Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

d e l a p a n

d e l a p a n

GRANDPA'S GRAND WILL: WASIAT KAKEK

👴

Untung saja cincin pernikahan yang sempat dilepas oleh Kiki benar-benar ada di dalam koper. Kiki tidak menyangka jika Kelvin memintanya langsung untuk mencari keberadaan cincin itu, dan mengenakannya kembali di hadapan pria itu. Apalagi ditambah dengan alasan yang terdengar amat sederhana namun sangat menyebalkan bagi Kiki, pekerjaan tidak boleh ditunda-tunda.

Kiki rasa dirinya baru saja sibuk memainkan cincin pernikahan yang tersemat di jari manisnya, tapi ternyata dirinya sudah sampai di rumah Kelvin. Suaminya sibuk meminta pengurus rumah untuk bantu membawakan kopernya yang cukup besar dan berat. Kiki hanya berdiri diam di samping mobil, menyimak barang bawaannya yang dibawa pergi entah ke mana. Nanti Kiki akan langsung menanyakannya pada pria tinggi besar yang bekerja untuk Kelvin.

"Masuk. Apa yang kamu lakukan di luar sini? Aku sudah memiliki tiga penjaga rumah, tidak membutuhkan satu lagi," ejek Kelvin seraya berjalan masuk setelah mendengar Kiki mendengus kesal dan mengikuti langkahnya.

Kelvin berjalan dengan langkah lebar menaiki tangga, membuat Kiki sedikit kelimpungan. Ketika mereka berdua tiba di lantai dua, Kiki sudah hampir kehilangan napas. Tangga melingkar yang menjadi penghubung lantai satu dengan lantai dua yang terpisah amat jauh itu cukup berhasil menguras tenaga Kiki yang memang pada dasarnya jarang berolah raga.

"Tidak ada lift di rumah ini?" tanya Kiki sembarangan. 

Pertanyaannya dijawab cepat oleh Kelvin sambil menunjuk sudut ruangan. "Itu," katanya.

Kiki menghembuskan napas pelan dengan mata tertutup. Ia menepuk dirinya sendiri dengan lembut menggunakan kedua telapak tangan. "Sabar. Anggap saja kamu sedang berolah raga," katanya pada diri sendiri.

"Kita akan ke mana?" tanya Kiki pada Kelvin yang sudah ada di ujung lantai dua. Rumah ini terlalu besar, jauh lebih besar dari rumah kakeknya yang sudah bisa terhitung mewah.

"Kamar kita," jawab Kelvin singkat sebelum menghilang dari balik pintu.

Kiki mendumel untuk sesaat sebelum kembali berjalan cepat menyusul Kelvin ke dalam ruangan yang disebut suaminya sebagai kamar kita. Sepertinya mereka akan tidur di ruangan yang sama.

"Barang bawaanmu sudah ada di sini, begitu juga dengan barang-barang yang sempat dikirim kakekmu ke rumah ini," jelas Kelvin tanpa diminta. Ia berjalan masuk ke dalam ruangan yang langsung dikenali Kiki sebagai walk in closet.

Kiki mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan hingga terhenti pada kasur luas dan empuk di tengah ruangan. Ia sudah menemukan satu hal yang ingin diubahnya dari ruangan ini. Langkah Kiki membawanya ke dalam walk in closet yang tadi dimasuki oleh Kelvin. Ia tidak menyangka akan mendapati Kelvin tengah berganti pakaian.

Kiki langsung membalikkan badannya setelah sempat melihat tubuh bagian atas Kelvin selama beberapa saat. "Aku tidak tahu kamu sedang berganti pakaian," kata Kiki cepat sebelum mengambil langkah seribu keluar dari sana. Perlahan-lahan rasa hangat terasa di wajah dan telinganya.

Kiki yang salah tingkah, langsung berpura-pura memperbaiki posisi botol-botol perawatan wajahnya di atas meja rias. Segala hal yang bisa pura-pura membuatnya terlihat sibuk, dilakukannya begitu saja hingga keberadaan Kelvin terasa di belakang tubuhnya.

"Kamu malu karena melihatku berganti pakaian?" tanya Kelvin.

Suaranya terdengar amat jelas di belakang telinga Kiki, membuatnya langsung berdiri kaku. Rasa panas yang sempat hilang tadi mendadak muncul lagi.

"Telingamu memerah," kata Kelvin sambil terkekeh geli. "Kamu malu? Astaga."

Kiki menutupi kedua telinganya kemudian berbalik menatap Kelvin dengan penuh tantangan. "Tidak, aku tidak malu. Dari lahir, telingaku memang merah," dusta Kiki.

Kelvin berkacak pinggang di depannya. Jari telunjuknya ia arahkan pada wajah Kiki sebelum menyentuh semburat merah pada pipi tirus itu. "Pipimu juga merah."

"Jangan sentuh-sentuh aku, dasar mesum!" Kiki memekik tertahan sambil menghempaskan jari tangan Kelvin dari pipinya yang terasa semakin panas. Astaga, ketika dirinya malu, Kiki kerap menjadi salah tingkah dan berakhir melakukan hal-hal konyol di luar keinginannya. 

Kelvin mundur selangkah untuk mengamati Kiki lebih jelas. Ia terkekeh ringan. "Mesum? Aku?" Kelvin menunjuk dirinya sendiri. "Sepertinya terbalik. Harusnya aku yang meneriakimu mesum karena sudah melihatku berganti pakaian."

Mulut kecil Kiki langsung terbuka. Ia kehilangan kata-kata.

Kelvin kembali terkekeh. "Seharusnya, siapa yang mesum tidak perlu diperdebatkan dalam pernikahan kita." Kelvin berjalan menuju kasur mereka, kemudian duduk di atasnya. Tidak lupa ia menepuk posisi kosong di sampingnya. "Kita berdua berhak untuk mesum karena sudah resmi menikah. Ditambah lagi, malam pertama kita sudah tertunda selama satu minggu."

Kiki berusaha memutar otaknya cepat. Ia tidak ingin kalah dari permainan Kelvin yang sangat menyebalkan ini. 

Apa yang sebaiknya ia lakukan? Apa ia harus memerankan peran wanita nakal? Atau wanita polos? Atau wanita galak?

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Kamu ingin kabur?" tanya Kelvin. Ia masih duduk di atas kasur sambil menepuk pelan kasur, secara tidak langsung memberi tanda kepada Kiki untuk segera duduk di sampingnya.

Kiki benar-benar tidak habis pikir. Kelvin... mengundang wanita dengan cara yang sangat membosankan dan tua. Seperti pria tua mesum.

Kiki memutuskan untuk menghentikan permainan Kelvin, "Kalau begitu, tunda lagi hingga satu bulan." 

Kiki berjalan keluar dari kamar mereka kemudian berlari dengan langkah ringan menuju lift. Begitu dirinya berada di dalam lift, kakinya langsung kehilangan tenaga. Kelvin bukanlah lawan permainan yang seimbang baginya. 

Kenapa wanita harus diciptakan dengan perasaan yang memiliki peran lebih besar? Kiki merasakan hatinya mulai berdegup lebih kencang dari biasanya.

👴

"Bu, ini mau diletakkan di mana?" 

Kiki memutar tubuhnya mengukuti asal suara itu. Ia mendapati dua orang pria bertubuh kekar sedang mengangkat kasur barunya. "Di ujung ruangan di lantai dua, sini saya antar."

Kiki mengarahkan dua orang itu ke dalam kamarnya dan Kelvin yang terlihat lebih kosong daripada tadi malam karena kasur yang sudah dipindahkannya ke kamar kosong di lantai tiga. Ia benar-benar tidak bisa lupa akan kejadian tadi malam yang membuatnya terjaga selama semalaman penuh.

Ia ingat dengan jelas tatapan penuh jahil Kelvin yang berbaring menghadapnya, dengan kalimat yang masih segar dalam ingatan Kiki. "Kusarankan padamu, lebih baik lima menit lagi, kamu pura-pura jatuh tertidur. Tidak nyaman tidur dengan posisi duduk seperti itu. Aku akan pura-pura tidak memberikanmu saran ini."

Kiki menggeleng pelan untuk menghilangkan ingatan itu dari pikirannya saat ini. Ia memfokuskan pikirannya pada dua kasur baru yang sudah tertata rapi di hadapannya. Dua kasur itu hanya terpisahkan oleh nakas kecil yang di atasnya ditaruh lampu tidur.

"Seperti ini, Bu?"

Kiki mengangguk sambil tersenyum puas. Malam ini dirinya sudah bisa tidur dengan nyenyak dan mungkin malah Kelvin yang akan jengkel menemukan dua kasur ini berada di dalam kamar mereka. Kiki sungguh tidak sabar untuk melihat reaksi Kelvin!

👴

"Wah, kamu kreatif sekali."

Kalimat yang terdengar sangat antusias itu keluar dari bibir Kelvin yang baru saja berjalan masuk ke dalam kamar mereka. Senyuman yang sedari tadi ditahan oleh Kiki langsung berubah muram. Bukan itu reaksi yang ingin didengarnya dari Kelvin. 

Kiki membuang kapas basahnya ke dalam tong sampah sebelum beranjak dari meja riasnya. Ia ingin sekali meninju Kelvin dari balik punggung lebar pria itu, namun berusaha ditahannya.

"Tentu saja, aku kreatif. Seperti ini lebih baik daripada kita tidur di kamar yang terpisah, bukan?" tanya Kiki. Ia berdiri di samping Kelvin, berpura-pura bangga.

Kiki mendapati Kelvin menganggukkan kepalanya.

"Benar. Tidak bisa dipungkiri," jawab Kelvin sambil tersenyum ke arah Kiki. Entah kenapa, senyuman itu terlihat sangat mencurigakan. Firasat Kiki mendadak memburuk. "Terima kasih sudah memberiku ide brilian lainnya."

👴👴👴

Please kindly follow my instagram for better information 😽

IG : lyanchan_

Thankyou 👴

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro