemberut dan tampak kecewa.
Lantas ia menggeleng cepat, bukan berarti dengan hal kecil yang semalam terjadi membuat ia dan Alfi saling berbicara, kan? pikirnya.
Duh, ngarep banget sih, Rel.
"Udah, yuk!" seruan Syabila mengejutkan Aurel. "Dion mana?"
Aurel yang terlalu malas menjawab hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban.
"Kenapa lo?"
"Kenapa apa?"
Syabila menggeleng, lalu celingak-celinguk mencari Dion. "Itu Dion! Kuy!" dengan masih memikirkan kejadian beberapa menit lalu, Aurel mengikuti temannya itu dari belakang.
🐛🐛🐛
23 November 2019
~zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro