Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36a

Jari-jari itu menjalin dengan gelisah di atas pangkuan. Sepasang matanya yang bulat sesekali berkelana ke jam di dinding. Sudah nyaris 40 menit sejak kedua orang tuanya masuk kamar dan sampai sekarang belum ada satu pun dari mereka yang keluar. Padahal ibunya telah berjanji akan membicarakan soal pernikahannya malam ini juga. Keraguan menyusup di rona wajahnya. Barangkali keputusan ibunya terlalu terburu-buru untuk membicarakan soal pernikahan ini. Mungkin akan lebih baik jika menundanya sampai esok hari. Namun esok akan terasa bagaikan berabad-abad jika ditunda. Gadis itu, Yuniza, menghela napas panjang.

Dia tidak tahan untuk duduk berlama-lama. Kepalanya pening akibat memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di balik pintu kamar kedua orang tuanya. Kakinya melangkah mondar-mandir di depan pintu kamar dan tangannya meragu atas pilihan keluar atau bertahan di dalam kamar. Ketika kenop pintu itu berputar, dia berhenti. Matanya membesar dan napasnya ditahan sembari menantikan orang yang akan masuk ke kamarnya. Dan di situlah dia menemukan Yessy.

"Kamu belum tidur?" tanya Yessy.

Yuniza mendesah. Bahunya melorot dan dia berbalik ke kasur untuk melemparkan badannya ke situ. "Belum," jawabnya singkat tanpa gairah.

Yessy menutup pintu dengan perlahan, lalu bergabung di sisi Yuniza. "Kenapa lesu begitu?"

"Nggak ada apa-apa. Apa Kakak lihat Mama?"

"Mama?" Yessy berpikir sejenak. "Bukannya mama sudah di kamar?"

"Mama belum keluar?" Yuniza menggosok jari-jari kakinya pada karpet dengan muka kecewa.

"Kamu memerlukan sesuatu dari mama?"

"Itu..." Yuniza memiliki hubungan yang baik dengan Yessy, meskipun berbedaan umur mereka begitu jauh. Baginya, Yessy selalu bisa menjadi pendengar dan pemberi solusi. Sikap Yessy yang demikian yang membuat Yuniza selalu berusaha menjadi pendengar yang baik saat kakaknya ingin curhat. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk mengutarakan bebannya saat ini. "Mama mau bicara ke papa soal pernikahan aku dan Mas Adnan."

Ekspresi Yessy berubah cemas. "Nis, apa kamu nggak berpikir keputusan ini terlalu cepat?"

Yuniza menggeleng. Dia menggigit bibir bawahnya. Mata Yessy terlalu tulus dan jujur menyatakan kekhawatiran dan kasih sayang untuknya. Dia tidak tega menarik Yessy dalam permainan gilanya terbebas dari belenggu yang mencekik leher. Di sisi lain, dia tidak ingin kehilangan kakaknya yang tersayang. Dia memeluk Yessy dan menyandarkan pipinya ke bahu sang kakak. Selalu ada kenyamanan dalam pelukan kakaknya. "Aku nggak ingin kehilangan dia," bisik Yuniza.

"Tahun lalu, Rio hendak melamar kamu dan kamu malah memilih putus dari dia. Kenapa sekarang kamu ingin sekali nikah sama Mas Adnan?" Yessy membalas pelukan Yuniza. Dia mengelus rambut Yuniza yang panjang dan bergelombang.

"Tahun lalu dan tahun ini berbeda. Orangnya pun berbeda." Yuniza melonggarkan sedikit pelukan mereka untuk melihat Yessy. "Mas Adnan dewasa dan bijak. Kalo Rio, dia itu masih gampang emosi dan suka menang sendiri."

"Kamu nggak bisa membandingkan dua orang seperti itu, Nis. Rio masih muda dan masih belajar mengatur emosinya. Mas Adnan lebih dewasa karena dia lebih tua. Ada baik dan buruk dari setiap orang dan nggak bisa kita bandingkan. Yang Kakak pikirkan adalah keputusan kamu menikah dengan Mas Adnan. Perbedaan usia kalian jauh, selain itu kalian baru saling kenal. Apa nggak terlalu terburu-buru?"

"Kakak dengar sendiri omongan mama, mama lebih rela aku menikah sama Mas Adnan daripada kami berhubungan di belakang."

"Nis..." Yessy mendesah. Dia melepaskan diri dari rangkulan Yuniza. "Kakak susah percaya."

"Aku sudah minta ke Kakak untuk selalu ada di sisiku, termasuk keputusanku. Biarkan aku yang bertanggung jawab."

"Bukannya Kakak nggak mau, tapi semua ini..." Yessy menggeleng.

Yuniza dapat melihat pertentangan bathin yang Yessy alami untuk melanjutkan ucapannya. Dia iba, tetapi dia tidak bisa mundur. Jalan ini yang dia pilih dan akan terus dia perjuangkan. "Aku akan mengadu ke Kakak kalo Mas Adnan berani menyakiti aku setelah kami menikah. Mau itu verbal, mental atau fisik, aku akan laporkan ke Kakak. Janji." Yuniza mengangkat telapak tangannya ke dekat wajah.

Yessy tersenyum lemah. Dia mengelus wajah Yuniza penuh kasih. "Kakak ingin tahu alasan yang sebenar-benarnya sampai kamu ngebet ingin dinikahi Mas Adnan."

"Alasannya karena kalau bukan dia, aku nggak mau. Nggak mau!" Yuniza berpura-pura mengamuk dengan menendang-nendang udara.

"Dasar bocah." Yessy mencubit pipi Yuniza.

"Bocah gini udah punya keponakan loh," Yuniza mencebik.

"Iya, tahu." Yessy menarik Yuniza dalam pelukannya. "Walau masih berat, Kakak akan berusaha untuk selalu berada di sisi kamu. Jangan coba menyimpan perasaan kamu sendiri."

Yuniza mengangguk. Dia memeluk erat Yessy. Hatinya lega sebab kakaknya akan selalu berpihak padanya. Dia tidak lagi menyusuri 'jalan ini' sendirian. "Makasih, Kak," bisiknya dalam suara yang bergetar karena haru dan bahagia.

MoM

Yuniza tidak bisa percaya dia masih bisa tidur nyenyak semalam setelah Yessy meninggalkan kamarnya. Kegelisahannya menunggui ibunya semalam lenyap dan pagi ini dia menemukan berkas sinar matahari terasa begitu hangat menyelinap di antara tirai jendela kamarnya. Dia sangat bersemangat memulai hari ini. Mandi dan berdandan kurang dari setengah jam adalah buktinya. Dia meluncur ke ruang makan sesegera mungkin. Di meja makan, dia menemukan ibu dan ayahnya tengah duduk. Tidak ada Yessy, Harris, maupun Keysha.

"Kak Yessy dan Mas Harris belum turun, Ma?" tanya Yuniza. Keysha biasa langganan datang paling buncit atau melewatkan sarapan sehingga dia tidak terlalu memikirkannya.

"Yessy, Harris, dan Keysha sudah berangkat bersama-sama. Duduk, Nis."

Yuniza duduk di seberang Tri. Dia mengambil secentong nasi putih dan telur mata sapi. Biasanya lauk sederhana ini adalah andalan di rumahnya dan nyaris tidak pernah dilewatkan sebab ada saja yang menginginkan telur ceplok di pagi hari.

"Mama sudah bicara ke papa semalam."

"Ma, makan dulu," tegur Ghandi.

Tri menipiskan bibirnya dan kembali sibuk pada makanan di piring.

Yuniza ingin sekali bertanya kelanjutannya. Melihat sikap tegas ayahnya, Yuniza pun mengikuti Tri. Dia menyuap nasi sekalipun dia tidak lagi berselera.

Perjuangan menandaskan sarapan lebih meletihkan daripada quiz dadakan di kelas. Yuniza tidak yakin dia sempat mengunyah makanannya atau langsung menelannya. Semangatnya terpompa untuk hal yang lain, yakni pembicaraan kedua orang tuanya semalam.

"Kamu ada kuliah pagi ini?" tanya Ghandi setelah meletakan alat makannya di atas piring yang kosong.

"Nggak ada." Yuniza berdusta. Dia memiliki satu kelas sebelum makan siang. Nalurinya mendorongnya untuk lebih memilih di rumah daripada ke kampus. Toh, absennya masih mulus. Memperoleh satu absen tidak akan memengaruhi penilaiannya. Dia masih memiliki sisa dua kali absen untuk mata kuliah tersebut.

Ghandi mengangguk, lalu berdiri. "Kita bicara di kamar."

Yuniza melirik. Tri memberinya kode untuk mengikuti sang ayah. Senyum Yuniza merekah dan dia langsung bangkit mengikuti Ghandi yang sudah di tangga. Tri berjalan di belakang setelah memberi instruksi ke Nipah untuk merapikan meja makan.

Kamar tidur Ghandi dan Tri adalah kamar yang paling besar di rumah ini. Ada meja kopi berbentuk bundar dengan sepasang kursi kayu elegan di dekat jendela, meja kerja dan kursi ergonomis bergaya klasik, serta sofa tiga dudukan di kepala ranjang. Ghandi sudah duduk di kursi kerjanya yang beroda sewaktu Yuniza masuk ke situ. Dia menunjuk sofa tiga dudukan dan Yuniza duduk di situ.

"Papa kaget sekali semalam," ucap Ghandi setelah Tri datang dan menutup pintu kamar.

###

21/10/2024

Hai, Bebs! 🌸


Maaf banget ya aku udah lama nggak update cerita ini di Wattpad. Aku tahu pasti kalian kangen dan udah nunggu-nunggu kelanjutannya. 🙈 Terima kasih banget buat kesetiaan kalian yang masih stay di sini meskipun updatenya nggak secepat yang diharapkan. Aku benar-benar hargai kesabaran kalian semua. 🤗


Nah, buat yang udah nggak sabar mau tahu kelanjutannya, kalian baca marathon di Karyakarsa bebeklucu! Jadi kalau kalian pengen lanjut baca tanpa harus nunggu lama, bisa langsung mampir ke sana, ya. ✨


Sekali lagi, terima kasih banyak buat dukungan kalian. Semoga kalian suka sama cerita ini, dan aku bakal berusaha update lebih rajin lagi di sini. Love you all! 💖

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro