- telah pergi; prolog.
Menggosokkan kedua tangan dengan cukup cepat, merasa kedinginan, beberapa kali ia mencoba untuk menghangatkan diri. Dalam hati mencoba untuk menahan diri, terikat oleh janji yang dia ucapkan sendiri. Penuh penyesalan Yae tak tahu harus mengambil keputusan apa. Tetap menyusul atau kembali pulang? Namun, hari ini dia dengan bodohnya mengatakan bahwa sanggup untuk menyusul Rin, mengatakan bahwa lelaki itu harus segera pulang. Nyonya Itoshi telah mengatakan, bahwasanya ia tak perlu sampai seperti itu; wanita tua tersebut mengetahui dengan pasti bahwa Yae tak bisa lama-lama menahan cuaca dingin. Bahkan, saat keluar menyusul Rin pun ia menggunakan jaket yang sangat tebal. Ibu dari Itoshi bersaudara sampai berulang kali menanyakan apakah sang gadis akan baik-baik saja atau tidak. Dibalas anggukan oleh sang gadis, ia hanya bisa memberi sebuah senyum dengan harapan bahwa Yae 'kan aman. Berjalan begitu lemas, ia terus meniup kedua tangan. Bernapas lega ketika sampai ke tempat tujuan. Namun, di seberang sana hanya berisi sebuah alasan mengapa Yae mengalami keterkejutan. Sae, ada di sana. Gadis itu sudah tau si sulung hari ini akan pulang, tetapi bukan hal tersebut yang menjadi alasan diri merasa khawatir. Seakan lupa diri, ia langsung berlari tatkala melihat bagaimana lelaki yang selalu menjadi pujaan hati kini terduduk dengan wajah tak suka. Tak biasanya, karena setahu Yae, Rin selalu memiliki hati gembira jika bersama Sae. Ada sesuatu, namun gadis tersebut tak tahu alasannya.
Tangan yang kini mulai mati rasa ia gunakan untuk memegang kedua wajah Rin, pemuda tersebut terlihat kebingungan. Seingatnya, Yae masih di Inggris. Tetapi, sekarang gadis tersebut telah berada dihadapannya dengan wajah khawatir. Beberapa kali Rin mendengar suara milik sang gadis menyerukan namanya dan diri hanya bisa termenung. Mataharinya, pulang, hari ini, bersamaan dengan bintang yang mulai pudar menyisakan langit malam. Sae Itoshi ialah bintang yang 'kan selalu Rin kejar sampai akhir, namun kini cahaya kecil tersebut telah menghilang, dan menyisakan langit malam.
"Rin! Apa yang terjadi?" Wajah tersebut kini terlihat begitu pucat di mata seorang Rin Itoshi, gadis itu khawatir, padahal yang seharusnya dikhawatirkan ialah dirinya sendiri. Samar-sama lelaki dengan surai hitam tersebut melihat sang kakak mulai berlalu, terlihat tak peduli sama sekali. Namun, dengan suara sepatu yang sayup-sayup terdengar menjauh, Yae sadar bahwa ada sesuatu utuh menjadi hancur. Wajah rapuh Rin dan tubuh yang seakan tak mau bergerak, dia peluk guna memberi kehangatan; kendati tubuh sendiri terasa mulai mati rasa. Mungkin, besok pemilik iris ungu akan sakit dan takkan sempat menemui si bungsu.
Yae Hoshiro, oh, tidak, marga aslinya adalah Eckart, mengukir kalimat-kalimat dalam hati yang mungkin kini akan dia tulis pada diary berbentuk mungil.
Mungkin, bulan yang tengah menggapai bintang tersebut kini menjadi sabit. Namun, aku akan terus jatuh hati kendati ia telah menjadi rapuh dan hancur, karena bintang yang menjauh pergi tanpa memberi alasan pasti.
Gadis yang masih memiliki darah seorang bangsawan itu akan terus jatuh hati, sampai akhir ... sepertinya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro