31
"Your cheek is red. What happened?"
Adnan menutup pipi yang jadi korban tamparan. Dia tidak pernah menyangka menjemput Akbar bisa menjadi permulaan drama. Tri sudah memohon maaf atas kekeliruannya dan Adnan tidak ingin memperpanjang masalah. Percekcokan di kamar itu usai karena Tri menawarkan memberi perawatan. Adnan enggan berlama-lama di situ dan memilih untuk pamit pulang. Dia masih sempat melihat Yuniza sebelum pergi. Perempuan muda itu mengantar dia dan Akbar dengan tatapan sayu.
Apa yang akan terjadi andai dia tidak ada di sana?
Sudah pasti Yuniza yang akan menerima tamparan itu. Gadis kurus itu belum tentu sanggup menahan sakitnya tamparan Tri.
Adnan menghela napas. Entah bagaimana dia merasa lega sebab dia yang jadi korban emosi Tri. Bukan Yuniza.
"Ayah, we needa go to IGD?" Akbar kembali bicara.
"Nggak usah. Ayah pulang, terus pakai obat. Nanti juga sembuh."
"Somebody hit you. Right? Who's that person? I may give him some lesson..." Akbar terdiam mendadak. Matanya membesar dan dipenuhi binar kecurigaan. "Oma hit you? Or Kak Yuniza?"
Adnan menggeram kecil. Ada saat-saat dimana dia tidak suka anak pintar. Misalnya saat ini. Saat dimana dia ingin menyembunyikan sesuatu, tapi dibongkar anaknya sendiri.
"Bukan." Adnan memikirkan kebohongan lain yang bisa diberikan untuk menutupi kondisinya.
"You got a hit from a woman..." Akbar memicing. "You did something bad. I'm sure."
"Ayah nggak melakukan sesuatu yang pantas dipukul. Pipi Ayah merah karena hal lain."
"Mosquito," tebak Akbar.
"Yah, semacam itu." Adnan berat berbohong kepada anak sendiri. Lagipula nyamuk macam apa yang bisa memberikan bekas merah sebesar telapak tangan?
"Oma must be aware of dengue. People easily get sick after biting by the mosquito."
Akbar terus mengoceh soal nyamuk. Di balik kemudi, Adnan terpaku pada jalan. Terlalu banyak peristiwa gila terjadi dalam hidupnya usai mengenal Yuniza. Perempuan itu membawa warna baru yang sukar diterima di lingkaran hidupnya yang monoton. Dia menyimpulkan bahwa 'jarak' ialah yang dia perlukan supaya hidupnya aman sentosa.
"Akbar, gimana kalau kamu ke kantor Ayah sepulang sekolah?"
"Kantor Ayah kan jauuuh. No. It's too tiring. We can meet at home."
"Kamu diantar Pak Nandar. Nanti kita makan siang bersama. Ayah sudah lama nggak makan siang sama kamu."
Akbar melirik Adnan bagai elang yang mengincar. Adnan cemas niatannya terbaca. Ketika anak itu berujar, "Oke deh. Aku mau makan siang sama Ayah." Adnan tersenyum lega.
"Jangan ajak Kak Dira," tambah Akbar.
Adnan heran pada hubungan kucing dan tikus ala dua anaknya. "Kenapa nggak boleh ajak Kak Dira?"
"She eats so much and grows nothing. We can stop her eating and see... she may grow bigger like, you know, a girl. A real girl."
Kepala Adnan pusing. Orang-orang yang anti body shaming akan menganggap ocehan Akbar sebagai ejekan. Namun Adnan tahu Akbar tidak bermaksud mengejek tubuh orang lain. Omongan Akbar tak lain adalah bentuk perhatian (yang sayangnya berkesan sinis) pada Dira.
"Kak Dira itu remaja. Dia dalam masa pertumbuhan. Makan banyak malah bagus untuk badannya. Kalau Kak Dira nggak makan, nanti dia sakit dan nggak bisa tumbuh besar. Memangnya kamu tahu apa itu real girl?"
"I know. Tante told me."
Semestinya Adnan sudah menduga ada orang dewasa di balik standar yang diocehkan Akbar. Dan orang yang paling antusias terhadap kecantikan di lingkungan mereka adalah adik perempuannya.
"Tante ngasih tahu apa?" tanya Adnan setengah menggeram. Dia akan mengadukan ulah adiknya ke ibunya.
"Kata Tante, real girl itu seksi, cantik, dan charming. Kak Dira badannya too skinny, nggak cantik, and she's not charming. Jerawat Kak Dira kebanyakan."
Adnan tersenyum kecil. Ocehan Akbar lucu, meski topiknya tak sedap di telinga karena menjelekan sesama saudara. "Akbar, Kak Dira cantik dengan atau tanpa jerawat. Karena Kak Dira masih remaja, hormon di badannya masih ehm..."
"Abang told me about Kak Dira's hormones. Hormones level changes then leads to increase oil production. The increased oil can clog pores and theeeen acnes come. After acnes, one by one pimple is formed. What a difficult life she has. She's not pretty and she has more acnes than others." Akbar mendesah. Bahunya melorot saat dia melanjutkan, "She cannot have a boyfriend."
"Hah?" Adnan mendelik.
"I know, Ayah has a concern about it. Just like me. But she's rejected. The boy likes one of her friends. The pretty one. I'm sorry for her. She must feel sorry for her face," oceh Akbar.
Adnan diserang sakit kepala. Terlalu banyak informasi yang diberikan Akbar. Dia tidak yakin siap menerima semuanya sekaligus, terutama bagian Dira ditolak laki-laki.
"Akbar, sebentar." Adnan memegang lengan Akbar dengan tangan kirinya. Tangan kanannya bertahan di kemudi.
"Yes?"
"Apa Abang tahu soal Kak Dira ditolak?"
"Of course. We saw her crying so bad in bathroom. That's so silly. She makes us waiting for hours. Susuku needed to pee and Susuku didn't like any idea to use your bathroom. Abang was angry and command her to open the door or Abang throw away her silly books." Akbar terkekeh. "I laughed when she's out. She's messy."
Adnan mengusap keningnya. Dia mengingatkan dirinya untuk bicara pada Reyyan perihal Dira. Ada rasa kecewa sebab dia baru mengetahui hal ini belakangan. Kalaupun dia tidak bisa membantu Dira, dia masih bisa ada di sisi Dira dan menenangkannya.
"Ayah, don't be sad." Akbar mengelus lengan Adnan. Otomatis Adnan menoleh dan mendapati ekspresi prihatin Akbar. "Abang said, getting rejected is better than staying in an incompatible relationship. You CANNOT make people love you and you don't resent people for not loving you back. It may happen once or twice, but it's OK, you'll be fine after two or three days."
[Translate: Kata Abang, ditolak lebih baik daripada bertahan dalam hubungan yang tidak cocok. Anda TIDAK BISA membuat orang mencintai Anda dan Anda tidak membenci orang karena tidak membalas cinta Anda. Ini mungkin terjadi sekali atau dua kali, tetapi tidak apa-apa, Anda akan baik-baik saja setelah dua atau tiga hari.]
"What you mean?" Adnan benar-benar tidak paham arah nasihat Akbar. Dia tahu sumbernya dari Reyyan.
"I know you got rejected. Kak Yuniza doesn't love you anymore."
Bel di kepala Adnan berdenting. Akbar menunjukkan pemahaman keliru mengenai situasinya, tetapi siapa yang peduli jika arahnya adalah Akbar tidak lagi menuntut dia dan Yuniza bersama. Dengan begitu, mereka bisa kembali pada rute yang semestinya. Tidak ada lagi mak comblang cilik yang keras kepala mendorongnya masuk dalam pernikahan yang mustahil.
"You're a man. Getting rejected cannot stop you. Propose her again and again until she says yes and be my mom. You fight for love and that is love." Akbar menaik-turunkan alisnya berkali-kali sambil tersenyum jenaka.
[Translate: Anda seorang pria. Ditolak tidak bisa menghentikan Anda. Lamar dia lagi dan lagi sampai dia mengatakan ya dan jadilah ibuku. Anda berjuang untuk cinta dan itu adalah cinta.]
Adnan tertawa miris sekaligus geli. Dia salah besar. Sangat salah besar. Bagaimana dia bisa salah telak memahami pemikiran bocah lima tahun?
"Kamu tahu dari mana soal cinta-cintaan? Abang? Tante? Kak Dira?"
"No." Akbar menggeleng kuat. "No one told me."
"Really?" Adnan menekan-nekan sisi perut Akbar menggunakan telunjuknya yang membuat anak itu tertawa kegelian.
"I heard that." Akbar menahan tangan Adnan yang usil.
Adnan menarik tangannya untuk memutar kemudi. "Kamu dengar dari siapa?"
"Om said that. He brought flowers and kneeled and said, 'I love you from the earth to the moon to Mars, Jupiter, Saturn, Uranus, Neptune, and Pluto.' I yelled, 'Pluto is not a planet. It's a dwarf planet.' Tante tossed me a chocobar and said, 'Thank you, Boy. Makan dan diam.' She's so kind. She shared her snack," cerita Akbar menggebu-gebu.
[Translate: Om mengatakan itu. Dia membawa bunga dan berlutut dan berkata, 'Aku mencintaimu dari bumi ke bulan ke Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.' Saya berteriak, 'Pluto bukan planet. Itu adalah planet kerdil.' Tante memberiku chocobar dan berkata, 'Terima kasih, Nak. Makan dan diam.' Dia sangat baik. Dia membagikan makanan ringannya.]
Adnan tidak yakin adiknya memberikan Akbar cokelat karena berterima kasih pada anaknya. Yang ada, adiknya terganggu dengan Akbar. Betapa menyenangkannya menjadi anak-anak. Mereka bisa menilai semua orang baik.
"Om ngomong 'fight for love'?" Adnan tertarik pada bagian tersebut.
"He did. Tante not accepted his flowers and he said, 'I won't stop loving you. I fight for love and that is love. I love you. You're my love.' Then Tante cried like a baby. She cried so loud. And they hugged. Oma hold my hand and asked to Impomaret. You know, they fight for love and they hugged for love. That is love," lanjut Akbar.
Adnan mendesah. Adik dan iparnya sangat menikmati pernikahan mereka. Seringkali mereka bermesraan di tempat lalu-lalang orang. Itulah alasan Adnan meminta ibunya yang datang ke rumahnya daripada membawa Akbar ke rumah sebelah. Rumah sebelah ditinggali ibu, adik, dan iparnya. Adnan tidak ingin kerepotan menjelaskan kemesraan adik dan iparnya kepada Akbar.
"Kak Yuniza pasti suka sama Ayah kalo Ayah tambah ganteng. Ayah harus rajin mandi dan gosok gigi kayak aku," nasihat Akbar.
Adnan dibawa berputar ke topik awal. Yuniza lagi dan lagi.
###
29/01/2024
Akbar ini lebih banyak kosakatanya dari Omar, tapi dia belum jago irregular verbs gitu jadi pas ngoceh kejadian lampau trus kalian nemu ada salah ketik ya itu karena situasi Akbar belum banyak tahu jadi aku ketik di bentuk present. Bukan berarti anak-anak seumuran Akbar kemampuan enggresnya kaya dia. Ada yang lebih jago n ada yang belum sejago itu. Balik lagi, tiap anak punya variabel pendukung yang beda-beda. Akbar ini di rumah dilarang ngomong enggres. Dengan situasi begitu, dia udah tergolong oke ya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro