Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

e n a m

e n a m

GRANDPA'S GRAND WILL: WASIAT KAKEK

*

Kiki dan Kelvin berdiri tepat di depan etalase salah satu toko perhiasan di dalam mall pusat kota. Mereka berdua disambut secara berlebih oleh karyawan toko bahkan kini manajernya. Tampak jelas karyawan-karyawan di dalam toko ini mengenali mereka berdua, tentunya karena berita pernikahan mereka yang sudah menjadi konsumsi publik. 

Kiki menarik lengan kemeja Kelvin, berusaha mencari perhatian dari pria yang kini sibuk mengamati berbagai jenis cincin pernikahan yang mulai direkomendasikan si manajer. "Hey, ada yang ingin kusampaikan."

Kelvin mendekatkan tubuhnya pada Kiki begitu juga kepalanya yang mulai menunduk akibat perbedaan tinggi mereka. Dengan tatapan yang masih terarah pada cincin dalam genggamannya, Kelvin mendekatkan telinganya ke arah Kiki.

Kiki menutupi mulutnya dengan telapak tangan agar si manajer yang terlihat tertarik dengan segala gerak-gerik mereka tidak bisa membaca gerakan bibir Kiki. "Kamu beli cincinmu saja. Aku tidak perlu lagi," bisik Kiki dengan suara yang amat kecil tepat di telinga Kelvin.

Kening Kelvin langsung mengkerut. Tanpa peru berpikir dua kali, Kelvin memutar tubuhnya menghadap Kiki setelah menaruh cincin yang sedaritadi sibuk diperhatikannya kembali ke atas nampan yang dialasi kain beludru. "Apa maksudmu?"

Kiki tersenyum singkat kepada si manajer toko sebelum menarik tangan Kelvin menjauh. Mereka berdiri agak jauh dari tempat sebelumnya, cukup untuk menyembunyikan pembicaraan mereka. "Aku sudah cukup puas dengan cincin ini," jelas Kiki, "sepertinya aku tidak butuh cincin yang baru."

Kelvin berkacak pinggang sambil menatap Kiki tajam. Kiki dapat melihat jika perkataannya berhasil membuat Kelvin tidak senang, tapi apa alasannya? Bukannya pria itu yang memberikannya cincin ini sebagai bentuk lamaran?

Kiki yang tidak ingin berspekulasi lebih lama dan malah mungkin menimbulkan kesalahpahaman, berakhir menyuarakan isi pikirannya. "Kenapa? Ada apa?" tanya Kiki beruntut. Ia mengamati reaksi Kelvin yang masih terlihat seperti tengah menahan luapan emosi. "Aku harus membeli cincin yang baru sepertimu?"

Kelvin mencoba menenangkan emosinya yang sedikit naik jika sudah berkaitan dengan Gita, lamaran, atau pun cincin. Sepertinya ia sudah mengambil langkah yang keliru dengan memberikan Kiki cincin itu. Cincin itu tidak pantas untuk Kiki. Dirinya kini sadar, Kiki berhak mendapatkan cincin yang lebih indah, mewah, dan memang diperuntukkan bagi dirinya.

"Cincin lamaran berbeda dengan cincin pernikahan. Kuyakin kamu tahu itu," jawab Kelvin dengan alasan yang menurutnya lebih umum dan logis. "Cincin pernikahan selalu sepasang."

"Tapi, jujur, aku sudah cukup puas dengan cincin ini. Hanya kamu yang perlu, mungkin saja kamu bisa mencari cincin yang serupa agar tidak terlihat begitu berbeda," kata Kiki lagi. "Aku tidak begitu suka memakai perhiasan, sehingga satu saja sudah cukup."

Kelvin mengamati Kiki dari atas hingga bawah dan seperti menggambarkan perkataan Kiki barusan, calon istrinya ini memang tidak mengenakan perhiasan apa pun kecuali cincin pemberiannya. Cincin yang diperuntukkannya bagi Gita. 

Setiap melihat cincin itu, Kelvin tidak bisa melupakan momen penolakan Gita. 

Kelvin memutuskan untuk mengambil kembali cincin itu. Ia meraih telapak tangan Kiki kemudian melepas cincin itu. "Tidak usah pakai cincin ini lagi kalau begitu. Kita beli cincin baru."

Meskipun Kelvin sudah berjalan meninggalkannya beberapa langkah di depan dengan tangan yang menggenggam lengan Kiki. Calon istrinya itu tetap tidak bergerak. Saat Kelvin sadar jika Kiki tidak ikut melangkah kemudian berjalan kembali mendekat, Kiki berbicara. "Kembalikan. Itu cincin yang sudah kamu berikan padaku."

"Tidak," Kelvin menatap Kiki dengan raut serius, memberi tanda jika keputusannya sudah bulat. "Kita beli cincin baru," ulang Kelvin.

"Beli cincin baru, tapi kembalikan cincin itu." Kiki yang sama keras kepalanya juga tidak berniat mengalah. Tangan yang tidak digenggam oleh Kelvin dijulurkannya untuk memberi tanda jika ia meminta kembali cincin lamarannya. "Itu sudah menjadi cincinku."

"Akan kugantikan dengan yang lain, kamu pilih sendiri," ucap Kelvin mencoba melakukan penawaran dengan Kiki, namun yang didapatkannya adalah gelengan kepala Kiki. 

"Last option, cincin lamaran darimu akan disatukan dengan cincin pernikahan yang baru. Deal?"

Kelvin memutuskan untuk menganggukkan kepalanya daripada menarik perhatian lebih lama di toko ini, "Dengan desain yang disesuaikan." Paling tidak, cincin yang diberikannya pada Kiki bukan semerta-merta cincin yang hendak diberikannya pada Gita lagi. 

-

Pernikahan Kiki dan Kelvin menjadi pusat pembicaraan selama beberapa hari, bahkan seminggu kemudian juga belum bisa dikatakan surut. Selain itu, mereka juga sudah diterpa rumor buruk hanya karena Kiki yang belum pernah terlihat tiba di rumah barunya bersama dengan Kelvin setelah pernikahan. Bagaimana dirinya bisa tinggal di rumah Kelvin jika dirinya belum siap? Belum siap secara mental dan jadwal kerjanya juga belum memungkinkan. 

Sehari setelah pernikahannya, Kiki harus secara professional menjalankan pemotretan yang sudah dijadwalkan jauh-jauh hari sebelum tanggal pernikahannya. Dan tepat satu minggu setelah pernikahannya, dirinya pulang terlebih dulu ke rumah Tommy, kakeknya, pria yang sudah sangat amat dirindukannya. Semenjak perkataan Kelvin mengenai kesehatan kakeknya yang kerap menurun, ia terus cemas dan mengamati setiap gerak-gerik kakeknya, takut jika dirinya melewatkan hal penting.

"Kenapa kamu pulang ke sini? Bukannya ke rumah Kelvin?" tanya Tommy setelah membalas pelukan Kiki. "Barang-barangmu juga sudah grandpa pindahkan ke sana."

"Kangen," kata Kiki manja sambil kembali meraih kakeknya ke dalam pelukan. "Gimana kalau Kiki ajak Kelvin pindah ke sini saja?"

Ketika melihat Tommy hendak menjawab usulnya, Kiki kembali bicara dengan cepat, "Atau grandpa yang ikut Kiki pindah ke rumah Kelvin?"

"Sembarangan saja kamu," omel Tommy. Ia berdiri kemudian berjalan ke lemari yang sedari kecil dikenali Kiki sebagai tempat harta karun di sembunyikan. Tommy membuka pintu brankas kemudian mengeluarkan amplop cokelat yang sangat tebal, "Ini dokumen salinan harta warisan yang kakek serahkan seluruhnya padamu dan hadiah kecil untuk Kelvin."

Kiki menghela napas. Entah bagaimana bisa pernikahan ini membuatnya mendadak menjadi kaya raya. Uang yang diberikan Kelvin sebagai bentuk tanggung jawab atas penalti kontrak yang mungkin terjadi saja belum disentuhnya sama sekali. Harus dipakai untuk apa uang sebanyak itu?

Kiki memutuskan untuk mendorong menjauh amplop itu, membiarkan Tommy masih memegangnya. "Taruh saja di sana," kata Kiki sambil menunjuk brankas yang masih terbuka di belakangnya. "Jangan berkata seperti itu lagi, Kiki masih mampu menghidupi diri Kiki sendiri. Lagipula, Kiki bisa minta uang ke Kelvin."

Tommy tertawa ringan sambil mematuhi permintaan Kiki, "Kamu bukan tipe wanita yang meminta uang pada orang lain, grandpa sudah mengenalmu seluruh hidupmu, Sayang. Uang jajan dari grandpa saja tidak pernah kamu terima. Entah dari mana saja uang kamu dapatkan sendiri." Tommy menghentikan kalimatnya, kemudian gerakan tangannya terhenti. Ingatannya kembali ke hari itu, "Kamu masih ingat kamu menjual banyak sekali bunga di kebun untuk mendapat uang jajan?"

Kiki tertawa mengingat kejadian itu. Iya, dirinya kerap memangkas semua bunga yang ada di kebun untuk dijualnya kembali di sekolah dalam bentuk buket yang sudah dibentuknya secantik mungkin. Ia menjualnya pada teman-teman yang hendak mengajak lawan jenisnya untuk berpacaran. Bisa dibilang dirinya juga cukup berjasa atas hubungan teman-temannya yang berhasil.

"Tapi grandpa tidak pernah marah. Malah diam-diam menanam tanaman bunga yang baru, bahkan sengaja menanam tanaman dengan bunga yang sudah mekar."

Tommy tidak bisa tidak tersenyum. Ia meraih kedua telapak tangan Kiki, "Kamu harus ingat perkataan grandpa saat ini."

"Apa?" tanya Kiki dengan raut serius. "Akan Kiki usahakan untuk ingat, meskipun Kiki pelupa."

"Pin brankas 246810, angka genap, supaya kamu gak lupa."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro