Greatness of the earth
Tok...tok...tok
Pagi minggu itu Boboiboy bersaudara kedatangan seorang tamu. Taufan yang merupakan salah satu orang yang sedang menganggur akhirnya membukakan pintu itu. Manik safirnya mengerjap bingung ketika melihat kedatangan Pipi bersama beberapa temannya.
"Ada apa ini?" Taufan bertanya sambil menatap mereka tidak mengerti. Pipi terlihat berdehem kecil sambil menatap Taufan dengan tatapan puppy eyes diikuti oleh teman-temannya.
"Kak Upan~ tolong bantu kami mengerjakan PR ya~" secara reflek, Taufan menganggukkan kepalanya karena tidak tahan dengan jurus puppy eyes yang mereka berikan.
Anak-anak itu bersorak ria dan berbondong-bondong masuk kedalam rumahnya. Dalam hati Taufan sedikit mengumpat kecil. Rencananya ingin tidur seharian hari ini seperti Ice hancur begitu saja.
Boboiboy milik
Animonsta
Saya selalu author hanya meminjam karakternya saja
[greatness of the earth]
.
.
.
.
.
❄HAPPY READING❄
"Ada apa ini ramai-ramai?" Halilintar bingung. Sangat bingung. Bagaimana tidak? Dirinya baru saja selesai sarapan dan berencana untuk bersantai di dalam kamarnya malah di kejutkan dengan segerombolan anak-anak TK yang sedang bermain di ruang tamu.
Tatapannya beralih kepada Taufan berusaha meminta penjelasan dengan anak itu. Tapi seketika Halilintar meringis ketika melihat anak-anak itu mulai bergelantungan di lengan Taufan. Sedangkan si empu lengan terlihat tersenyum manis namun sangat terkesan terpaksa.
Halilintar tau. Adiknya saat ini sedang mengumpat anak-anak itu.
"Ayo Solar! Thorn mau beli tum.......buhan...?" Thorn, si pemilik manik emerland yang berencana ingin keluar rumah bersama Solar terperangah ketika melihat sekumpulan anak-anak yang bermain di ruang tamu.
"Astaga... kak Upan! Rumah kita bukan taman bermain!" Taufan hanya mengangguk saat mendengar omelan Solar. Dia tau kok ini bukan taman bermain. Tapi mau bagaimana lagi? Dirinya tidak akan tega memarahi anak-anak itu dan menyuruhnya berhenti seperti Gempa.
"Kak Upan~ aku mau-- lah? Apaan ini?" Ice yang sebenarnya ingin meminta Taufan membuatkan biskuit kesukaannya terperangah ketika melihat anak-anak yang bermain bersama Taufan(?).
Taufan tersenyum miris berusaha mendapatkan simpati dari saudara-saudaranya. Tapi saat ini mereka sama seperti Taufan, mereka tidak ingin terjebak dengan anak-anak itu.
"Solar!! Ini jadwalmu cuci pi-- anak-anak?"
"Ih!! Kak Gem masa nyuruh aku cuci anak-anak!" Solar perotes dengan perkataan Gempa yang sebenarnya sedikit melenceng dari kalimat awalnya. Gempa yang awalnya melong bingung langsung tersentak dan menatap Solar sambil cengengesan.
"Cuci piring maksudnya" koreksi Gempa yang di balas dengan tatapan datar dari Solar. Manik emas milik Gempa kini menatap Taufan yang menatap dirinya dengan tatapan meminta tolong.
Gempa tidak tega. Karena itu dia memilih berjalan mendekati anak-anak itu dan menatap lembut mereka.
"Pipi? Ada apa kalian datang kesini ramai-ramai?" Pipi tersentak ketika mendengar namanya di panggil lembut oleh Gempa. Dirinya yang sebelumnya berada lengan kanan Taufan kini melompat turun dan mendekati Gempa sambil tersenyum lebar.
"Kami ingin mengerjakan PR kak!" Balas Pipi dengan nada antusias diikuti oleh yang lainnya. Gempa mengerjapkan matanya bingung ketika mendengar kata-kata Pipi. Halilintar yang merasa Deja vu dengan keadaan ini akhirnya berjalan mendekati anak-anak itu dan menatap mereka satu persatu.
"PR seperti apa yang ingin kalian kerjakan?" Totoitoy segera mengambil sebuah buku gambar yang sengaja ia bawa dan menunjukkannya kepada Halilintar. Halilintar mengerjapkan matanya bingung lalu menatap saudaranya yang lain.
Thorn memahami kebingungan si sulung, karena itu dia memilih berjalan mendekati Halilintar dan mslihat isi gambar tersebut. Dirinya terlihat bersiul ria saat melihat gambar bumi yang di gambar oleh Totoitoy. Sungguh cantik. Itulah yang ada di pikirannya.
"Totoitoy, di suruh gambar bumi ya?" Totoitoy segera menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan Thorn. Thorn menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Jadi apa kalau bukan tugas menggambar?
"Mereka di suruh menjelaskan tentang bumi" Ice, si peka dari keluarga Boboiboy mulai menjawab kebingungan saudara-saudaranya. Dirinya saat ini terlihat memakan biskuit sisa 3 hari yang lalu sambil duduk di sofa bersama Taufan yang sedang mengumpulkan kesadarannya sepenuhnya.
Blaze mulai menjentikkan tangannya tanda mengerti dengan perkataan Ice dan meminta anak-anak itu duduk.
"Kalian tau kan bumi? Sebuah planet bundar yang di huni oleh manusia-manusia hebat seperti kita! Tapi mau bagaimanapun juga kita tidak akan bisa menandingi kehebatan alam yang merupakan ciptaan tuhan" semuanya terpukau dengan penjelasan yang di berikan oleh Blaze. Jujur saja. Itu seperti bukan Blaze yang mereka kenal.
Maya mengangkat tangan kanannya dan membuat semua atensi beralih padanya. Blaze berdehem kecil sebelum mulai mempersilahkan anak itu berbicara.
"Memangnya ada bukti kak alam lebih hebat dari manusia?" Blaze terdiam. Kepalanya berusaha mengorek informssi yang lebih dan justru hal itu membuat anak-anak itu penasaran.
Solar menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan tingkah laku kakaknya dan memilih mengambil alih kelas dadakan itu.
"Ada tidak adanya manusia, pohon akan tetap tumbuh dan terumbu karang akan tetap ada!" Solar berdehem kecil untuk menambah wibawanya sebelum kembali berbicara namun dengan cepat sudah di potong oleh Halilintar.
"Di bangkok ada Mall besar yang bernama New world. Mall itu di tutup pada tahun 1997 karena pelanggaran bangunan. Mall hanya di perbolehkan 4 lantai namun di bangun sebanyak 11 lantai" Solar berdecak kesal saat penjelasan tersebut beralih kepada Halilintar yang terlihat tersenyum menantang kepadanya.
Taufan yang menonton hal itu hanya terkekeh pelan dan memutuskan untuk mengambil alih kelas dadakan itu.
"Di tahun 1999 setelah mall itu terbengkalai, mall tersebut mengalami kebakaran yang menyebabkan atap mall pun runtuh. Akhirnya air hujan pun masuk dan mulai menggenang di lantai mall yang menimbukan jentik-jentik! Namun untuk menghindari penyakit berbahaya, akhirnya wargapun melepaskan ikan koi dan ikan Nila di dalam mall itu. Hingga kini, ikan-ikan itu sudah berkembang biak bahkan jumlahnya tidak terhitung dan mall itu menjadi tempat tinggal mereka" anak-anak itu terlihat takjub saat mendengar penjelasan Taufan.
Mall New world
bangkok, Thailand
"Gak ada hubungannya kak" Ice berusaha memberikan pendapat akan penjelasan Taufan dan di balas dengan peletan lidah dari sang kakak. Ice tidak peduli. Menurutnya ini adalah waktunya untuk memimpin kelas dadakan itu.
"Kalian tau desa Houtowan? Sebuah desa di tiongkok yang sudah lama di biarkan terbengkalai! Itu sebelumnya adalah desa nelayan yang pesat dan didirikan pada tahun 1950" jelas Ice sambil menguap pelan. Jujur dirinya itu paling benci jika di suruh menjelaskan sesuatu.
"Lalu kak?" Pipi bertanya penasaran dengan kelanjutan dari cerita Ice. Ice hanya mengangkat bahunya cuek dan menunjuk Thorn untuk melanjutkan kisah tadi. Thorn terlihat bersorak ria karena dari tadi dirinya menunggu gilirannya.
"Karena krisis ekonomi yang terjadi di desa Houtowan, penduduknya akhirnya mulai meninggalkan desa dan pindah di tahun 1990-an! Lama-kelamaan desa itu menjadi desa terbengkalai! Dan tidak ada satupun penghuni di desa itu!"
"Lalu apa menariknya, kak?" Rey bertanya dengan nada tidak suka. Menurutnya cerita yang diceritakan oleh Thorn tidak ada yang menarik.
Karena sudah merasakan aura gelap yang Thorn keluarkan, dengan cepat Gempa mengambil alih kelas itu. Kan gak seru kelas pengetahuan ini malah menjadi kelas thriller.
"Di tahun 2015, desa itu berhasil menarik perhatian wisatawan sejak seorang fotografer menyebarkan foto keadaan desa itu. Desa itu kini di selimuti oleh lumut, tumbuhan merambat dan tumbuhan-tumbuhan hijau lainnya sehingga desa itu terlihat sangat hijau dan indah" anak-anak itu terlihat terpukau ketika melihat gambar yang Gempa tunjukkan.
Desa Houtowan
Pulau Shengsan, Tiongkok
Wah!! Hebatnya bumi!" Pipi terlihat bersorak ria ketika melihat pemandangan yang indah itu. Siapa juga yang akan menduga jika desa terbengkalai itu malah berevolusi menjadi tempat wisata yang indah.
"Nah... karena itu kita harus...?"
"Menjaga bumi kita!!" Boboiboy bersaudara saling melemparkan senyuman kepada satu sama lain. Memang faktanya waktu mereka jadi terbuang karena mengajari anak-anak itu.
Tapi setidaknya mereka mengajari anak-anak itu untuk melestarikan bumi.
Bukankah Bumi kita sungguh luar biasa readers?
END
Jangan nistakan mulu~ Sekali-kali kita belajar tentang keindahan bumi kita~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro