6
Yuniza menunduk malu. Dia sadar dia bukanlah dalam barisan perempuan pintar. Namun dia yakin dia bukan masuk golongan perempuan sinting. Ketika ajakan menikah itu terlontar dari mulutnya, Yuniza mulai meragukan penilaiannya terhadap diri sendiri. Barangkali dia memang salah satu dari kelompok bodoh dan sinting.
Permasalahan yang tepat di depan matanya ialah bagaimana dia bisa menganulir keceplosan itu.
"Saya mau mengenal Mas Adnan. Maksud saya begitu." Hanya kalimat itu yang bisa terpikirkan. Yuniza setengah berharap dan setengah ragu Adnan akan menerima permohonannya.
Adnan mendengkuskan tawa dengan wajah menghadap ke samping. Yuniza dapat melihat betapa maskulinnya garis rahang Adnan yang sedikit dilapisi bulu-bulu. Serta bagaimana mancung dan ramping hidung Adnan menggoda telunjuk Yuniza untuk mencoleknya.
Ya ampun, Yuniza memiliki pemikiran konyol terhadap seseorang yang baru ditemui.
"Tadi kamu mau menikahi saya, sekarang kamu mau mengenal saya. Prosesnya terbalik dan bikin saya meragu dengan itikad kamu datang ke sini." Adnan menarik napas dalam-dalam. Dadanya yang bidang membusung dan pemandangan itu menyergap Yuniza sebab dia belum pernah melihat pria berotot yang sempurna. Badan Adnan tinggi, tegap, dan berotot di tempat yang tepat. Bukan jenis pria yang ototnya membentuk benjolan-benjolan pada lengan dan dada kemeja yang membuat ngeri Yuniza.
"Apa alasan kamu sebenarnya bertemu saya?" tanya Adnan.
"Saya benar-benar ingin mengenal Mas Adnan dan..." Yuniza menjilat bibir bawahnya. Dia sedikit ragu terhadap kelanjutan ucapannya. "Kalau kita sama-sama cocok, saya mau kita err menikah."
Adnan seketika tertawa. Suaranya yang bass terdengar begitu memukau di telinga Yuniza. Pemandangan Adnan yang tertawa adalah pesona lain pria ini dan Yuniza rela memberi nilai sepuluh dari sepuluh.
"Kamu nggak salah?" Adnan puas tertawa. Dia mengubah posisi duduknya. Kaki kanannya bersilang di atas kaki kiri.
"Saya nggak bercanda. Saya serius ingin menikah. Dan kalau..." Ucapan Yuniza terhenti karena pelayan datang membawakan minuman. Yuniza agak heran bagaimana minuman itu bisa datang dan disajikan di hadapannya sementara dia belum memesan apa pun.
Begitu pelayan tersebut pergi, Adnan menjawab kebingungan Yuniza, "Saya memesan duluan sebelum kamu datang dan berpesan untuk menyajikannya kalau kamu sudah datang. Tidak keberatan dengan pilihan saya, kan?"
Yuniza menggeleng. Pilihan Adnan sesuai kebutuhan Yuniza. Dia sangat membutuhkan sesuatu yang manis yang dapat membuat kepalanya tetap terjaga. Dia mengambil gelas berisi frappe dengan topping whipped cream, lantas menyedotnya. Kesegaran dan manis yang menginvasi di mulut Yuniza mengembalikan semangat juangnya.
Adnan menyeruput kopinya dengan mata yang terus mengawasi Yuniza. Hal itu menyebabkan Yuniza gugup. DIa tidak terbiasa ditatap intens oleh orang asing, terutama pria tampan.
"Saya masih ingin melanjutkan." Yuniza meletakan gelasnya ke meja.
"Silakan." Adnan menyusul mengembalikan cangkir dengan gaya yang anggun.
Yuniza sempat hilang fokus saat melihat jari-jari Adnan yang panjang. Pria itu memiliki tangan yang cocok memegang cangkir kopi.
Fokus, Za, benaknya mengingatkan.
"Mas Adnan benar-benar tipe saya!" Yuniza mengatakan itu agak keras. Nyaris menyerupai seruan.
Adnan dibuat terbelalak. Namun pria itu cepat mengontrol emosinya.
Suara batuk di meja lain mengalihkan Yuniza. Dia menemukan Keysha tengah ditepuk punggungnya oleh Deyon. Menyisir sekilas ruang dalam restoran, tak banyak pengunjung di sekitar meja mereka. Hanya ada satu meja di sebelah meja Keysha yang diisi seorang pria, seorang perempuan berhijab lebar yang memakai kacamata hitam, dan anak kecil yang terang-terangan mengawasinya.
"Gimana kalau kamu bukan tipe saya?"
Ucapan Adnan mengalihkan Yuniza ke depan. Dia tidak lagi memedulikan tatapan tajam si bocah di meja lain.
"Gimana Mas bisa tahu saya bukan tipe Mas?" Yuniza berani bersumpah dia telah kehilangan kemampuannya bernalar dan hanya menyisakan keinginan memenangkan pembicaraan ini sehingga Adnan mau diboyong ke KUA.
"Berapa umur kamu?" tanya balik Adnan.
"Dua puluh satu."
"Nah." Adnan menjentikan jarinya. "Itu alasan kamu bukan tipe saya."
"Ma-maksudnya?" Apa hubungan semua ini dengan umur? Yuniza ingin meneriakan itu. Namun menahan diri untuk tidak tampak lebih bodoh lagi.
"Kayaknya kamu belum banyak mengenal saya sewaktu mengajak ketemuan. Sebaiknya kamu pulang, cari tahu sedikit tentang saya dan kamu..." Adnan berdiri. Dia membenahi jasnya singkat. "Akan menyesal pernah mau menikah sama saya."
"Ini konyol." Yuniza berdiri menghadang Adnan. "Mas juga di posisi yang sama kayak saya. Mas belum kenal saya dan Mas sudah memberi kesan saya bukan calon istri impian Mas. Gimana kalau saya punya kualifikasi yang sesuai untuk jadi pasangan Mas di luar masalah umur?"
Adnan menunduk untuk melihat wajah Yuniza. "Kamu maunya apa?"
"Kasih aku kesempatan untuk mengenalkan diri. Dan Mas juga harus ngasih aku akses untuk mengenal Mas." Mulut Yuniza bergerak lebih cepat dari otaknya dan Yuniza tidak peduli. Dia tidak memperkirakan akan ada pembahasan umur yang jadi alasan Adnan menolaknya. Semalam dia dan Keysha sangat yakin faktor muda akan menjadi poin plusnya menarik pria yang berencana menikah.
Sayang sekali, Yuniza tidak mengetahui bahwa Adnan bukanlah pria yang memiliki rencana menikah. Gadis yang malang.
"Oke." Adnan mengangguk. "Jadi, kamu mau akses macam apa dari saya?"
Yuniza tidak punya ide. Tapi dia tahu dia bisa memikirkan itu belakangan. Yang dianggapnya penting hanya satu. "Jangan blok nomor saya. Nanti saya akan mengabari."
"Terserah." Adnan membuang muka.
Yuniza yang puas pada dirinya sendiri menunduk dan tersenyum lebar. Andai gadis itu masih mendongak, dia akan melihat wajah Adnan yang panik karena melihat sesuatu di tempat yang tak jauh dari mereka.
"Kalau sudah selesai, saya pergi," kata Adnan terburu-buru.
Yuniza mengangguk.
Adnan pergi dari situ dalam langkah yang panjang. Yuniza memandangi punggung Adnan yang menjauh. Kemudian mengangkat tangannya ke dada. Jantungnya masih jumpalitan. Dia tidak menyangka akan bisa berbuat senekat apa yang telah dia lakukan ke Adnan.
"Za!" Keysha memeluknya dari samping. "Kamu baik-baik aja?"
"Apa aku tampak mau mati?" Yuniza bergurau. Dia kembali duduk dan menyedot minumannya.
Keysha menduduki kursi yang ditinggalkan Adnan. Timbul rasa tak rela kursi yang masih panas bekas badan Adnan itu dikuasai Keysha. Yuniza menyesal tidak duduk di kursi itu. Pasti mendebarkan menikmati kursi yang baru saja diduduki pria sekeren Adnan.
"Aku kaget pas kamu tiba-tiba teriak. Kamu nggak dijahati, kan?" Keysha menarik sebelah tangan Yuniza dan menggenggamnya posesif.
Yuniza mengangkat bahu singkat. Dia masih merangkai kejadian demi kejadian yang dia lalui bersama Adnan.
"Gimana pembicaraan kalian?" Deyon bertanya. Sama penasarannya dengan Keysha.
Yuniza memandangi Deyon. Dia masih sebal pada kekasih keponakannya, tetapi dia membutuhkan sudut pandang Deyon selaku pria. Sekali ini saja, tekad Yuniza. Dia tidak akan mau lagi meminta bantuan Deyon.
"Lo tahu apa yang cowok suka dari cewek yang bikin cowok yakin mau nikahin cewek itu?" tanya Yuniza serius.
"Hamil anak si cowok," jawab Deyon cepat.
Yuniza menggeplak kepala Deyon. Mau itu becanda atau serius, dia terlalu kesal untuk berpikiran positif mengenai jawaban tolol Deyon.
"Sayang, jangan godain Za. Kamu harus kasih jawaban yang benar." Keysha menengahi sembari tangannya mengelus kepala Deyon yang kena hajar Yuniza.
"Sorry, Za." Deyon tersenyum sungkan.
"Sekali lagi becanda, gue tendang anu lo supaya nggak bisa reproduksi lagi. Mau?" ancam Yuniza serius.
"O-oke. Gue jawab beneran. Tapi tolong hilangkan rencana lo nendang aset cowok gue." Deyon menoleh ke Keysha. "Yang, bela aku dong."
"Kalo kamu masih becanda juga, aku dukung Za nendang aset kamu."
Deyon mendesah. Dia tidak memiliki seorang pun di pihaknya.
Dan sore itu mereka bertiga menghabiskan waktu di restoran untuk menyusun daftar kemampuan perempuan yang dapat memikat pria untuk melangkah ke jenjang serius. Di sepanjang kesibukan mereka, ada sepasang mata bulat yang diam-diam mengawasi setiap gerak-gerik Yuniza.
Recipe #7
Frappe
Bahan-bahan
2 Sachet Nescafe Classic
50 ml air panas
100 Ml Susu cair
40 Ml simple Syrup
secukupnya Es batu
40 gram Whipcream Bubuk
80 ml air es
Langkah-langkah:
1. Seduh kopi dan biarkan sampai dingin.
2. Mix whipped cream dan air es dengan kecepatan tinggi sampai kaku.
3. Siapkan gelas. Masukan es batu, kopi, simple sirup, susu cair. Terakhir tambahkan whipped cream di atasnya.
###
11/09/2022
Dari kemarin 2 bab ga diisi resep karena bingung resep apa yang relate to the story padahal Za ga makan apa-apa 😌
Sejauh ini, apa kalian udah kebayang lanjutannya gimana?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro