Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kau dan Kekosongan

Kau dan Kekosongan

IDOLiSH7 (Bandai Namco Online)
Inumaru Touma x OC
Written by NathaliaAdelle

.
.
.
.

****

Rembulan bertahta kembali di langit kelam, gumpalan lembut seperti kapas bergerak begitu lambat menutupi keindahan angkasa. Hari ini terasa kelam, tak ada suara serangga menemani. Gemerlap luar biasa di langit meredup bahkan tertutup oleh awan, rembulan hanya menampakkan sebagian kecil dari keindahannya. Udara terasa dingin menusuk di pertengahan musim penuh warna coklat dan keoranyean; gugur.

Kala itu seorang idol dari salah satu grup papan atas di Jepang mendatangi salah satu rumah sakit kota Tokyo, ia datang berbekalkan buku favorit seseorang dan sebuket bunga anyelir putih. Langkahnya sedikit terhuyung namun masih dikuatkan untuk tegar. Penampilannya begitu kacau dan kelelahan sebab jadwal merayap dirinya tanpa memberi jeda barang sejenak.

Para tenaga medis sudah mengenal siapa dirinya tentu bukan hanya status sebagai idol, tetapi juga sebagai suami dari salah satu pasien yang dirawat di sini. Ia sudah berulang kali mendatangi rumah sakit, baik saat padat maupun tidak jadwal dimiliki, dia tetap datang berkunjung.

Idol ini memasuki salah satu kamar rawat inap di lantai dua, menatap sendu pada seorang wanita terbaring lemah di ranjang. Tiang infus dan patient monitor berada di kedua sisi ranjang, punggung tangan kanan terselipkan selang infus menjadi pemandangan sehari-hari untuknya selama dua minggu terakhir.

Inumaru Touma; nama idol dari grup ZOOL yang terkenal di Negeri Matahari Terbit, menghela napas samar. Langkah kaki sedikit terdengar di atas lantai keramik, sorot mata merah marun begitu sendu dan lembut kala menatap wanita yang sekarang bertahta di hati begitu lemah tak berdaya. Kulitnya pucat pasi, tubuh yang dulu begitu berisi dan sehat kini mulai memperlihatkan tulang akibat tidur selama dua minggu tanpa asupan sedikit pun.

Touma duduk di samping ranjang, diambil tangan pujaan sang hati dan mengecupnya lembut seolah tidak ingin menghancurkan tubuh rapuh orang dicintai. Buket anyelir putih dan buku sudah terletak di atas nakas rumah sakit. Matanya menelusuri tiap lekuk tubuh dari wanita ini, begitu miris dipandang. Mata yang dikagumi sejak lama masih tertutup rapat, suara dan tingkah yang kadang kala membuatnya pusing kini menjadi hal paling dirindukan. Setiap elemen dari wanita cantik ini selalu dirindukan tanpa henti.

"Kapan kau bangun, Harita?"

Ia berbisik pelan, tangannya meremas lembut tangan sang wanita; Harita Koushiki. Dia kembali mengecup lembut tangan baik punggung tangan maupun buku jari milik Harita. "Kapan kau bangun?"

"Tidakkah kau merindukanku, Harita? Tidakkah kau merindukan untuk berbuat usil padaku saat bercengkrama? Tidakkah kau merindukannya?" bisik Touma begitu rendah dan menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Hatinya begitu pedih dan merana mengetahui pendamping hidup sangat lemah di depan mata sendiri tanpa ada kekuatan untuk membantu, hanya bisa melihat dan meratap.

"Aku merindukanmu, aku merasa kosong karena kau tidak berada di sisiku. Rumah menjadi sepi, Harita. Sepi dan dingin ...."

Touma masih berbicara sendiri, meluahkan apa yang dirasakan. Tangan kiri menelusuri rambut hitam bergelombang milik Harita, begitu kusut dan kasar. Lalu jemarinya menelusuri tiap lekuk wajah cantik sang wanita, membelai lembut pipi tirus sembari tersenyum sendu.

"Kau tahu, aku membawakan buket anyelir putih untukmu. Bukalah matamu dan lihat bunganya ...."

Ia mengambil buket bunga itu, menggenggam tangan Harita dan buket begitu erat. "Bunganya indah, seindah dirimu," pujinya lembut, air mata perlahan turun dari pelupuk mata, mengalir lembut. "Kau indah, cantik. Apapun tentangmu, aku akan selalu menganggapnya indah."

Leader dari grup ZOOL masih berceloteh ria, tanpa ditanggapi oleh Harita, hanya embusan angin dan suara dari patient monitor. Ini terasa sunyi di malam musim gugur. Tak hanya itu, suasana sendu turut hadir di kamar rawat inap. Kesenduan ini begitu menyesakkan hati, siapapun yang ikut menjenguk bisa merasakannya.

Touma masih memegang tangan sang pujaan hati yang telah mengucapkan janji suci di pernikahan tiga tahun lalu, buket bunga sudah ditaruh kembali di atas nakas sebelah tiang infus. Ia kembali terdiam, menangis tanpa henti. Rinai air mata masih turun deras membentuk sungai kecil di kedua pipi, kedua mata membengkak akibat terlalu banyak menangis. Touma lelah, stress. Dia ingin beristirahat di rumah kecil bersama Harita, bercengkrama bahkan dihibur. Bukan hanya penggemar dan khalayak umum butuh dihibur, dirinya pun juga. Jika dulu Touma mendapatkannya, maka sekarang sukar untuk mendapatkan kembali.

Sedu sedan masih melingkupi dirinya, buket anyelir putih, kamar rawat inap dan semua benda mati menjadi saksi bisu seorang Inumaru Touma yang sangat tulus mencintai dan setia pada wanitanya, bahkan tidak terbesit pun pemikiran bermain api di dalam pernikahannya.

"Sampai kapan kau ingin tidur? Sampai kapan kau ingin tidur, Harita Koushiki?!" jerit Touma frustasi, dia semakin menangis. Isakan dan suaranya begitu serak, genggaman tangan begitu erat. "Kapan kau bangun?!"

"Aku merindukanmu di rumah, aku ingin kita kembali bertemu di rumah, bukan di rumah sakit! Aku mohon bangunlah, Harita Koushiki!"

Ia meraung, menangis tersedu-sedu. Bahunya gemetar, menahan emosi yang dirasakan dan dipendam sendiri. Tubuhnya bergerak memeluk tubuh rapuh milik pasangannya. Bibirnya tak henti mengucapkan kata 'bangun' dan mata semakin sembab.

Langit malam semakin kelam, turut bersimpati pada Touma, angin liar berulang kali datang, memberi sokongan meski tidak disadari sama sekali. Pria itu sibuk menangis, tenggelam di perasaan sedih dan merana.

"Harita ... aku tidak akan pernah meninggalkanmu ... dalam kondisi apapun ...." Suaranya serak dan lemah, wajah berantakan bersembunyi di bahu Harita. "Perasaanku padamu ... biarkan anyelir putih berbicara ... seberapa besar yang kurasakan padamu ...."

"Aku ... akan selalu menunggumu bangun dan sembuh."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro