Pancarona
Pancarona
Written by: @kogarashiw
For the ‘Grateful Feelings’ Project by @SFragment
Free © Kouji Ouji
Oc; Takahashi Ai © kogarashiw
kogarashiw
Soulmate; Colour Blind! AU
Enjoy!
.
.
.
.
Tidak ada warna selain hitam dan putih di mataku sebelum aku bertemu denganmu. Aku sampai bosan sendiri dengan hidupku yang monokrom, tanpa warna. Kelam, menyedihkan.
Beda ceritanya, saat aku sudah bertemu denganmu.
Takdir menuntun pertandingan itu untuk mempertemukan kita berdua. Hari itu hari pertandingan biasa, tidak ada yang spesial ataupun aneh, menurutku.
Itu sebelum aku menoleh ke arah penonton karena panggilan dari Gou.
Suara Gou memasuki indra pendengaranku, membuatku menoleh ke arah bangku penonton tanpa petunjuk. Aku ingat. Sangat ingat. Kau kala itu ada persis di sebelah kanan Gou.
Aku bingung. Kau berbeda dengan yang lain.
Di saat yang lain tampak monokrom, hitam putih seperti biasanya. Kau tampak bersinar di antara yang lainnya. Rambut pirang panjang sepunggung, jaket khas klub renang Iwatobi menutupi tubuhmu yang mungil. Kau kala itu sedang tidak memperhatikan sekitar.
Aku terus memperhatikanmu lekat lekat, menunggu sampai kau menoleh ke arahku. Sekali lagi, Gou memanggil namaku. Membuatmu ikut menoleh ke arah kolam.
Kedua mata kita akhirnya bertemu. Ah, aku juga ingat. Irismu, warnanya coklat hazel.
Kau tampak kaget, tidak jauh beda denganku saat aku pertama kali melihatmu. Aku melempar seutas senyuman ke arahmu, kamu membalasnya dengan senyuman lembut.
Itu pertemuan pertama kita, tapi entah kenapa, jantungku berdetak lebih cepat ketika aku melihatmu balas melempar senyum ke arahku. Kala itu, semangatku untuk memenangkan pertandingan semakin bertambah.
Aku harus menang untukmu, pikirku kala itu.
Dan benar saja, seperti yang bisa kita duga, aku dan anak-anak Samezuka lain memenangkan pertandingan. Ucapan-ucapan selamat masuk ke indra pendengaranku untuk yang kesekian kalinya. Berpuluh bahkan mungkin beratus pasang mata mengarah ke arah kami, namun hanya satu pasang yang aku cari kala itu.
Aku kembali menoleh ke arah Gou yang sedang mengucapkan selamat untukku, kau masih di sana, masih bersinar di antara yang lain pula. Mulutmu terbuka meengucapkan satu patah kata tanpa bersuara, “Selamat.” Katamu kala itu, lalu tersenyum kepadaku.
Aku membalas dengan segaris senyum. Hatiku entah kenapa menghangat kala melihatmu melempar senyum padaku. Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.
Kau tahu apa? Aku suka perasaan ini.
Aku buru buru mengemasi barang-barangku kala itu. Nitori bahkan sampai mengingatkanku untuk santai saja dan jangan buru buru. Tapi aku tidaj mempedulikannya.
Aku berlari menerobos orang-orang. Benar saja, anak-anak SMAIwatobi sudah saling berpamitan pulang kala itu. Menemukan dirimu yang kala itu berada di sebelah Gou, aku segera berlari ke arahmu tanpa keraguan sedikit pun.
“Maaf, apa kita boleh berkenalan?” selain meminta maaf kepada Gou karena aku izin meminjammu sebentar kala itu, kata-kata itu kukeluarkan pula ketika aku sudah berada di depanmu. Kau dengan senyum yang sama seperti tadi mengangguk.
Kau mengulurkan tangan, “Aku Takahashi Ai, seumuran dengan Gou. Kau pasti kakaknya bukan? Um, Matsuoka... Rin?”
Aku mengangguk antusias. Aku girang saat kau bahkan tahu namaku tanpa perlu aku sebutkan lagi. Padahal mungkin kau tahu karena Gou sering menyebutku atau mendengar namaku dari tempat lain.
“Nama yang cantik.” Adalah pujian yang keluar dari mulutku kala mendengar namamu. Pipimu tampak bersemu merah, kau menggaruk belakang tengukmu canggung. “Tidak juga, namamu juga cantik, Rin-san.”
Aku agak kaget saat kau langsung memanggil nama depanku, tapi aku lalu membalasnya dengan seutas cengiran dan berkata, “Namaku memang cantik, tapi aku ini laki-laki, lho!”
Kau tertawa kecil, lalu berkata lagi. “Rin-san, kau... Berbeda.” Ujarmu sambil menatapku lekat lekat. Iris kita saling terkunci, kau tersenyum menatapku.
“Apa yang berbeda dariku?” tanyaku padamu. Kau dengan senyum manis menjawab, “Warnamu berbeda.”
Sepertinya jantungku baru saja melewatkan satu kali detakan.
“Aku hanya melihat hitam dan putih sejak aku lahir. Tapi saat melihatmu tadi...”
“Kau berbeda dari yang lain.” ucapmu dengan senyum dan pipi memerah.
Jantungku kembali berdetak tak karuan, suaraku otomatis naik karena kegirangan, “Kau juga, kau... Berbeda!” ujarku semangat.
“Rin-san, pelankan suaramu. Banyak yang melihat kita.” Ujarmu, membuatku menatap sekitar. Ah, orang-orang menatapku bingung dan mereka... Monokrom. Aku tertawa kecil bersamamu kala itu.
Aku kembali menengok ke arahmu, tanpa berkata apa-apa aku menatap lekat-lekat dirimu. Kau jauh berbeda, jauh.
Itu hanya awal. Jujur, sampai sekarang pun aku masih bingung kenapa kau bisa berbeda dengan yang lainnya. Aku masih bingung, kenapa aku hanya bisa melihat berbagai macam warna ketika aku bersamamu.
Kala itu, aku pernah berkonsultasi pada Gou soal hal ini, ia malah terkejut dan mengucapkan selamat.
Kalau kata Gou, namanya soulmate. Katanya, aku sudah menemukan soulmate-ku.
Memang aneh jika aku harus mengakuinya. Tapi bagaimanapun, aku bersyukur bisa bertemu denganmu. Melihat warna-warna beragam, merupakan mimpi seseorang sepertiku, dan kau sudah membantuku mewujudkannya.
Aku mengarahkan pandangan ke arahmu yang kala itu sedang membaca sebuah buku. Tanpa kusadari, sebuah senyum terlukis di bibirku.
‘Terima kasih sudah mau ada di dunia ini, terima kasih karena sudah membantuku mewujudkan mimpiku, terima kasih sudah membuat hidupku berwarna.’
‘Terima kasih untuk semuanya.’
Thanks For Reading!
(( ps. Maaf kalau ga jelas, aku ngebut banget soalnya huhuhu ))
@kogarashiw, with love.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro