Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

s e p u l u h

s e p u l u h

GRANDPA'S GRAND WILL: WASIAT KAKEK
👴

👴
please leave votes and comments <3
👴


Terbayang kembali oleh Kiki malam itu yang berhasil membuatnya bergidik ngeri. "Huh! Benar-benar berbahaya, aku harus segera menemukan ide baru sebelum Kelvin melakukan ide briliannya itu," kata Kiki pada dirinya sendiri. Ia menopangkan dagu pada meja yang didudukinya di Kafe BlackBean.

Segera setelah dirinya bangun dari tidur yang tidak nyaman sama sekali meskipun kasur mereka sudah terpisah, Kiki langsung keluar dari rumah Kelvin setelah berdandan seadanya. Ia bahkan tidak menunggu Kelvin bangun untuk sekedar berpamitan. Jujur saja, untuk apa dirinya berperilaku sopan jika Kelvin adalah penyebab dirinya kurang tidur selama dua hari belakangan?

Kiki mengetuk-ngetuk jari tangannya yang ramping ke atas meja sembari mendengus. Otaknya kosong, terlalu pagi untuk berpikir keras. Ditambah lagi, belum ada setetes kafein pun yang mengalir dalam tubuhnya.

Tidak lama kemudian, secangkir kopi jeruk hangat disajikan dihadapannya dengan suara yang dikenali Kiki sebagai suara Michail. "Apa yang membuatmu pagi-pagi sudah ada di sini? Tidak biasanya," tanya Michail, manajer Kafe BlackBean yang menjadi teman baiknya setelah Kiki memutuskan jika Kafe BlackBean adalah tempat santai favoritnya. 

Kopi jeruk dari kafe ini adalah minuman favorit yang harus selalu ada di hadapannya setiap pagi sebelum memulai hari. Jika dirinya senggang seperti hari ini, maka dirinya yang akan langsung datang untuk minum sekaligus menikmati suasana jalan raya yang bisa langsung diamatinya dari Kafe BlackBean. Dan sebaliknya, jika dirinya sibuk, maka Donna yang akan menyempatkan diri untuk datang membelikannya kopi. 

"Hanya ingin bersantai seperti biasa," jawab Kiki, berusaha untuk tidak membocorkan masalah rumah tangganya. Ia sudah mempelajari dengan sangat baik jika kehidupan pribadinya tidak pernah boleh bocor dari bibirnya sendiri. Dikarenakan hal tersebut akan langsung menjadi alasan bagi orang-orang untuk mengatainya di belakang tubuhnya sendiri.

"Tanpa Donna?" tanya Michail sambil mendudukkan dirinya di hadapan Kiki. Ia mendekatkan cangkir Kiki yang masih mengepulkan asap, secara tidak langsung meminta Kiki untuk segera menyeruputnya. "Atau paling tidak... suamimu?"

Kiki hanya menggeleng singkat setelah mengangkat kepalanya dengan gerakan malas dari atas meja. Ia membaui kopi beraromakan jeruk dari kepulan asapnya sebelum menyeruputnya pelan. "Ah," desahnya singkat, "akhirnya, ada kafein mengalir dalam tubuhku. Sepertinya aku sudah mulai bisa berpikir." 

Mereka menatap satu sama lain selama beberapa saat sebelum senyum terbit di kedua wajah mereka secara bersamaan. "Kenapa kamu tersenyum? Ada sesuatu yang lucu di wajahku?" tanya Kiki sebelum menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinga sambil mengalihkan wajahnya ke arah lain.

"Apa yang perlu ditanya lagi? Karena senyumanmu adalah alasanku untuk ikut tersenyum," jawab Michail dengan bahu yang diangkat singkat. Senyumnya makin lebar sebelum tertawa ringan. Ia menepuk punggung tangan Kiki yang ada di atas meja. "Kalau begitu, sekarang giliranku untuk bertanya. Kenapa kamu tersenyum tadi? Dan sekarang... kamu tersipu malu." Michail mengangkat tangannya untuk menunjuk pipi Kiki yang merona.

Kiki langsung menarik tangannya untuk menutup kedua pipinya yang terasa panas. "Pipiku merah karena sinar matahari yang sudah masuk ke dalam kafe ini. Apalagi kamu belum menyalakan pendingin ruangan, dasar pelit. Bagaimana bisa pemilik kafe ini memperkerjakan seorang manajer sepelit kamu?" dusta Kiki. Orang yang bertanggung jawab di balik meronanya pipinya ini adalah Michail, pria yang paling dekat dirinya selain Tommy, kakeknya sendiri.

Michail adalah pria yang paling sering membuatnya memendam perasaan yang kerap timbul tenggelam ini. Ada kalanya Kiki menyukai Michail amat dalam, namun ada kalanya juga ia menghindari Michail ketika pria itu menunjukkan ketertarikan yang sama. Iya, hingga pada akhirnya, Kiki menerima perjodohannya dengan Kelvin.

"Aku bukannya pelit, tapi hanya belum menyalakannya. Tidak bisakah kamu lihat jika hanya kamu satu-satunya tamu yang datang sepagi ini." Michail kembali mengangkat tangannya dengan niatan untuk mengacak rambut Kiki, namun tindakan Kiki selanjutnya berhasil membuatnya terdiam dengan tangan yang masih mengambang di udara.

Kiki memundurkan tubuhnya secara sadar untuk menghindari sentuhan Michail. Dirinya harus menghindari semua pemberitaan yang mungkin saja muncul jika mendapati dirinya dekat dengan pria lain setelah menikah dengan Kelvin. Resiko publik figur, pikirnya dalam hati. "Maaf, aku sudah menikah jika kamu lupa," kata Kiki sambil menyisir rambutnya sendiri sebelum kembali menyesap kopi jeruknya.

"Tentu saja aku tidak lupa," jawab Michail. 

Suasana di antara mereka mendadak kaku akibat jarak yang diciptakan Kiki di antara mereka berdua. Karena sadar dengan perubahan suasana itu, Kiki secara tidak sengaja meninggikan suaranya saat berbicara, "Kamu 'kan tahu kalau aku publik figur, apalagi suamiku bukan orang sembarangan. Semua orang mencari celah untuk membicarakan kami. Kuharap kamu bisa mengerti itu."

Michail mengangguk-angguk, menunjukkan jika dirinya paham dengan maksud dari perkataan Kiki yang sedikit banyak terdengar seperti sebuah peringatan. "Jadi, aku sudah tidak bisa mengelus kepalamu karena kamu sudah menikah? Wah, tidak bisa kupercaya ternyata persahabatan kita selama ini hanya sebatas ini."

Perasaan Kiki langsung dilanda rasa bersalah. "Baiklah, kamu boleh menyentuh kepalaku. Aku takut kamu akan terus memikirkannya sehingga tidak bisa tidur malam ini," katanya pelan sambil menyodorkan kepalanya ke hadapan Michail.

Michail tertawa sebelum menepuk puncak kepala Kiki. Ia tidak ingin menyia-nyiakan niat Kiki untuk memperbaiki suasana di antara mereka yang sempat mendadak kaku. Di saat yang bersamaan, bunyi dentingan bel halus terdengar, menandakan kedatangan tamu kedua selain Kiki.

Kiki langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan mendapatkan kedatangan Kelvin! Suaminya itu berjalan dengan langkah pasti mendatanginya bahkan tatapannya terarah pasti ke arahnya! Astaga, jantung Kiki langsung berdetak cepat. Entah karena cemas atau karena ketampanan Kelvin yang baru disadarinya hari ini.

Ketika Kiki mengedipkan matanya, Kelvin sudah berdiri di hadapannya dengan tangan yang terletak di atas kedua bahunya. Terasa cengkraman yang tidak begitu kuat pada pundaknya. "Aku kaget karena ketika bangun, kamu sudah tidak ada di sampingku. Kenapa tidak membangunkanku dan menikmati kopi ini bersama?" tanya Kelvin sambil menatap Kiki yang berada di bawahnya.

Mata Kiki langsung membulat. Ia tidak pernah menyangka jika Kelvin akan berbicara seperti itu di hadapannya dan Michail sehingga Kiki tidak tahu apa yang harus dikatakannya untuk menjawab pertanyaan Kelvin. 

"Klienmu?" tanya Kelvin sambil menarik kursi untuk duduk tepat di samping Kiki. Ketika dirinya sudah duduk dan bisa menatap Michail dengan sejajar, ia kembali bicara dengan kening yang berkerut cukup dalam, "Tunggu, klien tidak mungkin mengusap kepalamu seperti ini. Sangat tidak sopan." Kelvin mereka ulang tindakan Michail pada puncak kepala Kiki. "Berarti dia temanmu? Atau pria yang pernah dekat denganmu?"

Kiki langsung menggeram, "Kelvin!" Ia mencoba memperingati Kelvin agar tidak bertindak berlebihan.

"Oh, maaf aku keliru. Pria yang masih dekat, ternyata." Kelvin menyandarkan punggungnya pada kursi. 

Kiki mendekatkan kepalanya pada telinga Kelvin. "Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" bisik Kiki cepat. 

"Bagaimana aku bisa tidak tahu? Kamu adalah istriku, tidak ada yang tidak kuketahui, termasuk namanya." Kelvin menunjuk Michail dengan dagunya yang tajam. "Michail," sebutnya.

👴
Haduh, ternyata cuek-cuek gitu, Kelvin 'peduli' juga ya dengan Kiki sampai tahu nama Michail segala.

Btw, ada yang ingat Michail itu siapa? Dan ada di ceritaku yang judulnya apa? 🤤

👴

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro