Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35c

Sudah ditolong, malah dicelakai, itulah yang Adnan pikirkan atas situasinya kini. Semestinya dia menolak telepon yang masuk dari Yuniza tadi sore. Bahkan lebih baik jika nomor gadis itu dia blok sekalian. Maka kekacauan ini tidak harus sampai di telinganya. Kesalahpahaman yang terlalu melebar sampai dia keheranan.

"Bagaimana Mas Adnan mau bertanggung jawab?"

Pertanyaan Tri menyentak Adnan. Pria itu mengamati orang-orang dalam ruang VIP restoran yang mereka tempati. Yuniza masih menangis dan kakaknya, Yessy, duduk dengan muka ingin melahapnya hidup-hidup.

"Maaf, Bu. Saya harus meluruskan kesalahpahaman ini. Saya dan Yuniza hanya makan di hotel." Adnan tidak sanggup lagi mendengarkan kegilaan ini.

"Ninis sudah mengaku kalian berhubungan badan. Mas Adnan, saya tahu laki-laki biasanya nggak mau bertanggung jawab kalau pihak perempuan nggak hamil. Tolong gunakan hati nurani kamu, anak saya ini sudah kamu ambil kegadisannya. Ibu mana yang nggak terluka? Saya ngemis tanggung jawab begini karena nggak mau anak saya kehilangan masa depannya. Kalo Mas Adnan cinta sama Ninis, saya ikhlaskan kalian bersama. Jangan buang Ninis setelah ketahuan."

Kepala Adnan serasa dihantam palu berkali-kali. Dia tidak mempersiapkan diri untuk jebakan semacam ini. "Saya akan tanggung jawab kalau saya benar meniduri anak Bu Tri. Bagaimana kalau sebaliknya? Saya tidak memiliki hubungan yang sampai bisa berhubungan badan dengan Yuniza. Apa yang Ibu tuduhkan itu keliru. Sebaiknya kita melakukan pemeriksaan apa benar saya sudah meniduri Yuniza. Toh kejadiannya masih tadi pagi."

Yuniza berdiri dari kursinya. "Mas pikir aku tidur sama semua laki-laki yang aku temui? Yang pertama buat aku itu Mas dan nggak ada yang lain. Aku nggak pernah dan nggak akan selingkuh. Aku tahu Mas nggak pernah mikir serius tentang aku, tapi aku benar-benar serius sama Mas Adnan."

Adnan dibuat melongo akan kemampuan Yuniza bersandiwara. Gadis itu lihai memainkan peran dengan air mata dan suara bergetar yang bisa menipu siapa saja yang tak tahu. Namun Adnan tahu gadis itu tengah memainkan sesuatu dengan dia sebagai targetnya.

"Jangan bicara omong kosong," kata Adnan. Dia berbicara tegas dan serius.

"Mas mau menyudahi hubungan kita, kan? Makanya Mas nggak mau bertanggung jawab? Kalau aku hamil, baru Mas mau tanggung jawab. Begitu?" Yuniza tambah meledak.

"Kamu berbicara omong kosong. Nggak ada yang perlu dipertanggungjawabkan di sini. Sebaiknya kamu jujur ke orang tua kamu sebelum masalahnya tambah besar." Adnan mencoba memberikan nasihat dan berharap Yuniza akan menghentikan kebohongan ini. Jika ternyata Yuniza beserta ibu dan kakaknya sama-sama mengerjainya, Adnan akan lebih bersyukur jika mereka menghentikannya di sini. Sabar bukanlah sesuatu yang mudah digenggam oleh pria yang dipojokan oleh kata tanggung jawab.

"Masalah ini belum membesar karena aku belum hamil anak Mas Adnan. Begitu, kan?" Yuniza masih bersikeras.

Adnan mendesah. Dia tidak cukup memiliki kesabaran di sini. Perhatiannya beralih ke Tri. "Pertanggung jawaban apa yang Ibu minta dari saya?"

Tri agak terkejut, tetapi rona wajahnya cepat berganti bahagia dan lega. "Saya ingin Mas Adnan menikah dengan Yuniza."

"Apa Ibu tidak akan menyesal? Anak Ibu nggak tidur sama saya. Selain itu dia masih muda, saya sudah duda. Anak saya ada tiga dan yang paling besar usianya hanya terpaut beberapa tahun dengan Yuniza. Apa Ibu Tri bisa menerima keluarga yang seperti itu?" Adnan mengepalkan kedua tangan di atas pangkuan.

"Daripada kalian terus berhubungan di belakang, Ibu lebih rela menikahkan Yuniza." Tri menangis. Dia mengeluarkan sapu tangan dari tasnya dan membekap mulutnya.

Adnan iba pada perempuan itu. Tri telah keliru mengenali putrinya. Yuniza tidak sepolos yang tampak. Gadis itu adalah otak dari permainan yang mengerikan. Yessy menatapnya lurus. Adnan menatap balik tak kalah serius. Dia ingin tahu apa yang akan diungkap kakak perempuan Yuniza itu.

"Apa Mas Adnan benar-benar nggak tidur dan berhubungan badan sama Yuniza?" Yessy berbicara untuk pertama kalinya.

Binar pada mata Yessy menjelaskan harapan yang dia miliki. Adnan menggeleng dan menegaskan, "Saya nggak pernah."

"Mas Adnan bohong!" sentak Yuniza. Dia satu-satunya yang berdiri di sini. Badannya bergetar oleh amarah.

"Nis." Tri menarik tangan Yuniza supaya duduk. Kemudian dia memeluk Yuniza dan menenangkannya.

Adnan memiringkan kepalanya sedikit sambil terus mengamati Yuniza. Gadis itu sungguh-sungguh marah. Menggelikan, nilai Adnan dalam hati. Jika ada yang pantas marah di sini, tak lain adalah dirinya. Dia yang tak bersalah dipaksa duduk dan dijadikan tersangka atas sesuatu yang tidak dia perbuat. Sejak awal, gadis ini memang berbahaya. Pertemuan pertama sudah menginginkan pernikahan, lalu nekat mendekati anaknya hingga membuat kebohongan ini. Entah kegilaan apa lagi yang sanggup Yuniza perbuat demi mencapai tujuan. Iba yang sempat Adnan miliki untuk Yuniza tadi pagi lenyap dalam sekejap. Dia bertekad tidak akan peduli pada bagaimana Yuniza diperlakukan di keluarganya. Berada di sini telah membuka mata Adnan bahwa dia telah menolong seekor ular. Begitu ular itu bebas, dia yang terkena gigitan ular.

Gadis licik, pikir Adnan.

MoM

"Ayah belum tidur?"

Adnan menoleh dan menemukan Reyyan berdiri di pintu kaca ruang tengah. Dia tersenyum, lalu mengibaskan tangannya meminta Reyyan mendekat. Si sulung menurut. Dia melintasi alfresco untuk tiba di kamar Adnan yang pintu kaca menghadap kolam renang masih terbuka lebar.

"Kenapa masih bangun jam segini?" Adnan menyambut Reyyan dengan pertanyaan. Dia menepuk sisi sofa yang kosong.

Reyyan duduk di sofa tanpa sandaran punggung yang menempel ke kasur. "Terbangun sekalian mau ambil minum. Ayah kenapa belum tidur?"

"Belum bisa tidur."

"Ada masalah di kantor?"

"Bukan." Adnan menyinggungkan senyum lesu. "Masalah yang lain."

"Pelik?" Reyyan memiliki kosakata yang menakjubkan untuk ukuran anak remaja. Kebiasaannya membaca buku telah memberinya pengetahuan terhadap kata-kata yang jarang diucapkan pemuda seumurannya.

"Sangat," gumam Adnan.

"Mau cerita?"

"Ayah bingung mau mulai dari mana." Adnan mendesah. "Apa pendapat kamu kalau Ayah menikah lagi?"

"Sama Kak Yuniza?"

Adnan tersentak kaget. "Kamu langsung menebak ke situ?"

Reyyan mengangkat kedua bahunya singkat. "Ayah nggak harus menikah lagi buat memenuhi keinginan Akbar. Anak itu akan berhenti merengek kalau ada hal lain yang menarik perhatiannya. Kalau Ayah menikah karena Ayah menginginkannya, itu lebih baik."

"Kalau Ayah menikah, Ayah harus mempertimbangkan kamu dan Dira juga," sahut Adnan.

"Aku bakal lulus SMA, terus kuliah. Waktu untuk keluarga mungkin berkurang. Ayah menikah lagi nggak akan banyak mempengaruhiku. Tapi Dira berbeda. Dia mungkin perlu waktu untuk memahami situasi kita yang berubah. Tapi..." Reyyan memiringkan duduknya untuk melihat Adnan dengan jelas. "Ayah benar-benar mau menikah?"

"Nggak tahu." Adnan menggeleng tanpa tenaga.

"Ayah nggak menghamili cewek, kan?" Tanya Reyyan ragu-ragu.

Adnan mendesis kesal. Kemudian dia mendesah dengan kepala mendongak. "Ayah nggak melakukan apa-apa. Ayah punya anak perempuan, Ayah sadar untuk nggak berbuat aneh-aneh ke perempuan."

"Ayah jatuh cinta sama Kak Yuniza?"

"Nggak tahu." Adnan memicing. "Kenapa pertanyaan kamu begitu?"

"Mungkin aja omongan Akbar benar kalau Kak Yuniza suka sama Ayah." Reyyan membungkukan badannya sampai menempel ke paha. "Aku penasaran apa Ayah juga suka sama Kak Yuniza."

Adnan mengacak rambut Reyyan. "Kamu nanya cinta dan suka karena kamu sudah naksir cewek?"

"Aku nggak lagi naksir cewek." Reyyan bangkit dari sofa. "Kalau Ayah mau nikah lagi, tolong kasih tahu pelan-pelan ke kami. Terutama ke Dira."

Adnan mengangguk. Reyyan menarik napas panjang, lalu pergi dari situ. Adnan sungguh beruntung karena memiliki putra sulung yang bijak dan dewasa.

Sekarang dia harus kembali memikirkan ulah yang diperbuat Yuniza. Ingatannya mengulang ke peristiwa beberapa jam yang lalu.

BERSAMBUNG...

###

26/05/2024

Akhirnya aku bisa balik eksis lagi. Senang banget bisa nulis cerita ini kembali. Harapanku buat cerita ini cuma satu, lekas selesai T^T Bukannya ga cinta sama kisah Adnan dan Za, aku cuma ingin cerita2 yang aku buat bisa TAMAT dan aku bisa bersantai atau mungkin ... pensiun nulis?

menurut kalian gimana, gaes?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro