0
Follow IG missbebeklucu
Ada kebingungan yang tercetak pada wajah perempuan muda di pojok kafe itu. Dia memainkan telunjuknya pada permukaan meja. Taro milk tea di hadapannya telah lama tidak diacuhkan hingga esnya meleleh semua. Pengunjung kafe yang duduk di meja di sebelahnya telah berganti tiga kali dan perempuan itu belum juga menghabiskan minumannya.
"Lama banget sih," gumamnya sembari melirik jam tangan di pergelangan tangan kanan.
"Sori, baru datang. Ma-"
"Macet lagi alasannya?" potongnya cepat.
Pemuda yang baru datang memasang cengiran tanpa kesan bersalah sama sekali. Yuniza, nama perempuan itu, hanya memandangnya datar.
"Berapa kali aku bilang, datang tepat waktu. Aku nggak bisa terus-terusan nunggu kamu," kata Yuniza.
"Ya, aku minta maaf. Jalanan nggak terprediksi kapan akan macet," si pemuda membela diri.
"Kamu cari di Google deh, Jakarta masih masuk dalam daftar kota paling macet. Lain kali, kamu yang harus berangkat lebih cepat kalau nggak mau terjebak macet."
"Oke, oke. Aku akui aku yang salah. Bisa kita stop bahas keterlambatanku. Ada apa kamu minta ketemu sama aku?"
Yuniza meneguk ludah. Dia telah mengumpulkan segepok skenario yang membawanya pada pertemuan ini. Dia sengaja mengajak Rio, mantan pacarnya, bertemu berdua. Hanya Rio yang terpikirkan bisa mengatasi masalah Yuniza.
Semoga saja Rio mau, doa Yuniza.
"Gini, Rio..." Yuniza membasahi bibir bawahnya saking gugup. "Kamu ingat alasan kita putus tahun lalu?"
Rio memandang Yuniza dengan curiga. "Masih," jawabnya pendek.
"Itu ... aku tahu aku salah waktu itu. Sekarang, aku pikir, kita..." Jantung Yuniza serasa mau meledak saat ini. Dia sedang mempermainkan takdir yang sudah digariskan Tuhan, yakni jodoh.
"Kita sa-salah kalau ... kalau ... sampai berpisah karena be-berbeda pikiran," lanjut Yuniza terbata-bata.
Rio menyandarkan lengannya di meja. Kedua tangannya bersatu. Wajahnya maju, memendekan jarak di antara mereka. Dalam jarak yang sedemikian, Yuniza bisa melihat ekspresi yang berkebalikan harapannya.
"Za," Rio masih menggunakan panggilan Yuniza semasa di kampus, "kamu yang membuat kita pisah karena keputusan keras kepala kamu."
"Waktu itu terlalu mendadak. Aku belum siap, kaget, dan..." Sejak awal memang dia yang salah, lanjut Yuniza dalam hati.
"Aku mengajak kamu menikah. Kalau kamu nggak setuju, kamu bisa meminta aku menunggu, bukannya milih putus," sahut Rio.
"Iya, aku salah waktu itu. Tapi kamu membuat aku milih putus karena kamu terus berargumentasi soal pernikahan. Umurku baru dua puluh," Yuniza memberikan perlawanan.
"Kita masih bisa tunangan kalau kamu belum siap. Kamu malah mengambil keputusan sepihak. Dan sekarang..." Telunjuk Rio menekan meja. "Kamu mau apa? Balikan?"
Berberat hati, Yuniza akui dia salah karena terlalu panik mendengar ajakan Rio menikah. Dia baru masuk tahun kedua kuliah dan Rio langsung melamarnya. Memang bukan lamaran sah, hanya di antara dia dan Rio. Tetap saja, Yuniza gentar. Dia belum siap menyandang status istri orang kala ijazah sarjana belum digenggam. Bagaimana nasibnya kelak jika punya dua kewajiban, kuliah dan melayani suami? Ada ribuan alasan yang bisa Yuniza lontarkan untuk menolak ajakan itu.
Kali ini berbeda. Yuniza punya satu alasan yang sangat mendesak. Keponakannya, Keysha, hamil. Belum ada keluarga yang mengetahuinya. Yuniza harap hanya dia dan Keysha yang tahu. Untuk memberikan anak Keysha ayah, tentu Keysha harus menikah dengan Deyon, pacar Keysha sekaligus ayah si bayi. Masalah dimulai dari sini. Orang tua Yuniza yang tak lain adalah kakek dan nenek Keysha melarang Keysha menikah melangkahi Yuniza. Kalau Keysha tidak segera menikah, keluarga mereka akan tahu aib yang sudah diperbuat Keysha. Sebagai tante, seharusnya Yuniza mengadukan ketololan Keysha dalam pergaulan. Namun Yuniza tidak mau hal ini menjadi penyebab ayahnya terkena serangan jantung. Ayahnya sudah pernah dirawat akibat serangan jantung ringan yang dialami saat bekerja. Yuniza tidak mau karena kebodohan Keysha malah memisahkan ibu dan ayahnya.
Rio adalah solusi yang terpikirkan. Kalau Yuniza bisa segera menikah dengan Rio, maka Keysha pun bisa menikah dengan Deyon dan kondisi Keysha tidak perlu diketahui orang tuanya.
"Aku ingin kita balikan, Rio." Yuniza menelan semua harga dirinya. Biarlah dia tampak mengemis asalkan keluarganya tetap baik-baik saja.
"Kamu minta balikan?" Rio tersenyum meremehkan.
"Aku akan menuruti keinginan kamu. Kita bisa segera menikah. Aku siap nikah sama kamu," kata Yuniza terburu-buru.
"Harusnya kamu bilang itu empat bulan yang lalu. Sekarang, situasi kita beda, Za."
"Beda?"
Rio mengeluarkan ponsel dari saku celana, lalu menunjukkan layarnya ke hadapan Yuniza. Di sana, Yuniza melihat wallpaper ponsel Rio telah berganti dari foto mereka berdua dengan foto Rio bersama seorang perempuan cantik.
"Namanya Ingrid. Dia teman kerjaku. Kami dekat setelah kita pisah dan aku ngerasa cocok jadi, kami memutuskan untuk serius. Kalau lancar, tahun depan kami menikah," kata Rio begitu lancar.
Yuniza merasa ada segenggam bara panas yang tersangkut di tenggorokan. Dia begitu merasa kalah dan ingin marah. Bukan pada Rio, melainkan situasinya yang mendesak. Dimana lagi dia bisa menemukan orang yang mau segera menikahinya?
"Kalau begitu selamat." Yuniza memandang tangan Rio. Semestinya ada cincin yang melingkari jari manis Rio saat ini dengan ukiran nama mereka berdua sebagai bukti cinta. Semua telah terjadi. Yuniza tak bisa memutar waktu untuk kembali merajut apa yang sudah dia urai. Benang takdirnya bersama Rio sudah tidak lagi bertautan.
"Kita masih bisa berteman, kan?" tanya Rio.
"Tentu saja. Setelah kita pisah, aku ngerasa nyaman dekat kamu sebagai teman. Maaf, aku pernah nyakitin kamu."
"Bukan kamu saja yang salah. Aku juga. Aku memaksakan hubungan kita karena aku pikir aku sudah cukup umur dan mapan. Aku nggak memikirkan kamu yang masih muda dan butuh waktu untuk serius."
Yuniza menunduk. Mereka memang tidak mencapai tujuan Yuniza. Di sisi lain, mereka menemukan kesepakatan baru dalam hubungan mereka dan itu tidak buruk. Dia tersenyum puas walau masih berat.
"Aku pulang duluan, ya." Yuniza bangkit dari kursi. "Titip salam untuk Ingrid. Semoga kalian lancar sampai pernikahan."
"Makasih, Za. Aku doakan kamu menemukan pria yang lebih baik," balas Rio.
Yuniza meninggalkan kafe sembari membawa pemikiran tidak akan ada pria yang lebih baik dari Rio di situasinya kini. Dia harus segera menikah dengan pria manapun. Besar potensi dia akan menemukan pria yang lebih buruk dari Rio dan sangat buruk dari Rio.
MoM
"Ada hal buruk terjadi?" pertanyaan itu terlontar dari Mia, pemilik warung mi yang menjadi langganan Yuniza. Mia akrab dengan Yuniza sejak lima tahun lalu, saat kali pertama Yuniza datang ke warungnya dan menjadi pelanggan tetap kemudian.
"Aku sedang cari suami, Mbak, tapi nggak ada cowok yang mau," jawab Yuniza tanpa gairah.
"Kondisi kamu kebalikan banget Mbak. Nih lihat." Mia menyodorkan ponselnya, menunjukan chat panjang dari ibunya yang menuntut Mia segera menikah.
"Woah. Mamanya Mbak benar-benar kebelet ngunduh mantu."
"Banget. Sampai aku punya jadwal padat ketemu cowok antah berantah yang mamaku kumpulkan." Mia menunjuk post it yang ditempel di belakang meja kasirnya. "Rasanya aku mau ngamuk. Takutnya, namaku dicoret dari daftar kartu keluarga. Habislah aku diusir dari rumah."
"Memangnya apa itu?" Yuniza penasaran. Dia meninggalkan mejanya dan mendekati meja kasir yang kosong. Dia perlu memutar untuk sampai ke balik meja kasir dan melihat apa yang ditulis di kertas-kertas post it yang menempel di papan.
"Ini nama dan alamat siapa?" tanya Yuniza lagi.
"Itu yang aku bilang jadwal padat. Mereka nama dan alamat dari pria-pria yang mau dicomblangi mamaku."
"Apa Mbak mau datang?" Yuniza melirik post it penuh minat.
"Kayaknya nggak mungkin. Beberapa akan aku ajak ketemu. Sisanya, aku tolak. Aku sudah milih beberapa yang mau aku tolak," jawab Mia.
"Yang mana yang Mbak tolak?"
"Itu yang di dekat kalkulator di meja."
Yuniza langsung berputar ke meja dan menemukan beberapa post it menempel di meja dekat kalkulator. Dia mengambil selembar post it. "Boleh satu untukku?"
"Buat apa?"
"Mungkin ini jodohku."
Mia mengangkat bahu. "Sekedar info, mamaku rada unik. Pilihan pria yang ditawarkan bisa jadi aneh. Aku nggak tanggung jawab kalau kamu ketemu penjahat kelamin."
Yuniza mengabaikan peringatan itu dan memasukan post it ke dalam saku celana jeans. "Dengan kekuatan cinta, aku akan bisa mengubah cowok paling playboy."
"Kemakan novel roman kamu tuh."
"Biarin." Yuniza kembali duduk bersama Mia. Dia meraih gelas jus alpukat dan meminumnya dengan suka cita.
Satu kesempatan datang. Dia merasa baikan sekarang. Kali ini dia harus mengusahakan yang terbaik.
MoM
Perasaan janggal akan terasa begitu memasuki kamar di lantai dua rumah itu. Pada salah satu kamar yang menghadap kebun belakang, seorang perempuan muda hilir mudik dengan kegelisahan yang kental. Dia terus saja melirik jam dinding. Jarum jam terus berputar dan tanda-tanda yang dinantikan belum kunjung datang. Ketika pintu di kamar sebelah terdengar dibuka, sinar matanya berubah. Bibirnya yang melengkung ke bawah lantas membentuk senyuman.
Dia berlari ke kamar sebelah. Matanya segera menangkap sosok yang tidur telungkup di kasur yang ada di tengah kamar.
"Gimana, Nis?" tanyanya tanpa peduli basa-basi.
"Panas kaya biasa."
Bukan itu yang ingin diketahui. Perempuan itu bergabung di kasur. Dia duduk sambil memeluk Momo, boneka buaya yang ada di dekatnya.
"Aku mau tahu gimana kamu dan Rio. Lancar?" perempuan itu, Keysha, menepis sikap tidak bersemangat tantenya yang baru pulang.
"Gagal," desis perempuan yang masih anteng di posisi tidurnya yang terbalik.
"Gimana bisa? Rio sayang banget sama kamu sampai nggak berhenti usaha jadiin kamu istrinya. Gimana bisa gagal? Kamu ngomong apa ke dia?" cecar Keysha.
Yuniza, perempuan yang sejak tadi telungkup, bangun. Dia mendelik ke Keysha. "Setiap orang bisa berubah, Key. Rio juga gitu. Dia sudah punya perempuan lain," balas Yuniza.
"Nggak mungkin berubah. Rio sayang banget sama kamu, Nis. Perempuan lain itu hanya rebound girl karena dia gagal nikah. Kamu dekati dia-"
"Gampang ya kamu ngomong gitu," sentak Yuniza ketus. "Mungkin kamu perlu diingatkan kalau kamu juga berubah. Kamu bergaul nggak pakai rem dan semua kacau begini."
"Kita sudah bahas ini. kamu sudah marah. Berhenti ngomelin aku. Aku tahu aku salah, tapi aku nggak bisa mengulang waktu untuk memperbaiki segalanya. Aku juga sudah minta maaf," Keysha membela diri.
Yuniza mendesah letih. Dia mengibaskan tangannya ke arah pintu. "Kamu keluar deh. Aku capek sekarang."
"Nggak bisa, Nis. Kita harus segera cari suami buat kamu. Waktu kita terbatas," tolak Keysha masih keras kepala.
"Bukan waktu kita. Itu waktu kamu sebelum perut membesar dan ketahuan."
Keysha tak habis pikir, dalam sekejap saja Yuniza bisa berubah sinis. Mereka memang sudah bertengkar berhari-hari karena masalahnya yang hamil di luar nikah. Mereka pun sudah sepakat menutupi hal ini dengan mencarikan suami untuk Yuniza agar Keysha bisa menikah. Sekarang apa? Yuniza besar kepala. Kemarin bersikap bak calon pahlawan yang akan menyelesaikan masalah. Hari ini kembali menyudutkannya. Tidak perlu diberi tahu, Keysha sadar dia sudah berbuat salah. Apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Yang harus dilakukan hanyalah menyelesaikan kerumitan ini melalui pernikahan tanpa terendus sedang mengandung anak Deyon.
"Kamu keterlaluan, Nis," desis Keysha.
Pandangan Yuniza berubah lunak. "Kamu juga keterlaluan, Key. Aku mau istirahat. Tolong keluar."
Keysha menyeret kakinya keluar kamar Yuniza dengan berat hati. Inginnya, mereka mencari jalan keluar segera. Nyatanya, Yuniza menolak berlama-lama bersamanya. Dia bisa apa lagi.
Yuniza adalah adik dari mama Keysha. Usia mereka terpaut sangat dekat. Hanya sepuluh bulan. Keysha jarang memanggil Yuniza tante, kecuali di depan keluarga. Saat berduaan dan di luar rumah, Keysha biasa memanggil Ninis, kependekan nama Yuniza yang sering digunakan keluarga mereka. Mereka akrab karena usia mereka dekat dan sering menghabiskan waktu bersama di rumah.
Keluarga Keysha tinggal bersama orang tua Yuniza sejak rumah mereka pernah disatroni maling. Mamanya trauma dan memilih tinggal seatap bersama orang tua, walau itu agak berat diterima papanya. Karena keluarganya tinggal bersama di rumah orang tua mamanya, apapun yang diputuskannya masih memerlukan persetujuan kakek dan neneknya. Keysha tidak bisa mengadukan begitu saja masalahnya pada mama dan papa sebab kondisi kesehatan kakeknya yang menjadi pertaruhan.
MoM
Yuniza memandang langit-langit kamar tanpa gairah. Pengganggu suasana hatinya sudah keluar kamar dengan ekspresi kesal. Yuniza sedang merasa buruk dan enggan bersikap manis terhadap Keysha. Sekalipun dia lebih tua dari Keysha, bukan berarti dia berkewajiban untuk selalu mengalah dan menurunkan ego.
Tangannya merogoh saku celana dan menarik selembar kertas lecek. Dia merapikan kertas post it itu penuh kehati-hatian. Nama dan nomor telepon di kertas itu masih tertulis jelas.
"Gimana ajak nikah orang ini?" gumamnya.
Dia menggeleng. "Gue bahkan belum kenal orang ini. Gue harus ajak ketemuan, tapi nelepon dia... ah, pusing."
Yuniza menyerah memikirkan cara menghubungi orang di kertas itu. Dia meletakan kertas itu di meja, lalu keluar kamar. Dia butuh mencari aktivitas lain yang bisa meredakan sakit kepala.
Dapur menjadi pilihannya begitu keluar kamar. Dia mengambil beberapa buah jeruk nipis dari lemari es, sebotol madu, dan tiga rimpang jahe. Dia juga mengambil toples kaca dari kabinet. Perserved lime honey ginger sepertinya bisa memberikannya energi.
Recipe #1 Perserved Lime Honey Ginger
Bahan-bahan:
5 buah jeruk nipis (bisa lebih banyak atau sedikit tergantung ukuran jeruknya)
3 rimpang jahe
350 ml madu
Garam
Baking soda
Air sekitar 2 liter
Peralatan:
Toples kaca kedap udara
Langkah:
1. Masak air hingga mendidih, lalu rebus toples kaca dengan posisi terbalik agar uap panas masuk dalam toples, begitu pula tutupnya. Setelah 5-10 menit, angkat, tiriskan sampai kering.
2. Gosok kulit jeruk nipis menggunakan garam korse. Kalau tidak ada, cukup gunakan garam biasa. Lalu bilas dengan air hingga garam tidak lagi menempel. Keringkan jeruk nipis, lanjutkan dengan menggosok baking soda pada permukaan jeruk secara merata. Kemudian bilas dengan air. Kali ini tidak perlu dikeringkan. Siapkan air panas di dalam wadah dan masukan jeruk nipis ke dalamnya. Pastikan semua permukaan jeruk nipis terkena air panas. Angkat, tiriskan.
3. Kupas kulit jahe dan iris tipis sekitar setengah senti.
4. Iris jeruk nipis tipis.
5. Siapkan toples kaca. Atur jeruk nipis dan jahe hingga pas di dalam toples. Pastikan tiap lapisan jeruk nipis terdapat irisan jahe.
6. Siram madu ke dalam toples. Tutup rapat.
7. Diamkan dalam suhu ruangan selama satu hari. Kemudian simpan dalam kulkas.
8. Bisa juga langsung disajikan setelah disimpan dalam suhu ruang seharian. Ditambahkan batu es dan air.
###
02/10/2021
Sebenarnya, cerita ini spin off dari cerita Hello, Monday
Salah satu karakter di cerita itu bakal ada di cerita ini. Tapi karena aku ーkayak biasanyaー gatal ingin membagikan cerita yang masih rough ini. Makanya terbitin aja 😌
Kalian puas gak sama panjangnya cerita dalam 1 bab ini? 🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro