Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prince Pumpville


"Ini apaan, sih?" Kamu mendengkus kesal, menatap selebaran tentang pesta Halloween yang ditempel seenaknya pada pintu toko kuemu. "Ngaco banget nempel ginian di toko orang!" Dengan marah, kamu merobek dua belas poster itu dari pintu kaca dan dinding luar bakery-mu.

Astaga! Kamu mengumpat dalam hati. Ini masih pagi, di hari minggu yang cerah namun mood-mu malah sudah seperti kapal pecah, ambyar.

"Halloween masih bulan depan udah nyampah aja!" gerutumu, lalu menghela napas, "Hmm, sabar, Sunny." Kamu menggumam pada dirimu sendiri sambil membuang poster itu ke tempat sampah. Kemudian, kamu merogoh saku celanamu, mencari kunci toko.

Perasaan panik itu kemudian memelukmu, saat kamu tidak menemukan apa yang kamu cari di saku kanan baggy pants mocca yang kamu pakai.

Tanganmu kemudian merogok saku yang lain. Namun, hasilnya sama; nihil. Menghirup udara dalam-dalam, kamu mencoba menenangkan dirimu. "Keep calm, Sunny. It must be somewhere," ucapmu lalu kembali merogoh saku kanan celanamu, sedikit lebih dalam. Dan, kamu ingin menangis saja rasanya saat tanganmu terasa menyentuh kulit pahamu. Saku itu bolong.

Kamu memejamkan mata, mengusir buliran bening yang sudah berdesakan. "Saku bolong. Aduh, mana ada kue ulang tahun yang nanti harus diantar dan belum selesai proses icing."

Menunduk, kamu pun menyeret langkahmu kembali pulang. Menyusuri sepanjang trotoar yang tadi kamu lewati, irismu menyapu jalanan dengan teliti. Meskipun begitu, kamu tetap mengucap syukur karena jarak toko kue ke rumahmu tidak begitu jauh.

"Aduh, Sunny, untung ya, cuma sekilo doang. Coba sepuluh kilo? Kamu jalan kaki bisa gempor." Lagi, kamu menggumam. "Eh tapi kan kalau sepuluh kilo, aku naik mobil dong? Malah aman kunci jatuhnya di dalam mobil. Lha ini? Kalau kuncinya ditem- awwh!" Kamu memekik kesakitan saat kepalamu terantuk sesuatu.

"Maaf." Lembut Suara lelaki di depanmu membuatmu mendongak. Seorang dengan penampilan anti mainstrim itu menjatuhkan totebag-nya untuk mengusap keningmu. "Sakit, ya? Maaf banget saya-"

"Gak pa-pa. Saya yang salah. Saya jalan nunduk." Kamu yang mulai merasa tidak nyaman, mundur satu langkah. Oh, ya ampun! Lihat itu bajunya, di cerahnya Minggu pagi terakhir bulan September, lelaki itu malah memakai celana komprang ala-ala celana Rhoma Irama berwarna oranye cerah dan kaos lengan panjang abu misty. What a good combination! Kamu membatin.

Kamu masih menatap lelaki berpostur semampai di depanmu. Dan, apa itu? Ada apa dengan kepalanya? Sedang cosplay-kah dia? Menjadi apa? Jack O'Lantern? Yang benar saja! Perayaan Halloween masih bulan depan, kan? Kamu melanjutkan membatin-mengomentari penampilan lelaki di depanmu.

"Saya sedang tidak percaya diri," ucap lelaki itu, seolah bisa mendengar suara hatimu.

"Kenapa?" tanyamu sambil bersidekap, "kamu lagi kangen Milea?"

Si Jack O'Lantern di depanmu tertawa kecil, kemudian menjawab, "Saya bisa dihajar Dilan dan rombongan pecinta motor jadul kalau kangen sama Milea."

Giliran kamu yang tertawa kecil. Sejenak, kamu merasa tertarik pada si kepala labu di depanmu. "Okey, jadi kenapa kamu gak percaya diri?"

"Kamu? Kenapa jalan nunduk? Harga diri kamu anjlok kayak saya?" Dia balik bertanya padamu.

"Hah?!" Kenapa jadi bawa-bawa harga diri? Batin kamu.

"Ini," Lelaki di depanmu mengulurkan sesuatu. Kunci toko kuemu yang sedari tadi kamu cari.

Kamu segera meraih kunci itu, "Kenapa bisa ada di kamu? Kamu dapat darimana?"

Meski tertutup kostum kepala labu namun kamu bisa melihat senyum terukir di wajah lelaki itu.

**

Di sinilah kamu sekarang berada, ditemani lembut alunan musik lawas You're the One milik Shania Twain di dalam toko kuemu. Kamu sedang sibuk melakukan proses icing kue ulang tahun pesanan teman ibumu. Di depanmu, si Jack O'Lantern duduk bertopang dagu menikmati kegiatan yang sedang kamu lakukan sambil menceritakan alasannya tidak percaya diri tadi.

"Tunggu-tunggu-tunggu," Kamu menyela ceritanya, "kamu bilang, kamu datang darimana?"

"Pumpville."

"Pumpville? Where on earth is that place?"

Lelaki itu menurunkan tangannya, tidak lagi menopang dagu namun berganti menggaruk tengkuknya. "Di playstore ada. Saya berasal dari aplikasi permainan, kamu gak perhatikan cerita saya."

Kamu menyengir, menyahuti, "Aku kira kamu membual. Maksudku, kamu bahkan gak ngenalin nama kamu. So, I thought what you said all lies. "

Oh, tidak. Meski tertutup labu sialan yang tersenyum menyeramkan itu, kamu tahu wajah lelaki di dalamnya kecewa. Pandanganmu beralih dari manik pekat di balik pumpkin itu pada jakun naik turun someone from Pumpville di depanmu.

"Okey, aku minta maaf," ucapmu menyesal, "Aku Sunny." Kamu mengulurkan tanganmu. Sedetik kemudian, uluranmu disambut oleh si penemu kunci 'penyelamatmu'.

"Saya punya banyak nama di Pumpville. Saya gak tahu harus ngenalin diri saya ke kamu pakai nama apa."

Kamu menganga tidak percaya, menarik tanganmu, kamu menjawab, "Oke, Pumpville. I'm gonna call you that. Eum..." Telunjukmu terarah pada sesuatu yang sejak tadi mengganggumu, "You sure you don't wanna take your pumpkin head off? I feel like it's Halloween already."

Pumpville menggeleng, seperti anak kecil yang takut disuntik. "Kan saya udah bilang, saya sedang tidak percaya diri," jawabnya.

"Apa yang bikin kamu gak percaya diri, Pumpville? I mean, kamu pakai baju, kamu rapi. Gimana pun wajah kamu, aku bisa nerima kok. Apa pun, asal gak rupa Jack O'Lantern itu."

Pumpville masih menggeleng kuat. "Saya sedang tidak percaya diri."

Kamu mendengkus kesal, melanjutkan kembali pekerjaanmu. "Jadi, apa rencana kamu setelah gagal ketemu Pumpville user favorit kamu?"

"Saya tidak tahu. Saya tidak bisa kembali begitu saja ke dalam aplikasi karena misi saya tidak berhasil. At least I have to bring something to the app."

"Woah, kamu pintar bahasa Inggris, ya?" Kamu tersenyum hangat.

"Saya bisa 27 bahasa. Maksud saya, di aplikasi ada-"

"Oke, aku tahu." Kamu kembali menyela.

"Ya, seperti itu."

Kemudian, hening membentang, seiring lagu Shania Twain yang berakhir dan berganti When You Say Nothing at All milik Keith Whitley. Kamu melanjutkan proses icing cake yang sedikit lagi selesai. Saat samar senandung merdu tertangkap indera pendengaranmu.

"It's amazing how you can speak right to my heart. Without saying a word you can light up the dark." Suara lembut Pumpville sejenak menyihirmu. Di tempatmu berdiri, kamu memandangi sosok yang sedang menatap ke arah jendela besar sisi kanan bakery milikmu.

Seolah memiliki kekuatan layaknya paranormal, kamu dapat menebak jika lelaki yang sedang bernyanyi itu pasti tersenyum saat bernyanyi. Dengan raut wajah yang sejuk dan kedua iris terpejam, ya seperti itulah tebakanmu. Namun, ketika si kepala labu menoleh ke arahmu, kamu menarik kembali pikiran songongmu barusan.

"All day long I can hear people talking out loud. But when you hold me near you drown out the crowd."

Melalui celah netra labu itu, kamu melihat air menumpuk di pelupuk matanya. Kenapa dia? Itu lagu cinta, kan? Kenapa dia menangis?

Lagi, seperti sebelumnya. Seolah ia bisa membaca pikiranmu, ia pun berkata, "Itu lagu kesukaan Ibu saya."

Kamu seketika terbatuk. "Kamu punya ibu?" Astaga, itu pertanyaan yang sangat jahat, batinmu.

"Tentu saja saya punya. Bahkan saya punya kerajaan, Ella yang membangunkan kerajaan itu untuk saya."

"Ella? Pumpville user favorit kamu?"

Dia mengangguk. Tatapannya kembali terarah pada pemandangan di luar jendela. Melirik jam di pergelangan tanganmu, kamu lalu mengambil duduk di samping lelaki itu. Masih ada satu jam lagi sebelum kamu harus mengantar kue pesanan kamu.

"Tell me about her. Ella." Kamu berujar, memecah lamunan Pumpville.

Meskipun begitu, Pumpville tidak menoleh. Kamu pun mengikuti arah pandangan lelaki itu. Pada rintik hujan yang mulai turun. Beberapa berjatuhan menabrak kaca jendela.

"Ella?" Dia balik bertanya.

"Iya. Dia kasih nama kamu siapa?" Gantian kamu yang duduk bertopang dagu menatapnya.

"Kamu akan mual kalau dengar nama yang dia kasih ke saya."

"Ya, seenggaknya aku gak kesusahan panggil kamu Pumpville. Kedengaran aneh, tahu!"

Terdengar kekehan ringan dari lelaki di sampingmu. "Prince. Ella kasih nama saya Prince."

"Oke. Aku panggil kamu Pumpville aja."

Tawa ringan terdengar setelah kamu memutuskan memanggil lelaki itu siapa. "Told ya."

"Ella... di mana dia tinggal?"

Pumpville mengangkat kedua bahunya. "Saya tidak tahu. Tapi di Pumpville, dia tinggal sama say-"

"Whoah! Apakah Pumpville permainan rated mature?"

"-a sebagai petani di kerajaan."

Mendengar lanjutan kalimat Pumpville, kamu mengatupkan bibir. Kemudian, cengiran kamu beri untuknya, mewakili rasa bersalahmu. "Sori. Aku kira sebagai... eum... you know, as your girlfriend, or something."

"Saat kebanyakan user lain bermain curang, dia bermain jujur. Satu dari delapan belas user yang bermain jujur. Dari dua puluh delapan juta user yang sudah mendownload Pumpville."

"Wow."

"Ella memulai dari awal dua tahun lalu. Dari petani level satu sampai sekarang dia berada di level 281. Ella tidak pernah terlambat menyiram atau memanen tanaman. Dari hanya menjadi petani labu, kini dia jadi petani kerajaan. Ella tetap tidak pernah sekalipun bermain curang dan terlambat-"

"Menyiram atau memanen tanaman, tadi kamu sudah sebutkan. Can I ask something? Two things, actually."

Barulah Pumpville menoleh ke arahmu, mengangguk. "Ya. Tanya saja."

"Peran kamu apa di game itu? Dan, bagaimana bisa apa yang Ella lakukan bikin kamu jadi jatuh cinta sama dia?" Kamu bersidekap, sungguh penasaran.

"Tunggu, apa saya bilang kalau saya jatuh cinta sama dia?"

"A-seingetku sih, gak bilang. Tapi kamu sampai keluar dari permainan itu demi menemui Ella. Di dunia nyata, kamu tahu apa sebutan bagi orang yang rela ngapain aja untuk orang lain?"

Dia menggeleng.

"Bucin."

"Bucin? Budak cinta?"

"Kamu tahu?"

"Beberapa kali, ada chat Ella pada user lain membahas 'bucin' budak cinta ini."

Kamu menganga. Secanggih dan seaneh itukah dunia sekarang?

"Saya hanya ingin menemui Ella, dan ya, mungkin saya jatuh cinta. Perihal peran saya di game, saya sebagai asisten user, you know, di sebuah aplikasi pasti ada seperti notifikasi-pengingat untuk melakukan update, atau hal lain. Di YouTube, misalnya. Ada notifikasi untuk menonton atau konten yang baru diunggah following kamu, kan? Peran saya kurang lebih seperti itu. Yang bikin saya suka sama dia, Ella meringankan tugas saya karena saya bahkan nyaris tidak pernah memberi pengingat."

Dia bercerita panjang lebar. "Satu pertanyaan lagi. Gimana bisa kamu keluar dari permainan itu?"

"It's something I couldn't tell. Seperti resep kue yang kamu bikin, kamu pasti gak akan membaginya bersama saya, kan?"

"Jadi, sekarang apa? Kamu akan tinggal di mana?"

"Saya tidak tahu. Bolehkah saya bekerja di sini? Atau... mungkin kamu mau mencarikan saya pekerjaan? Ibu saya bilang, di dunia manusia, untuk bertahan hidup kami harus bekerja."

Entah untuk alasan apa, tanpa pikir panjang kamu mengangguk.

**

Kamu meraup wajahmu kasar, menatap sticky notes di whiteboard dapur bakery, berisi daftar kue pesanan yang harus kamu selesaikan minggu ini. Sembilan kue ulang tahun dan dua kue untuk pesta Halloween.

Yang benar saja!

Kemudian, pandanganmu terarah pada blocknote yang sedang kamu pegang. Kamu membukanya, membaca daftar belanjaan yang harus kamu beli karena menipisnya persediaan.

"Sunny, jadi saya harus belanja apa saja?" Suara lembut dari balik punggungmu, membuatmu menoleh. Ah, si kepala labu itu sudah siap membawa tote bag dan memasang kneepad pada lututnya.

Refleks, kamu tersenyum. Mengulurkan blocknote yang kamu pegang pada Pumpville, kamu menyempatkan irismu untuk melirik kalender di atas meja. Sudah dua puluh satu hari sejak minggu terakhir bulan September, ex-Jack O'Lantern cosplayer itu bekerja di bakery milikmu.

Awalnya, kamu kira hal-hal akan menjadi sulit karena kehadiran Pumpville-sulit menjelaskan asal muasal kehadirannya di dunia ini pada kedua orang tuamu, sulit membuat Pumpville beradaptasi dengan dunia ini, dan segala kesulitan serta ketakutan lainnya.

Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Entah memang orang-orang di dunia ini mulai tidak mempedulikan hal-hal, atau memang karena kehadiran Pumpville bukan sebuah keanehan. Things went so easy since he came along. Orang tuamu sama sekali tidak menanyakan perihal latar belakang Pumpville. Mereka menerima karyawan pertamamu itu dengan senang hati.

Dunia yang semakin tidak karuan ini, sama sekali tidak menyulitkan si kepala labu. Yang paling penting, Lucas Benavent juga dapat menerima keputusanmu. Bahkan, kekasihmu itu sangat akrab dengan Pumpville. Pada beberapa kesempatan, dua lelaki itu menghabiskan akhir pekan di bakery, menemani kamu menyelesaikan kue pesanan sementara Lucas dan Pumpville membahas game.

Keadaan menghangat. Kamu tidak bisa bohong pada diri sendiri bahwa kehadiran menjadi jauh lebih baik semenjak kehadiran Pumpville. Dalam beberapa kesempatan, kamu membantu lelaki itu menemukan Ella.

Kegagalan pertemuan pertama Pumpville, disebabkan oleh ketidaktahuan lelaki itu tentang sang gadis. Dulu, Ella sedang berada di sebuah rumah sakit. Dengan penampilan yang nyentrik seperti minggu terakhir bulan September lalu, terang saja pihak rumah sakit tidak mengizinkan Pumpville bertemu Ella.

Meskipun begitu, tanpa sepengetahuan siapa pun, kamu menaruh dendam besar pada security rumah sakit tersebut karena telah mengolok penampilan Pumpville.

"Pumpville," panggilmu pada lelaki yang sudah duduk di atas sepeda pixie itu.

Pumpville menoleh. Meski wajahnya masih berupa labu yang semakin hari warnanya semakin oranye, kamu bisa merasakan jika lelaki itu tersenyum.

"Hati-hati. Dan, jangan khawatirkan soal Ella. I'm sure she's gonna like you."

Lelaki itu mengangguk. Mengacungkan kedua jempolnya sebelum mulai mengayuh sepeda.

Oh, perihal Ella. Kamu dan Lucas sudah mendapat banyak informasi tentang gadis itu. Seorang mahasiswi keperawatan yang akan lulus tahun ini. Sialnya, seminggu lagi mahasiswi itu akan kembali ke kota asalnya seiring berakhirnya program magang kuliahnya.

"I better hurry up and set all things up for him!" gumammu.

***

"Done!"

Lucas berseru senang setelah berhasil menyelesaian proses icing untuk kue ulang tahun anak laki-laki teman SMA-nya itu. Kamu sengaja memintanya menghias kue berbentuk superhero Batman itu karena kamu tidak begitu menyukai warnanya; abu-abu dan hitam.

"Beruntungnya aku, punya pacar teman seangkatan waktu sekolah pastry." Kamu berujar, memuji kekasihmu sambil mengusap pipinya.

"Ya. Beruntungnya aku, punya pacar yang bikin aku inget, betapa menyenangkannya ngehias kue daripada duduk di balik meja kantor." Dia menyahuti, dan kamu tertawa ringan.

"Serius, Sunny, aku udah bosen ngantor mulu. Aku pengen libur seminggu, deh, bantuin kamu nyelesaiin cake order, sementara kamu ngerjain 'tugas kenegaraan' tiap bulan dari mama kamu, setor resep baru."

Mendengarnya, tidak ada yang bisa kamu lakukan selain menepuk kening. Ya, kamu melupakan hal satu itu. Oktober akan berakhir lima hari lagi, dan kamu belum membuat satu pun experiment recipe.

Mendadak, kamu menjadi resah. Kamu meletakkan edible flowers di tanganmu ke dalam mini bucket, lalu mengambil duduk di kursi. Meraup wajah, kamu kemudian berkata, "Mati, aku. Aku harus gimana, dong, Lucas. Aku beneran lupa yang itu. Aduh, mama pasti bakalan cincang aku."

"Sembarangan!" Lucas menyahuti sambil memukul pelan kening kamu, "mana ada Tante Sania nyincang kamu, emang kamu bawang bombay? Tenang, masih ada beberapa hari lagi. Coba pikirkan sesuatu, yang belum pernah kamu pikirkan sebelumnya."

"Bunuh diri," sahutmu sekenanya.

"Sunny!" Lagi, Lucas menghadiahimu pukukan pelan pada kening.

"Aku gak tahu!"

Sedang kalutnya kamu, tiba-tiba sebuah suara membuatmu menoleh. Kamu dan Lucas. Pumpville berdiri di ambang pintu dapur, membawa keranjang buah-buahan, dan berjalan menghampirimu.

"Prince pumpkin from adorable Marry Jane," ucapnya, "dia baik banget, kasih saya labu. Sementang-mentang kepala saya labu dan sudah mulai menua."

"Iewh, Pumpville!" Kamu sedikit membentak.

"Sunny," Lucas memperingatkanmu sambil mengusap lengan kirimu, "lower your voice."

"Sorry, Pumpville," ucapmu menyesal. "Aku lagi bingung level trick or treat mikirin rese-" Kamu tidak melanjutkan ucapanmu, menatap dua labu berukuran sedang yang dibawa Pumpville. Seketika, terlintas di kepalamu apa yang harus kamu lakukan.

Menatap Lucas dan Pumpville bergantian, kamu mantap berujar, "Aku rasa aku tahu apa yang harus aku lakukan."

"Apa?" Itu suara Lucas dan Pumpville.

"I'm gonna make, not only an experiment recipe, but also three others stuff that will blow up that Halloween party in the Downtown, and impress your Ella on your first date."

"What?" Lagi, Lucas dan Pumpville menyahuti bersamaan.

"Dan, satu lagi apa?" tanya Pumpville.

"A secret mission."

***

"Done?"

"Done!" Kamu menjawab mantap, mengulurkan hasil dari experiment recipe buatanmu pada dua orang di yang duduk di dapur bakery: mama dan Lucas. Di belakang mereka, Pumpville berdiri resah sambil memasukkan kue pesanan ke dalam kotak.

Pumpkin pie yang seharian ini kamu coba buat, terhidang cantik di depan Lucas dan mamamu. Kekasihmu itu menatap penuh minat pada dessert berbahan dasar 'pangeran labu' yang dibawa oleh 'pangeran' Pumpville. Sementara mamamu, mulai mengayunkan garpu dan menusukkannya pada pie.

Gemetaran sudah bukan lagi yang kamu rasa. Rasa ingin muntahlah yang kini mendominasi. Akumulasi dari segala rasa cemas, panik, lelah, dan terus mencoba experiment recipe seharian ini.

Ya, mamamu mulai mengunyah pie itu. Pun dengan kekasihmu. Kian mual yang kamu rasakan saat ini. Tapi, begitu senyum terbit di wajah mamamu, dan pujian keluar dari mulut kekasihmu, segala rasa itu pun pergi. Kamu melompat kegirangan dan bertepuk tangan. Layaknya anak kecil yang mendapatkan kejutan ulang tahunnya begitu banyak.

"Is that really nice?" tanyamu tidak percaya.

Mamamu dan Lucas mengangguk. "It is the best," puji Mamamu.

Kamu mengembuskan napas lega. "Oh, thank Godness. I am not dead," gumammu sepelan mungkin.

"Jadi, kamu mau kasih nama apa dessert ini? Kamu harus menjualnya, Sunny. Ini sungguh enak." Lucas sambil beranjak mendekatimu-untuk kembali mengambil slice pumpkin pie-bertanya.

"Mama setuju sama Lucas. Ini benar-benar enak. You should think the name of this dessert, then sell it."

"Prince Pumppie? Is that a nice name?" tanyamu.

Lucas dan Mamamu saling berpandangan, lalu mengangguk dan berujar, "Prince Pumpville would be perfect."

Seperti bulan lalu, kamu mengangguk tanpa pikir panjang. Kedua netramu menatap si kepala labu di belakang dua 'juri' experiment recipe-mu. Senyum pun kamu beri untuk penyelamatmu itu. Kini, giliran kamu yang akan menyelamatkan lelaki itu.

Dan membalaskan dendam.

***

Lelaki itu sudah duduk di kursi taman sebuah pesta perayaan Halloween di pusat kota. Meminjam pakaian kasual Lucas, Pumpville sudah siap bertemu Ella, si user favoritnya itu. Dengan bantuan keluargamu, akhirnya kamu bisa membujuk gadis cantik itu untuk datang ke pesta yang diselenggaran salah satu teman papamu.

Ya, ini pesta pada selebaran yang dengan seenaknya ditempel di kaca toko kuemu.

Kamu mengetukkan jemarimu resah pada gawai di tanganmu. "Kenapa Ella gak datang juga, ya?"

"Sabar, Sunny. Mungkin dia lagi dandan." Lucas menyahuti.

Kamu menoleh, menatap doppelganger Pumpville di sampingmu. "Harus banget, kamu kayak dia?" tanyamu sambil menunjuk Pumpville.

"Dia?" Lucas ikut menunjuk, "The Prince Pumpkin-the real one. Me? I am Jack O'Lantern. Kamu? Kenapa kamu gak dandan?"

"Aku dandan," kilahmu.

"Apa? Kamu bahkan belum mandi, Sunny. Lihat, apron kamu aja masih nempel." Lucas menunjuk apron putih yang belum terlepas dari tubuhmu sejak tadi pagi.

"I-Have no excuse."

Lucas terkekeh. "Kamu cosplay jadi hantu koki."

"Ih!"

"Lihat itu, Ella." Lucas menunjuk gadis yang baru saja bergabung bersama Pumpville di taman.

"Tahu dari mana kalau itu Ella?" Kamu bertanya.

"Sunny, kamu sendiri yang memilihkan kostum untuk dipakai Ella, kan?"

Kamu menyengir. Memang benar kamu yang memilihkan. Kamu sendiri yang memberikan kostum itu pada Ella, kemarin malam di rumah sakit-dan membalaskan dendammu pada security, memberi labu pahatan Jack O'Lantern berisi puluhan katak kecil.

Kamu mengajak Lucas mendekat, menguping percakapan Pumpville dan Ella.

"Hai, is that really you?" Ella bersuara.

Pumpville mendongak, menatap gadis cantik yang mengenakan gaun selutut berwarna oranye dengan pattern labu tersenyum. Di atas kepala gadis itu, ada mahkota kecil.

"Are you really Prince Pumpville? The one that I create two years ago?" Lagi, Ella bertanya.

Pumpville mengangguk. Lelaki itu beranjak dari duduk, mengulurkan sesuatu di hadapan Ella. Sebuah kalung yang dibuatnya selama satu bulan di dunia nyata, berasal dari kristal ceko yang diberikan Marry Jane, pemilik toko buah-buahan di dekat bakery.

"Yes. I am the Prince Pumpville. Thank you for creating me and keep me alive, and build me a kingdom." Pumpville menjawab.

Seiring dengan Pumpville yang memakaikan kalung itu pada leher Ella, keajaiban terjadi. Labu yang makin gelap warnanya di kepala Pumpville, perlahan memudar. Kamu dan Lucas dibuat terpana oleh penampilan lelaki yang selama sebulan ini membantumu.

"Sumpah, dia ganteng banget." Pujian terdengar keluar dari mulut Lucas.

Kamu menoleh, menatap kekasihmu yang menganga. "Lucas, he is a dude, and you are a dude!"

"Tapi, dia ganteng, Sunny. Ya ampun, untungnya selama ini, wajahnya ketutup labu. Coba gak, dan kamu jadi naksir dia. Astaga, mana dia Prince Pumpville, apalah aku yang cuma kerja kantoran."

"Lucas!" hardikmu. "Bahkan jika wajah dia gak ketutup labu, aku gak akan naksir dia. Dia dari aplikasi!"

Lucas mengulas senyum hangat, membawamu dalam rengkuhan, mengalihkan pandanganmu dari Pumpville dan Ella yang mulai saling mendekatkan wajah.

"Sumpah, Sunny, kamu bau asem."

Kamu memukul lengan Lucas. "Ini demi nyiapin pertemuan Ella sama Prince Pumpville!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro