Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

e m p a t

e m p a t

GRANDPA'S GRAND WILL: WASIAT KAKEK

*

"Marry me," kata Kiki dengan tangan yang menggenggam erat telapak tangan besar Kelvin. Tangannya sangat kecil jika disandingkan dengan tangan Kelvin saat ini, hal sederhana yang membuat Kiki merasa terlindungi secara tidak langsung.

Kiki masih menatap ke bawah, tidak berani memandang ke atas ke arah wajah Kelvin. Rasa berani yang selalu ada dalam dirinya mendadak hilang jika sudah menyangkut orang yang disayanginya, kakeknya. Satu-satunya anggota keluarga Kiki yang ia miliki saat ini, the most precious person in her life.

Setelah menunggu beberapa saat dengan keraguan dan segala pikiran buruk yang memenuhi kepala, Kiki memberanikan diri menatap Kelvin. Ia mendapati Kelvin tengah menatap kosong ke arahnya. Apa maksud dari tatapan kosong itu? Apa Kelvin hanya berniat mempermainkannya tadi? Apa pria di hadapannya ini tidak serius ingin menikahinya? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Kiki tidak bisa lagi mundur sehingga ia memutuskan untuk menelan semua pemikiran itu bulat-bulat kemudian mencengkeram telapak tangan Kelvin lebih erat, membuat pria itu terhentak tersadar dari pikirannya. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu, Kiki tidak peduli, yang menjadi prioritasnya saat ini hanyalah Tommy. "Marry me," ulang Kiki, kali ini tanpa keraguan, melainkan keyakinan yang cukup kuat. Mulai saat ini, segala hal akan diberikannya untuk Tommy.

-

Tidak pernah disangka oleh Kelvin sebelumnya, Kiki akan mengajaknya menikah terlebih dulu. Dua kata ajakan untuk menikah itu memicu kembali dirinya pada ingatan seminggu yang lalu ketika ia melamar Gita, kekasih hatinya selama delapan tahun terakhir ini. Kiki persis seperti dirinya saat itu. Kini, ketika dirinya berada di posisi Gita saat itu, ia sadar betapa dungu dirinya dan Kiki. Dungu dalam mengenali situasi lebih cepat.

"Tidak kusangka kamu yang akan mengajakku menikah terlebih dulu, apa tidak salah?" tanya Kelvin sambil mengamati genggaman tangan Kiki yang belum juga lepas dari telapak tangannya.

Kiki juga melihat ke arah yang sama sehingga langsung melepas genggaman tangannya kemudian menjawab pertanyaan Kelvin, "Tidak. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengatakan keinginannya. Lagipula, ini bibirku dan hidupku."

Kelvin menganggukkan kepalanya, tidak bisa tidak setuju dengan perkataan Kiki barusan. Memang benar adanya, setiap manusia berhak atas hidup mereka masing-masing. "Tapi, ke mana perginya Kiki yang tampak hilang harapan beberapa saat yang lalu?" tanya Kelvin dengan kening berkerut. 

Kelvin menyempatkan dirinya untuk menatap ke arah pintu kamar Kiki, memastikan ulang jika Tommy tidak akan tiba-tiba muncul dari pintu untuk mengajak ulang mereka makan malam seperti beberapa saat yang lalu.

"Masih di sini," Kiki mengangkat kedua bahunya singkat. "Bukankah kamu yang terlebih dulu mengaku telah memintaku untuk menikahimu? Di hadapan kakekku? Dan bukannya katamu aku sudah mulai menarik perhatianmu?"

Sebelah alis Kelvin terangkat mendengar kalimat yang mengandung kepercayaan diri meluncur keluar dari bibir Kiki. Menarik, pikirnya. Tampaknya, Kiki yang percaya diri sudah kembali.

"Lalu, siapa yang berkata jika dirinya bukan mainan? Dan penalti kontrak yang terlalu tinggi itu tidak sebanding dengan menikahi pria playboy sepertiku?" 

Kelvin mengikuti alur permainan Kiki dengan memutar ulang perkataan wanita itu. Ternyata sesuai dengan penilaiannya, Kiki wanita yang menarik. Bukankah lebih baik dirinya bermain lebih lama? Dirinya juga tidak berniat untuk kembali memulai hubungan dengan siapa pun semenjak penolakan Gita.

"Apa kamu akan terus bertingkah seperti wanita yang terus mengungkit-ungkit masa lalu? Jujur saja, aku sedang tidak ada waktu dan niatan untuk bermain-main," balas Kiki ketus setelah meniup anak rambut yang sempat menutupi wajahnya. 

"Sayangnya aku malah ingin bermain-main lebih lama," balas Kelvin. Ia meraih telapak tangan Kiki kemudian mengelus jari-jari panjang serta lembut wanita di hadapannya ini yang sangat berbanding terbalik dengan Gita. Kemudian Kelvin merogoh saku celana dengan tangannya yang kosong untuk meraih cincin yang entah kenapa masih dikantonginya hingga sekarang. 

Kelvin memasangkan cincin yang ia persiapkan untuk Gita sebelumnya pada jari manis Kiki. Paling tidak, cincin ini sudah menemukan pemiliknya dan mungkin memang pemilik yang lebih pantas. Wanita yang sama-sama lahir dengan segala previlage seperti dirinya. Tidak bisa dipungkiri, ia dan Kiki memang memiliki banyak sekali persamaan jika sudah menyangkut segala keberuntungan yang mereka miliki sejak lahir. Lebih lucu lagi, bukan mereka yang memilih segala keberuntungan itu.

"Cincin?" tanya Kiki sambil mengamati jari tangan manisnya yang sudah terlingkari cincin dengan batu oval putih kebiruan yang cukup manis dan bersinar lembut. Siapa yang sangka dirinya akan mendapatkan lamaran hari ini? Kenapa Kelvin mengantongi cincin ketika mereka baru saja bertemu untuk pertama kalinya? Jangan-jangan pria ini sudah berniat untuk melamarnya sejak mereka bertemu di restoran tadi.

Seperti tidak memberikan Kiki kesempatan untuk berspekulasi lebih lama dan jauh, Kelvin kembali buka suara. "Aku punya ketentuan. Seperti yang kamu tahu, setiap permainan yang hendak dimainkan tentunya memiliki syarat dan ketentuan yang harus disetujui terlebih dulu, termasuk kita berdua."

Kiki berdecak. "Seperti perempuan saja. Seharusnya aku yang berkata seperti itu."

Kelvin tertawa ringan untuk pertama kalinya dalam seminggu yang suram ini. "Kamu juga bebas mengajukan ketentuan apa pun, tentu saja setelah ketentuan yang ingin kuajukan ini."

Kiki berkacak pinggang sambil menggelengkan kepalanya. "Cepat katakan sebelum kakekku kembali muncul untuk mengajak kita makan malam." 

Kelvin yang mendapati tingkah Kiki yang terus berubah-ubah dalam waktu singkat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Baru saja Kelvin ingin membuka mulutnya untuk bicara, Kiki sudah terlebih dulu menyela. "Tunggu, tunggu! Apa jangan-jangan kamu ingin pernikahan ini dirahasiakan, sepertiku?! Tentu saja, tebakanku pasti benar!"

Kelvin berdeham. "Sebaliknya. Aku ingin pernikahan kita tidak ditutup-tutupi, melainkan disiarkan di seluruh stasiun TV yang ada."

Bola mata Kiki membesar, tidak pernah dirinya menyangka permintaan seperti itu akan keluar dari bibir Kelvin, si playboy. Bukankah itu akan menghentikan jenjang karir Kelvin sebagai playboy? "Apa tidak salah?"

"Apanya yang salah?" Kelvin memutuskan untuk melemparkan kembali pertanyaan pada Kiki. Dirinya tidak ingin mendapatkan atau bahkan memulai kemungkinan spekulasi-spekulasi aneh untuk muncul. 

Kiki mengabaikan pertanyaan Kelvin. Ia memilih untuk menanyakan pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. "Kamu sudah ingin pensiun menjadi seorang playboy? Jika pernikahan kita disiarkan di seluruh stasiun TV, semua orang akan tahu jika kamu sudah menikah. Dan lagipula, siapa yang ingin menyiarkan pernikahan kita? Memangnya kita siapa?"

Kelvin menghembuskan napasnya. Tampaknya Kiki terlalu rendah diri. "Siapa yang tidak ingin menyiarkan berita mengenai dirimu? Seorang aktris yang tengah naik daun. Ditambah dengan dua keluarga kita bersatu melalui pernikahan."

"Aku tidak sepenting itu, begitu juga dengan keluarga kita," bantah Kiki cepat. Itu fakta. Pekerjaannya sebagai aktris tidak menjamin dirinya terkenal dan sepantas itu untuk diberitakan di seluruh stasiun TV. Keluarganya juga tidak sepenting, sekaya, dan seberpengaruh itu. 

Kiki mendengus. "Jangan-jangan semua berita baik tentang keluargamu disiarkan sendiri olehmu," duganya.

"Terserah tentang apa yang kamu pikirkan, pernikahan kita tetap akan kusiarkan di seluruh stasiun TV dan sebagai gantinya, semua penalti dari kontrak kerjamu menjadi tanggung jawabku," putus Kelvin cepat. Ia tidak ingin membawa hal yang mudah menjadi sulit.

"Untunglah kamu peka--"

Pujian dari Kiki dipotong oleh Kelvin yang tengah berjalan menuju pintu kamarnya. "Apa ketentuanmu?"

Kiki mengikuti langkah Kelvin dari belakang kemudian berhenti tepat di belakang punggung lebar pria yang baru saja melingkarkan cincin di jari manisnya, "Make me feel loved."

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro