Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Rumah Hantu

Aku terbangun dengan tubuh berat yang kupaksa bergerak. Ketika telingaku sangat terganggu oleh suara alarm ponsel yang berdering.

Aku menoleh ke arah benda mati di atas nakas itu dengan mata memicing kesal. Seolah dengan tatapan itu bisa membuat raungan ponselku segera berhenti.

Sayangnya tidak mungkin.

Aku berdecak kesal ketika mengingat siapa pelakunya. Seseorang telah menyetel alarm jam pada ponselku hingga berhasil membangunkanku sepagi ini. Pukul delapan pagi.

"Babe, apa kau sudah bangun?"

Aku mendengus malas. Namun lantas menjawab seseorang yang membuat panggilan telepon pertamaku pagi ini. "Menurut kau?"

"Hahaha. Pasti wajahmu sudah sangat cemberut, aku tahu itu. Ayolah, aku hanya terlalu bersemangat untuk pesta nanati malam."

"Tapi aku tidak." Aku merebahkan tubuh lemasku kembali. Memandang langi-langit kamar yang masih gelap.

"Babe, kita akan berkencan. Kau tidak bahagia?"

Aku menghembuskan napas berat. "Sudahlah, lupakan saja acara kencan nanti malammu itu. Aku tidak akan pergi!"

"Bersiaplah. Aku beri waktu lima belas menit untukmu bersiap. Aku akan segera ke rumahmu." Pria itu lalu mengeluarkan suara kecupan seolah sedang menciumku. Dan ternyata itu cukup membuatku memutar kedua bola mata.

Apakah mengumpat itu dosa?

*

"Lebarkan langkah kakimu. Aku tak mau kau dianggap seperti anak hilang jika terus berada di belakangku."

Aku menghentak kakiku kesal.

"Hey, aku pacar yang bertanggung jawab."

James menarik tanganku hingga kini kami berjalan bersisian. Bukan, dia tidak menarik tanganku. Melainkan ujung lengan hoodie kebesaran miliknya yang kupakai.

Mataku berpendar seiring dengan langkah kaki yang membawaku ke suatu tempat. Tempat ini asing. Kami belum pernah pergi ke kompleks perumahan ini. Karena pergi bersama James, aku percaya bahwa dia tidak akan berbuat jahat padaku. Tidak mungkin, kan, ia akan membunuhku hanya karena menolak ajakan kencannya nanti malam?

James mengetuk salah satu pintu rumah bercat krem bernomor delapan. Tidak perlu menunggu waktu lama, seorang wanita berambut pirang menyambut kami ketika pintu terbuka.

"James! Akhirnya kau datang juga." Wanita itu berseru senang. Ia bahkan tidak melupakan bertukar salam khas lelaki kepada James. Mata kehijauan itu lalu menatap ke arahku dengan binar yang sama. "Ah, kau pasti Laura? Aku Rebecca, teman dari pacar gilamu ini," ucapnya disertai tawa ketika James berdecak.

Rebecca menjulurkan tangan ke arahku untuk mengajak bersalaman, yang langsung saja kusambut ramah.

"Masuklah. Aku telah menanti kehadiran kalian berdua, tamu spesialku."

*

"Jadi, apa yang kau persiapkan untuk halloween tahun ini?" tanya James ketika kami sedang duduk santai di sofa ruang tamu rumah Rebecca.

"Seperti yang kau lihat James. Apa itu tidak cukup menjelaskan?"

James mengedikkan bahu.

Sementara kami─aku dan James─ duduk dengan santai di sofa panjang berwarna putih di ruang tamu, Rebecca tampak sibuk mondar-mandir di dapur. Seperti menyiapkan sesuatu yang kurasa untuk sarapan pagi. Ya, James bertamu ke rumah Rebecca terlalu pagi.

Tak jauh berbeda dari area perumahan tempatku tinggal, di perumahan tempat Rebecca tinggal tampak banyak dekorasi halloween yang menghiasi setiap rumah. Setiap orang seperti berlomba-lomba untuk menghias rumah mereka menjadi seseram mungkin. Aku berani menjamin, semua rumah di sini memiliki konsep halloween yang berbeda-beda.

Setiap tahun perayaan halloween di Amerika diadakan secara besar-besaran. Sejauh yang pernah kutahu, New York's Village Halloween Parade yang berlangsung di Sixth Avenue dan Greenwich Village adalah bentuk perayaan halloween terbesar di dunia. Buktinya partisipan dalam acara tersebut bisa mencapai lebih dari dua juta orang. Tidak hanya kostum yang unik dan seram, dalam parade itu terdapat pertunjukkan sirkus dan live band.

Okay, cukup menjelaskan kepadamu bagaimana meriahnya perayaan halloween di Amerika. Semoga itu bisa membuatmu membayangkan keramaian setiap sudut kota dengan pernak-pernik menyeramkan!

Rebecca datang dari arah dapur. Di kedua tangannya ia membawa dua buah cangkir keramik berisi sesuatu yang hangat─terlihat dari kepulan asap tipis yang menguar dari sana. "Apa yang ingin aku lakukan padamu untuk pesta nanti malam?"

"Aku ingin kau meriasku menjadi Freddy Krueger," jawab James santai.

Aku menoleh ke arahnya cepat. Agak terkejut karena ia memilih karakter itu.

James hanya menampilkan senyum manis tanpa beban kepadaku. Seolah pilihannya itu memang yang terbaik. "Apa kau ada ide untuk merias kekasihku, Rebecca?" James tersenyum miring menyebalkan.

Aku melotot. "A-apa?" Menggeleng cepat, pandanganku langsung bertemu Rebecca yang menunjukkan raut senang juga tak percaya. "Aku tidak ingin menjadi apapun untuk nanti malam!"

"Aku mengajakmu kemari agar kau bertemu dengan ahlinya."

Aku mencubit lengan James. "Kau tahu aku tidak setuju," ucapku pelan dan penuh penekan. Lengkap dengan mata melotot untuk mengintimidasi James yang tampak tidak terpengaruh apapun.

Biar bagaimanapun aku tidak ingin Rebecca merasa tersinggung. Aku menolak untuk dirias olehnya bukan karena tidak percaya pada keahliannya. Dia sangat berbakat untuk merubah wajahku dalam sekejap. Tapi, hey! Aku tidak ingin wajahku berubah menjadi menyeramkan.

Saat aku masih kecil, mom hanya memintaku ─setengah memaksa─ mengenakan konsum Red Riding Hood. Itu pun lengkap dengan syarat untuk tidak merias wajahku. Lalu bersama dengan anak-anak lain, aku pergi ke setiap rumah tetangga di sekitar perumahan kami sambil berteriak 'trick or treat!'. Dengan membawa sebuah wadah plastik berbentuk labu Jack O'Lantern menyeramkan dari mom, aku menerima berbagai jenis permen dari tetangga-tetanggaku. Jika diberi pilihan untuk saat ini, aku masih mau melakukan hal itu meski aku bukan anak kecil lagi. Setidaknya meminta permen jauh lebih menyenangkan. Apalagi ketika embermu penuh dengan berbagai jenis makanan manis itu. Ya, lebih baik meskipun akan tetap lebih menyenangkan bergelung di dalam selimut di kamar tidur.

Namun James tidak memberiku pilihan untuk menjadi Red Riding Hood sambil membawa labu plastik dan berteriak 'trick or treat'.

"Mungkin Laura memiliki pilihan sendiri ingin memakai kostum apa untuk nanti malam, James." Rebecca yang sejak tadi melihat perdebatanku dengan James akhirnya angkat suara. "Apa kau sudah memikirkannya Laura?"

Sejujurnya aku tidak memikirkan apapun. Aku hanya ingin di rumah─di dalam kamarku lebih tepatnya. Tidur lebih cepat karena besok harus kembali bekerja atau menonton film apa pun selain film horror. Mengabaikan permintaan mom dan dad untuk membantunya menghias bagian depan rumah dengan labu Jack O'Lantern, juga jaring laba-laba buatan beserta lampu-lampu berwarna merah terang. Lebih baik lagi jika aku hanya menunggu para anak kecil yang berteriak 'trick or treat' di depan rumah dan membagikan permen manis itu kepada mereka. Apa pun selama tidak merubah penampilanku menjadi sosok hantu.

"Laura ingin pacarnya yang memilihkan kostum apa yang cocok untuknya." James menimpali. Aku melihat ada kerlingan nakal di wajahnya yang tampak lebih menyebalkan pagi ini.

Setelah berhasil memaksaku bangun pagi, sekarang dia berniat ingin menjahiliku. James kira aku takut? Kali ini aku tidak akan menurutinya. Enak saja!

"Aku tidak pernah berkata begitu," belaku.

"Tahun ini adalah kali pertama kami merayakan halloween bersama. Bukankah begitu, Babe?"

Aku memutar bola mata. "Hentikan omong kosongmu itu."

"Kau akan tetap terlihat cantik sekalipun berdandan seperti boneka Anabelle. Percayakan semuanya pada Rebecca."

"Anabelle? Oh, boleh saja jika kau mau. Tahun lalu aku menjadi Anabelle!" Rebecca tampak antusias. "Bagaimana Laura? Apa kau setuju?"

Melihat senyum Rebecca yang merekah itu, membuatku salah tingkah karena merasa tidak enak hati. Aku benar-benar ingin menangis karena James pagi ini!

*

Aku bersandar di sisi kanan mobilku dengan kaki berdiri gelisah. Jika bukan karena perayaan halloween, aku sangat menyukai tempat ini.

Universal Studio Orlando tampak ramai dari biasanya. Apalagi di bulan istimewa─ bulan Oktober, Universal Studio mengadakan event yang dikenal dengan Halloween Horror Nights yang diselenggarakan pada akhir pekan, tepatnya hari Jumat sampai Minggu. Setiap tahunnya Universal Studio memiliki tema yang berbeda-beda untuk merayakan halloween. Sudah pasti tema yang dipilih selalu seram!

Universal Studio akan menjadi wahana bermain biasa pada siang hari. Menjelang malam, wahana bermain ini akan berubah dalam sekejap menjadi taman rekreasi yang menyeramkan. Aku tidak tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mendekor satu kawasan ini menjadi rumah hantu. Memang sudah seniat itu.

Khusus tahun ini, tema yang diangkat oleh taman rekreasi ini adalah Horror Night. Seperti yang bisa kalian perkirakan, rumah hantu ini akan menakuti setiap pengunjung dengan hantu pada film-film horor Hollywood. Sejauh dari apa yang kulihat, aku menemukan The Walking Dead, Insidious, The Purge sampai film horor klasik Freddy vs Jason. Makanya aku tak heran mengapa James memilih tokoh Freddy Krueger saat ingin didandani oleh Rebecca.

Malam ini, sesuai janji James yang seminggu lalu dengan spontan kusepakati, James mengajakku pergi mengunjungi Universal Studio. Ia berkata ingin mengajakku berkencan di sini. Saat halloween pertama kami, di malam hari. Bagian mana dari perkataannya yang terkesan romantis? Tidak ada!

"Aku ingin memberimu pengalaman menyenangkan Babe."

"Kita bisa mengunjungi tempat lain."

"Tapi kita belum pernah berkencan di rumah hantu."

"Orang waras mana yang mau berkencan di rumah hantu saat malam halloween?! Sudahlah, aku benar-benar akan mengunci pintu kamar dan jendela dengan sangat rapat. Menulikan telinga meskipun kau memanggilku di luar rumah agar menerima ajakan kencanmu yang tak masuk akal itu!"

James mengerling. "Aku sudah membelikan tiket masuk rumah hantu untukmu, Babe. Kau hanya perlu menyiapkan diri."

Lamunanku terbuyarkan ketika mendengar suara hantu menyeramkan tertawa dari pengeras suara. Suara berat seperti sosok monster yang menggema nyaring di seluruh penjuru taman rekreasi.

Aku menelan saliva susah payah ketika menangkap penampakan rumah hantu temporer di hadapanku. Meski hanya sementara, aku nyaris tak percaya jika rumah hantu ini hanya dipergunakan untuk beberapa jam saja. Menurut informasi yang kudapat dari James, rumah hantu ini akan beroperasi sampai jam dua pagi.

Jika kau menyarankanku untuk mencari wahana lain saja─karena nyaliku yang tidak juga tumbuh bahkan ketika sudah berada di sini, aku tidak punya pilihan lain. Di seluruh penjuru taman bermain ini tersebar sejumlah rumah hantu buatan. Rumah-rumah hantu itu jauh lebih menyeramkan sekalipun aku belum menginjakkan kaki ke sana.

James : Cepatlah. Aku menunggumu di dalam.

Kakiku akhirnya benar-benar melangkah masuk lebih dalam ke rumah hantu ini. Setelah berpisah dengan James─demi menghindari kegilaannnya yang memaksa Rebecca mendadaniku seperti Anabelle, aku akan menemuinya di sini.

Aku berdiri bersama rombongan orang-orang di barisanku. Ada yang ketakutan, ada juga yang berani. Tetapi kebanyakan orang bersikap was-was sepertiku. Pokoknya nanti saat bertemu James, aku akan mencengkeram tangannya dengan kuat karena dia yang menyebabkan aku terjebak dalam situasi ini.

Rumah hantu ini bertipe walkthrough atau para pengunjung harus berjalan kaki sendiri melewati liku-liku seperti labirin atau maze di dalam rumah ini agar sampai di ujung jalan. Tidak ada kereta khusus yang bisa kami tumpangi untuk berkeliling di dalam sini untuk bertemu para hantu palsu. Aku dan yang lainnya harus melewati satu per satu area yang ada, di mana setiap area tersebut terdapat berbagai jenis hantu. Area yang kumaksud ini disebut scarezones yang berlokasi di beberapa titik dengan tema yang sudah ditentukan. Kau bahkan bisa mengabsen hantu apa saja yang ada dan tak perlu repot jika hantu favoritmu tidak ada. Eh, memangnya ada yang suka dengan hantu?

Aku menutup mata dan mulut dengan erat menggunakan telapak tangan, hingga pekikanku itu tidak keluar. Telingaku sakit karena beberapa wanita di belakangku sudah berteriak tanpa beban, terlebih sampai menarik bahkan mendorongku. Aku juga takut tahu, makanya aku harus segera bertemu James!

Aku menemukan James dan ia tersenyum.

*

Dengan tangan bergetar, juga wajah yang sudah basah akan keringat. Aku duduk di kursi besi yang agak jauh dari keramaian taman rekreasi Universal Studio. Meneguk air mineral dingin yang syukurnya masih bisa kutemukan karena aku benar-benar kehausan. Pasokan air di dalam tubuhku terkuras banyak karena keringat yang terpaksa keluar, juga efek menangis.

Berada di sini jauh lebih baik. Aku masih bisa menekan produksi keringatku yang tidak senormal biasanya. Meski suara teriakan bahkan jeritan masih bisa kudengar jelas di belakang sana. Ya ampun, aku masih tak percaya pernah melewati salah satu mimpi buruk dalam hidupku!

"Ada masalah?" Aku mendongak ke samping dan menemukan seorang wanita. Wanita itu meminta izin untuk duduk di sebelahku dan tentu saja langsung kupersilakan. "Kau tampak kacau."

"Di dalam terlalu panas." Aku tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya kepada wanita ini.

Ia pun terkekeh. "Benar. Tapi sangat menguji adrenalin bukan?"

"Tentu saja! Aku bahkan tidak menyesal menghabiskan 50 dolarku untuk sebuah petualangan masuk ke rumah hantu." James mengeluarkan uangnya hanya agar aku masuk ke rumah hantu. Aku tidak rela menghabiskan uangku hanya untuk membuatku menjerit seperti tadi. "Aku bersumpah tidak akan kembali ke dalam sana lagi tahun depan dan selamanya!"

Kini wanita itu menertawakanku.

"Kurasa kau harus benar-benar menenangkan diri. Kakimu masih bergetar."

Aku melihat ke arah kedua kakiku. Benar saja, kakiku masih bergetar. Bukan hanya kaki, seluruh tubuhku bergetar hebat. Argh, aku membenci James!

"Apa rencanamu berikutnya? Apa kau akan tetap di sini sampai acara berakhir?"

Aku menggeleng mantap. "Aku akan segera pulang. Aku tidak dibayar untuk bertahan hingga subuh."


*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro