Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Thank You!

Thank You!

Kimetsu no Yaiba © Koyoharu Gotouge
Kamado Tanjiro x OC

Story © Nikishima Kumiko
NikishimaKumiko

.
.
.

Tanjiro memperhatikan bunga sakura yang mekar. Pemuda itu tahu kalau musim semi telah tiba. Ia pun berpikir, Nezuko pasti akan senang melihat helaian bunga sakura yang beterbangan serta merasakan sejuknya angin musim semi. Yah, kalau Nezuko tidak berubah menjadi iblis, sudah tentu adiknya tersebut akan ke luar dan menikmati indahnya musim semi.

Langkah kaki Tanjiro berhenti, ketika melihat gadis dengan warna rambut biru muda sedang memarahi Zenitsu dan Inosuke.

"Ah, Kumiko! Ada apa ini?" tanya Tanjiro yang kebingungan ketika mendapat gadis tersebut dengan ekspresi marah. Tidak seperti biasa, padahal gadis itu selalu saja bersikap baik pada dirinya, Nezuko dan juga teman-temannya.

"Tanjiro ... ini bukan urusanmu," ujar Kumiko ketus lalu berjalan pergi meninggalkan mereka bertiga.

Tanjiro? Tentu saja shock. Kumiko tidak pernah bersikap ketus seperti itu padanya. Kali ini, iris milik Tanjiro bergulir, menatap Zenitsu dan Inosuke, mencoba meminta penjelasan tentang apa yang terjadi saat ia pergi menjalankan misi.

Zenitsu dan Inosuke yang duduk di atas tanah hanya menggumam kecil. Sepertinya mereka berdua juga sadar akan kesalahan yang telah diperbuat. Pria berambut kuning tersebut pun mulai membuka mulut, "J-jangan melihatku seperti itu dong, Tanjiro! Inosuke yang memulainya duluan! Aaah! Sekarang Kumiko-chan pasti akan membunuhku!"

"APA? AKU? KAU JUGA TAHU!" bentak Inosuke.

"Aduh, kalian berdua. Jelaskan apa yang terjadi, bukan malah bertengkar seperti ini!" Raut wajah Tanjiro mengerut, lelah. Ia baru saja pulang dari misi dan dihadapkan dengan situasi seperti ini.

"Uh, Inosuke menarikku dan kami berdua tidak sengaja terjatuh saat Kumiko-chan sedang menempa. Aku tidak tahu itu apa tapi kayaknya nanti aku akan mati ... deh. Tanjiro, sebelum aku mati, nikahkan aku duluan dengan Nezuko-chan―"

Tanjiro menampar wajah Zenitsu. Baik Zenitsu dan Inosuke melotot melihatnya. Pria bermarga Kamado itu kembali memberikan wajah tidak suka.

"Nezuko belum boleh menikah!"

"JADI ITU YANG KAU PERMASALAHKAN?" Zenitsu merengek tidak terima.

Mengabaikan Zenitsu yang menangis dan Inosuke yang mengomel, Tanjiro masuk ke dalam dan bertemu dengan Aoi. Aoi hanya menghela napas melihat kelakuan dua pemuda di halaman tersebut.

"Tanjiro, kau sudah makan? Kau pasti lelah setelah pulang dari misi, jangan hiraukan mereka. Pergi saja ke ruang makan, di sana sudah disiapkan, kok."

"Ah, terimakasih. Tapi, uhm itu ... Kumiko di mana? Aku ingin bertemu dengannya―dan aku titip Nezuko," ujar Tanjiro kikuk sembari meletakkan kotak berisi Nezuko dengan hati-hati. Ia masih merasa tidak enak setelah melihat Kumiko yang marah besar seperti itu.

"Di halaman belakang. Kumi sepertinya marah besar, jadi kusarankan berhati-hatilah. Oh, jangan lupa makan."

Setelah mengatakan hal seperti itu, Aoi pergi meninggalkan Tanjiro. Menuruti perkataan Aoi, pemuda bermarga Kamado tersebut berjalan menuju halaman belakang. Benar saja, Tanjiro menemukan Kumiko yang tengah merawat benda―sepertinya jimat atau aksesoris, mungkin―dengan mood yang buruk. Tapi, sepertinya itu bukan milik Kumiko?

"Kumiko? Itu punya siapa kalau boleh tahu?" tanya Tanjiro penasaran.

"Oh, ini kutempa untuk ... eh, Tanjiro? Sejak kapan kau ada di sini?!" seru Kumiko seraya menyembunyikan benda tersebut. Tanjiro mengerjapkan matanya, sedikit kaget melihat perubahan sikap sang gadis, "Err, sejak kau memukul-mukul benda itu dan membentuknya dengan hati-hati?"

"Jadi kau melihat semuanya? Urgh ...." Kumiko mengerang kesal, bukan pada Tanjiro melainkan pada dirinya sendiri. Seharusnya ia tidak membuat jimat itu di tempat terbuka seperti ini―yah tapi kalau tidak di tempat terbuka, yang ada nanti kamar dan ruangan lain malah terbakar.

Tanjiro mendekatkan diri pada Kumiko lalu kelopak matanya mengerjap perlahan sembari bertanya dengan antusias, "Memangnya itu apa? Jimat, ya? Oh, atau aksesoris? Bentuknya seperti matahari."

"Yep! Ini jimat! Kau tahu kan kalau keahlianku sebelas dua belas dengan pengrajin, hehe."

Bagai lupa permasalahan yang tadi ia alami, Kumiko kembali ke sifatnya yang seperti biasa, kekanakan. Melihat hal tersebut, Tanjiro hanya mengulas senyum hangat karena teringat akan tingkah adik-adiknya. Tanjiro tak bertanya lagi, ia menunggu gadis itu untuk kembali membuka mulut.

"Aku baru membuat satu, niatnya ingin kubuat lima! Di dalam emasnya yang kosong, kuukir kalimat keberuntungan, lho! Soalnya aku tidak bisa ikut bertarung terus-menerus. Oh, masing-masing untuk Muichiro-kun, Nezuko-chan, Inosuke, Zenitsu dan ..."

Kumiko menggantung kalimatnya, ragu untuk melanjutkan. Alis Tanjiro tertaut, menunggu siapa yang akan disebutkan, "Dan?"

Kumiko memperlihatkan jimat tersebut dengan raut tak enak. "Yang ini ... untuk Tanjiro. Tapi karena bentuknya sudah tidak karuan jadi akan kubuat lagi lain ka―eh?"

Tanjiro mengambil jimat berbentuk matahari tersebut tanpa seizin Kumiko. Ia mengulas senyum hangat, lebih dari siapapun saat ini. Pemuda itu kelihatan sangat senang.

"Tak apa kalau ini kuambil kan, Kumiko?" tanya Tanjiro.

"Ti-tidak apa, sih. Tapi, tunggu Tanjiro! Bentuknya sudah bukan seperti matahari lagi, lho! Jimatnya buruk sekali! Tidak bagus!"

Tanjiro tertawa kecil mendengar penuturan Kumiko yang merendahkan hasil karyanya sendiri.  Tanjiro menggaruk pipinya yang tak gatal sama sekali lalu berujar, "Usaha dan perasaan yang kau tuangkan di dalam jimat selama ini, aku sangat menghargainya. Terima kasih ya, Kumiko-chan."

Wajah Kumiko memerah, "Huh?"

"Oi, Tanjiro! Nezuko-chan mencarimu! Ke mana saja sih, kau?" teriak Zenitsu yang tiba-tiba datang lalu menggerutu, "Tanjiro sialan. Berduaan dengan gadis lagi?"

"Eh?! Ya! Nezuko, aku datang!"

"Aku dikacangin? Tunggu oi, Tanjiro!"

Tanjiro dan Zenitsu pergi meninggalkan Kumiko yang masih terlarut dalam pikirannya. Wajah gadis yang dibingkai rambut baby blue itu masih memerah. Ia menunduk, tangan kanannya menutupi rona merah di pipi.

"Kumiko-chan ...."

Gawat, Tanjiro berterimakasih padaku dan memanggilku memakai akhiran -chan, batin Kumiko seraya menahan rasa malu. Dalam hati, ia berdoa, semoga saja tidak menjadi bucin seperti Zenitsu hanya karena kejadian terima kasih ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro