Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Deserved

Mata abu-abu dibalik kacamata hitam itu meneteskan air mata. Tenggorokannya tercekat. Dadanya sesak. Dengan susah payah, pria yang tampak mencolok itu bangkit berdiri. Bukan tanpa alasan, paras bulenya dan kacamata hitam yang ia kenakan di malam hari itu cukup membuatnya tampak berbeda.

Brian McConnell, pria asli Amerika Serikat ini tampak sangat mencolok di antara orang China di sekitarnya. Setiap tahun, pergi ke China memang menjadi kegiatannya, setidaknya setiap tanggal 31 Oktober. Hari Halloween, yang merupakan hari di mana ia kehilangan cintanya juga.

Ingatan Brian langsung memutar kenangan tiga tahun lalu itu. Di hari Halloween, ia mengajak calon kekasihnya, Yuan Yu Fei, untuk merayakan hari malam Hari Raya Semua Orang Kudus (All Hallows' Day) di Kekristenan Barat itu. Rencanya, ia ingin 'menembak' wanita asal China itu. Namun siapa sangka, rencana tinggallah rencana.

Yu Fei sangat benci dan takut dengan hal horor, dan Brian tau itu. Tetapi pria yang kala itu berusia 22 tahun itu malah memakai kostum vampir mengerikan saat hendak meminta Yu Fei menjadi kekasihnya. Alhasil, Yu Fei yang sudah ketakutan langsung berlari. Wanita yang lebih muda dua tahun darinya itu berlari tanpa arah hingga tanpa sadar berada di jalan raya. Lalu, menyebrang sembarangan membuat nyawanya sukses melayang.

Karena itu, sejak itu, Brian membenci dirinya sendiri. Brian membenci hari Halloween. Ia memilih merayakan hari yang paling ia benci itu di China, karena negara yang terkenal dengan tembok raksasanya itu adalah negara asal Yu Fei, sekaligus hanya di China lah, Hallowen dirayakan tanpa sesuatu yang dibenci Yu Fei, yaitu hal seram.

Negara China merayakan Hallowen dengan mengadakan Teng Chieh untuk menghormati orang yang telah meninggal. Warga China akan mengunjungi makam keluarga dengan membawa makanan dan bunga yang akan diletakkan di atas kuburan mereka, lalu akan disusul dengan membakar dan menerbangkannya ke udara yang bertujuan supaya roh-roh yang berkeliaran bisa kembali ke surga.

Meskipun tidak tau letak makam Yu Fei karena keluarga wanita itu yang tidak mau memberitahu, Brian bertekad untuk merayakan hari Hallowen dengan Teng Chieh. Ia ingin memastikan roh Yu Fei naik ke surga. Jika dirinya belum berhasil membahagiakan wanita itu di sini, biarlah Yuan Yu Fei bahagia di surga dan Brian McConnell menderita seorang diri di dunia.

Kejadian tiga tahun lalu itu juga mengubah sosok Brian McConnell. Dari sosok yang periang menjadi sosok yang bagaikan robot dan tidak pernah tersenyum. Bekerja, bekerja, dan bekerja. Itulah isi hidupnya. Ia menjauhi semua hal yang membuatnya bahagia.

"Yu Fei." Nama itu berhasil terucap lirih dari bibir Brian. Air matanya menetes deras. Tangan pria itu mencengkram lampion yang siap diterbangkan bersama dengan makanan dan bunga kesukaan Yu Fei.

Saat orang lain mengangkat lampion mereka, Brian menghela nafasnya yang terasa sangat berat. Tangannya yang mencengkram lampion hingga buku jari-jarinya memutih itu terangkat. Setiap tahun ketika melepas lampion Brian merasa tertemplak dan diingatkan. Diingatkan bahwa Yu Fei telah tiada, sekaligus tertemplak karena dirinya adalah penyebab semua itu.

Beberapa saat kemudian, setelah orang lain menghitung mundur, Brian melepas lampion itu bersama orang lain. "Wo ai ni, Yuan Yu Fei. Hen ai ni," ucapnya sepenuh hati dengan suara tertahan sambil menatap sendu lampionnya yang menjauh itu dari balik kacamata hitamnya.

Sedetik kemudian, Brian terjatuh berlutut. "I'm sorry. I'm sorry," raungnya terus menerus seraya memegang dadanya yang sangat sesak. Bahkan isakannya juga membuatnya kesulitan bernafas.

"Fei Fei! Jangan ke sana!"

Seruan itu sukses membuat Brian membeku. Ia berdiri lalu berbalik, menoleh ke sumber suara. Tatapannya mengedar ke sana kemari hingga ia menemukan seorang wanita yang menggenakan baju lengan panjang dan celana jeans berjalan sambil menggerakkan tongkatnya.

Mata Brian melebar tidak percaya. Tubuhnya menegang. Darahnya berdesir. Tidak salah lagi, wajah itu dan nama itu. Wanita itu adalah Yuan Yu Fei, Fei Feinya, satu-satunya wanita yang ia cintai, wanita yang dinyatakan meninggal oleh dokter tiga tahun yang lalu.

Tidak mau kehilangan Yu Fei, tidak peduli yang ia lihat nyata atau tidak, Brian berlari mendekati wanita itu.

Tidak sampai satu menit waktu yang Brian butuhkan untuk berhadapan dengan wanita itu. Namun ia hanya bisa berdiri terdiam menghalangi wanita yang tampak seperti Yu Fei itu. Perasaan campur aduk memenuhi dirinya, antara lega, tidak percaya, senang, sedih, terharu, dan lain sebagainya.

Yu Fei mengernyit saat merasakan tongkatnya mengenai sesuatu. Mengira jika benda yang menghindarinya, ia mencoba bergerak ke kanan.

Brian ikut bergerak ke kanan. Matanya menatap Yu Fei dengan sendu, tetapi dapat binar di sana. Ya, melihat Yu Fei tidak bisa melihat seperti ini membuatnya sedih. Namun itu jauh lebih baik daripada tidak bisa melihat wanita itu, apalagi untuk selama-lamanya.

Kernyitan Yu Fei semakin dalam sebelum memilih bergerak ke kiri yang langsung diikuti Brian. Wanita itu menghela nafas lalu mengulurkan tangannya menyentuh sesuatu di hadapannya. "Anda manusia?" ucapnya saat merasakan tangannya menyentuh sesuatu yang keras dan bidang, namun berbeda dengan kerasnya benda.

Air mata Brian kembali menetes mendengar suara yang selalu ia rindukan itu. Bahkan tangan wanita itu menyentuh dadanya.

"Anda menangis? Atau ini hujan?" tanya Yu Fei merasakan sesuatu yang hangat menetes di telapak tangannya.

Saat mendapati sebuah kalung melingkari leher wanita di hadapannya, Brian langsung yakin bahwa wanita di hadapannya adalah Yu Feinya. Kalung itu adalah kalung yang ia pesan khusus untuk wanita itu.

Tangan Brian yang bergetar hebat terulur, mendekati kalung berwarna perak itu. Namun saat ujung jarinya menyentuh benda itu, tangannya ditepis keras.

"Jangan menyentuh kalung ini! Ambil barangku yang lain, tapi tidak dengan kalung ini!" seru Yu Fei sambil menutupi leher sekaligus kalungnya dengan kedua tangannya. Air mata menetes di pipi wanita itu. "Aku mohon. Jangan ambil kalung ini. Ini sangat berharga bagiku. Aku mohon."

"Yu Fei." Terucap sudah nama itu dari bibir Brian.

Yu Fei terdiam. Wanita itu berhenti menangis, berbicara, bahkan bergerak. Tidak ada orang lain yang memanggilnya 'Yu Fei' selain pemberi kalung yang ia lindungi itu. Dan dirinya baru menyadari aroma itu. Aroma dan suara yang sama.

"Yu Fei."

Yu Fei tersentak. Kakinya melangkah mundur. Tangannya bergerak turun dari lehernya. Lalu ia membungkuk sopan. "Maafkan saya, Tuan. Saya pergi dulu," ucapnya lalu berbalik.

Dengan sekali sentakan, Brian menahan Yu Fei dan menarik wanita itu ke dalam dekapannya. "Yu Fei. Maafkan aku. Maaf. Maaf," ucapnya terus menerus tepat di sebelah telinga Yu Fei. Tangannya memeluk wanita itu dengan erat.

Yu Fei tidak bergerak. Air matanya menetes deras. Wanita itu menangis dalam diam. Ia sangat ingin membalas pelukan Brian tak kalah erat. Namun, dirinya cacat. Matanya tidak berfungsi, ia buta dan ia tidak pantas dengan Brian yang sangat sempurna.

"Tuan, lepaskan saya. Saya tidak mengenal Anda," ucap Yu Fei dengan susah payah berusaha terdengar normal. Karena jujur, hatinya sangat sakit.

"No! Kamu mengenalku Yu Fei! Kamu mencintaiku!" seru Brian tidak terima seraya terus mengeratkan pelukannya sehingga Yu Fei tidak bisa bergerak. Gelagat Yu Fei yang melindungi kalungnya. Reaksi wanita itu saat mendengar suaranya dan tidak ada pemberontakan dari wanita itu saat ia memeluknya, sudah cukup membuktikan bahwa Yu Fei mengenalnya dan mengingatnya.

"Fei Fei, sudah ku bilang jangan kemari. Ini adalah lokasi Teng Chieh. Kemungkinan Brian-"

Masih sambil memeluk Yu Fei, Brian mendongak. Matanya membulat tidak percaya begitu mendapati orang kepercayaannya sekaligus sahabatnya yang bernama Erick itu muncul dengan memanggil nama Yu Fei. "Erick-" Jeda sejenak. "Kau-"

Saat Brian syok itulah, Yu Fei mendorong Brian dengan keras lalu berbalik ke arah Erick sesuai instingnya dan apa yang ia dengar. "Erick. Let's go!"

Dengan cepat, Erick langsung menggenggam tangan Yu Fei dan menariknya berlari menjauh.

Sedetik kemudian, Brian mengejar sahabatnya sekaligus wanita yang ia cintai itu. Tidak menunggu lama, ia berhasil menahan bahu Erick namun sebuah pukulan mentah lah yang ia dapatkan.

"Erick! Jangan memukulnya!!" teriak Yu Fei.

Tangan Erick yang hendak memukul Brian kembali langsung berhenti bergerak.

"Ayo pergi!" Yu Fei menarik jaket Erick dan menarik sahabatnya itu berlari menjauh, masuk ke dalam mobil.

Dengan sigap, Brian juga masuk ke mobilnya yang siap sedia. "Ikuti mobil itu!" perintahnya kepada supirnya.

Jantung Brian berdetak kencang. Larangan Yu Fei kepada Erick untuk tidak memukulnya sudah menunjukkan bahwa wanita itu tidak melupakannya. Wanita itu tetaplah Yu Fei yang ia cintai dan mencintainya.

***

"Apa yang harus aku lakukan?" Yu Fei menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Mengapa dirinya tidak bisa bereaksi dengan biasa jika itu semua berhubungan dengan Brian? Dan mengapa dirinya bisa sampai ke tempat itu?

"Kalian jodoh Fei," sahut Erick yang duduk di hadapan Yu Fei. Ingatannya kembali pada beberapa menit lalu, saat ia harus menerima telfon sehingga membuatnya menghentikan mobilnya di tepi jalan. Yu Fei yang ingin mencari angin segar pun keluar dan berjalan tanpa arah.

Yu Fei menurunkan tangannya dan memancarkan tatapan tidak setujunya. "Aku tidak pantas Rick. Dia seorang pengusaha terkenal, tampan, baik, dikejar banyak wanita. Sedangkan aku? Untuk berjalan saja aku membutuhkan bantuan tongkat atau seseorang, Rick."

Erick menatap nanar Yu Fei. Ia yang berada di tengah-tengah antara Yu Fei dan Brian menjadi sangat tau bagaimana perasaan kedua sahabatnya itu satu sama lain. "Kamu harus menceritakan semuanya kepadanya Fei."

"Menceritakan apa?" tanya Yu Fei tidak percaya. "Menceritakan bahwa aku yang meminta dokter untuk mengatakan kepadanya bahwa aku sudah meninggal? Menceritakan bahwa ibuku yang tidak mau memberitahu keberadaan makamku padanya ternyata adalah ibu tiriku lalu ayah dan ibu tiriku menelantarkanku? Menceritakan bahwa sekarang aku hidup hanya dengan merajut dan dengan bantuan keluargamu yang menganggapku sebagai anak sendiri? Dia juga akan menyalahkan dirinya Rick!" Isakan mulai lolos dari mulutnya. Tetes demi tetes air mata berjatuhan dari matanya.

"Ceritakan semuanya Fei! Dan ceritakan semuanya!" Erick menatap Yu Fei dengan marah. "Apa kau tidak tau seberapa sedihnya aku saat melihatmu merindukannya dan hanya merajut pakaian sesuai ukuran Brian? Apa kau tidak tau seberapa gusarnya dan gatalnya mulutku untuk memberitahu semuanya saat melihat Brian menderita?"

Erick menghela nafas. "Karena kau tidak mau bertemu dengan Brian maka aku tidak memberitahumu. Tetapi sekarang karena kalian sudah bertemu, aku akan memberitahumu."

Erick memajukan tubuhnya, sedikit mendekat ke Yu Fei. "Fei Fei, listen to me." Jeda sejenak. "Selama tiga tahun ini, Brian hidup menderita Fei."

Yu Fei menggeleng. "Tidak. Kamu berbohong! Dia memiliki kehidupan sempurna Rick!"

"Tapi itu sebelum ia mengira kau meninggal karena dirinya!" sahut Erick keras. "Brian McConnell berubah Fei. Dia tidak periang lagi. Dia menjauhi semua hal yang membuatnya bahagia. Dia selalu menyalahkan dirinya sendiri. Setiap tahun setiap hari Halloween, ia akan ke China dan merayakannya dengan Teng Chieh. Karena kau membenci horor dan ingin kau masuk serta bahagia di sorga. Brian sudah tidak seperti manusia Fei. Hidupnya hanya bekerja, bekerja, dan bekerja. Karena setiap ia tidak bekerja, dia akan mengingatmu, bersedih, dan menyalahkan dirinya sendiri."

Semakin banyak kata-kata yang terucap dari bibir Erick, semakin deras pula air mata yang menetes dari mata Yu Fei. Ia semakin terisak, meskipun tanpa suara. Secara otomatis, otaknya membayangkan itu semua.

"Aku tidak-"

Paham dengan lanjutan kata-kata Yu Fei, Erick berseru, "berhenti menyebut dirimu tidak pantas Yuan Yu Fei!"

Tanpa berpikir panjang. Hanya memikirkan kerinduannya kepada Brian dan perasaan pria itu yang ia yakini masih sama, apalagi dengan pertemuan barusan, serta mendengarkan kata-kata Erick, Yu Fei bangkit berdiri. Biarlah, kali ini ia mencoba egois dan menunjukkan perasaannya yang sebenarnya. "Aku akan mencarinya."

***

Dengan cepat, Brian melangkah keluar saat melihat Erick membantu Yu Fei berjalan memasuki lobby. Tangannya mengotak-atik ponselnya sebelum menempelkan benda canggih itu ke telinganya. "Halo. Kirimkan aku nomor telfon pemilik gedung apartemen yang aku kirimkan kepadamu," perintahnya kepada bawahannya di sebrang sana.

Klik.

Panggilang terputus.

Ting!

Ponsel Brian bergetar, menandakan ada notifikasi yang tak lain adalah hasil perintahnya kepada bawahannya itu. Beberapa saat kemudian, ia kembali menelfon seseorang seraya menghampiri resepsionis. "Selamat malam, Tuan Lu. Saya Brian McConnell sedang berada di gedung apartemen Anda dan saya membutuhkan bantuan Anda."

Dengan segala koneksinya, Brian mendapatkan nomor apartemen Yu Fei dan informasi bahwa Erick jarang datang, jika datang pun sering bersama orang lain dan tidak terlalu lama. Tidak hanya itu, Brian juga berhasil mendapatkan ahli yang bisa membuka apartemen Yu Fei. Alhasil, delapan menit kemudian, pintu apartemen Yu Fei sukses terbuka dan sebuah seruan memasuki indra pendengarannya.

"Berhenti menyebut dirimu tidak pantas Yuan Yu Fei!"

Deg. Kaki Brian yang hendak melangkah masuk berhenti bergerak. Tangannya turun dari gagang pintu, hanya kakinya lah yang membuat pintu itu tidak menutup. Jadi alasan Yu Fei menjauhinya adalah wanita itu merasa tidak pantas?

Tangan Brian terangkat hendak mendorong pintu itu dan membantah Yu Fei, namun urung saat mendengar suara wanita itu.

"Aku akan mencarinya!"

Brian terdiam. Apa 'nya' yang dimaksud Yu Fei adalah dirinya? Bolehkah dirinya berharap?

Saat Yu Fei berjalan mendekat dengan lancar, mungkin karena sudah hafal dengan letak apartemennya, Brian hanya bisa membeku dan menatap wanita itu bahkan hingga wanita yang ia cintai itu berada di hadapannya.

"Brian?" gumam Yu Fei saat merasakan sebuah aroma familiar memasuki penciumannya. Sungguh, kebutaan yang ia alami mengharuskan indranya yang lain menjadi lebih peka.

"Bukan kamu, tapi aku yang tidak pantas, Yu Fei," sahut Brian pelan.

Yu Fei menggeleng. Tangannya terangkat mencari tangan Brian yang langsung diberikan oleh pria itu. "Tidak. Jangan menyalahkan dirimu, Bri."

Yu Fei menggenggam kedua tangan Brian semakin erat. "Maafkan aku yang membuat dokter tidak membitahu yang sebenarnya kepadamu. Maafkan aku yang meminta ibu tiriku tidak memberitahu keberadaan makamku, yang sebenarnya tidak ada. Maafkan aku yang tidak memberitahu bahwa Erick dan keluarganya membantuku."

Yu Fei mendongak. Satu tangannya meraba wajah Brian lalu ia menatap lurus mata pria itu dengan lembut. "Maafkan aku yang membuat semuanya berbohong dan maafkan aku yang membuat hidupmu menderita, Brian."

Brian menggeleng. Satu tangannya merangkum wajah Yu Fei dan tangannya yang lain balas menggenggam tangan itu tak kalah erat. "Maafkan aku yang membuatmu mengalami ini semua, Yu. Please, jangan tinggalkan aku lagi, Yu Fei. Aku tidak bisa hidup tanpamu."

"I love you, Yu Fei. Wo ai ni. Hen ai ni," ucap Brian lembut, penuh perasaan. Akhirnya ia bisa mengungkapkan perasaannya kepada Yu Fei langsung. "Don't leave me, Yu Fei. Marry me, please?" Sudah cukup, dirinya tidak bisa lagi berpisah dengan Yu Fei. Melihat keadaan Yu Fei, membuat tekadnya untuk selalu bersama wanita itu semakin besar.

"Aku buta, Brian," sahut Yu Fei sedih sambil menangis.

Brian langsung menghapus air mata itu dengan ibu jarinya. "Then, I will be your eyes, Honey," ucapnya lembut seraya tersenyum penuh haru.

Hening sejenak.

"I love you, my husband to be."

Dan jawaban secara tidak langsung serta senyuman Yu Fei itu sudah cukup membuat Brian paham. Dan setelah ini, hari Halloween tidak akan menjadi hari yang paling ia benci lagi, melainkan salah satu hari yang membahagiakan dan penuh kenangan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro